-->

Eceng Gondok Gerogoti Danau Paniai

ENAROTALI (PANIAI) — Selama tidak ada kegiatan pembersihan hingga pemusnahan dan pengerukan, lama atau cepat Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) bakal menutupi sebagian Danau Paniai. Tumbuhan liar yang mulai berkembang sejak lima tahun lalu itu kini nyaris menghiasi pinggiran danau, tepatnya di sekitar Dermaga Aikai.

Tanaman eceng gondok sebenarnya bukan tidak berguna. Ia bisa dimanfaat untuk menghasilkan berbagai barang kerajinan bernilai ekonomi tinggi. Di Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah, warga di sana mengolahnya menjadi sendal, taplak meja, hiasan dinding, dompet, kertas seni, dan banyak jenis handycraft lainnya. Usaha kerajinan eceng gondok tidak hanya dipasarkan di dalam negeri. Hasilnya ternyata sudah merambah ke pasar ekspor di Eropa dan Timur Tengah.

Di Merauke, beberapa perempuan Marind membentuk satu kelompok kerajinan tangan dengan berbahan eceng gondok. Tanaman tersebut tidak susah didapat.

Di Paniai, usaha begitu belum ada. Bahkan tidak banyak yang mengenal manfaat eceng gondok. Karena itu, tak heran jika masyarakat dalam beberapa kesempatan mendesak pemerin-tah daerah segera memusnahkan tanaman yang sudah ‘hadir’ di pekarangan rumah-rumah penduduk di tepian Danau Paniai. “Pemerintah daerah harus musnahkan eceng gondok yang sekarang ada tumbuh di pinggir Danau Paniai. Kalau dibiarkan, nanti danau penuh dengan tumbuhan liar itu,” ujar Yan Pigai.

Sudah beberapa kali ia menyampaikan persoalan ini ke pihak Eksekutif dan Legislatif. “Tapi tidak pernah ada respon,” kesal Yan. Rencana pember-sihanpun batal. “Kalau peme-rintah sempat akomodir, kitong sudah bersihkan dari dulu.” Seharusnya instansi teknis memprogramkan pembersihan Danau Paniai dari ancaman eceng gondok.

Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kabupaten Paniai, Barnabas Gobai mengaku terkendala dengan banyaknya usulan kegiatan. Eceng gondok baru dibersihkan masyarakat difasilitasi instansi yang dipimpinnya. “Tahun-tahun kemarin belum bisa bersihkan rumput eceng gondok secara keseluruhan. Hanya sekali dibersihkan dengan membentuk kelompok kerja. Pembersihan-nya dilakukan oleh masyarakat di Aikai, Ibumoma dan Kebo,” paparnya.

Barnabas Gobai yakin, tana-man berbunga cantik yang saban hari tumbuh subur pasti berimbas pada ekosistem di Danau Paniai. Selain bikin kotor danau, juga akan mengganggu arus transportasi danau, perahu dan speedboat. Bahkan eceng gondok juga bisa mempercepat proses pendangkalan danau.
Karenanya harus dibersihkan sekaligus dimusnahkan. Meski tergolong tumbuhan air berb-ahaya, di sisi lain ada kegunaan jika diambil batangnya dibuat tali, sampahnya bisa dijadikan pupuk.
“Sudah programkan pada tahun anggaran ini, jadi kita akan bersihkan,” janji Barnabas.

Lokasi sekitar Danau Paniai yang ditumbuhi Eceng Gondok antara lain di Distrik Paniai Timur, Distrik Kebo dan Distrik Paniai Barat. Di Kampung Aikai, Ibumoma, Weyabado, Dagouto, Agabado, Waneuwo, Kagupagu, Yagai dan Obano banyak ditumbuhi rumput liar ini.

Danau Paniai yang luasnya 14.500 hektare terletak di ketinggian 1.700 meter diatas permukaan laut, tergolong danau purbakala. Di danau ini terdapat berbagai jenis ikan air tawar, termasuk ikan pelangi (rainbow/melanotaenia ayama-ruensis) yang konon memiliki nilai jual tinggi.

Awalnya, Danau Paniai dengan dua danau lainnya, Danau Tigi (luasnya 5.000 ha) dan Danau Tage (luasnya 3.400 ha) disebut Wissel Meeren. Penamaan ini dinisbatkan kepada orang yang pertama kali menemukan ketiga danau itu pada tahun 1937, Ir. F.J Wissel, seorang pilot berkebangsaan Belanda. Kala itu Wissel ter-bang dari Manokwari melintasi pegunungan dan melihat tiga danau indah.

Terpesona dengan keindahan-nya, Wissel memutuskan untuk mendarat dan menikmati eksotisme ketiga danau tersebut. Di jaman Belanda, nama Wissel Meeren lebih populer ketimbang Paniai. Wissel Meeren berasal dari bahasa Belanda yang artinya Danau-danau Wissel.

Danau Paniai diakui sebagai danau purbakala oleh utusan dari 157 negara peserta ‘The 12th World Lakes Conference’ (Konferensi Danau se-Dunia) yang dihelat di Rajasthan, India (28 Oktober - 2 November 2007).

Pesonanya panorama alam dengan udaranya yang sejuk, menjadi daya tarik tersendiri. Memikat hati wisatawan. Bebe-rapa obyek wisata alam, selain tiga danau itu, kerapkali dikun-jung wisatawan mancanegara (wisman). Pelancong bisa memilih lokasi sesuai keinginannya ketika berekreasi. Ada bebatuan, pasir di tepian danau, dikelilingi tebing-tebing yang lumayan tinggi, menambah daya tarik obyek wisata di Kabupaten Paniai.
Gubernur Papua, Barnabas Suebu saat pencanangan ‘One Man One Tree’ di Kampung Ipakiye, memuji pesona alam Paniai. Ia menyebut Paniai ada-lah Swiss-nya Indonesia. Paniai cocok dijadikan kota tujuan wisata.

Menjadikan Paniai sebagai tujuan wisata, memang tak mudah. Butuh kerja keras dan dana yang tak sedikit. “Supaya turis bisa sampai di Paniai tentu harus ada transportasi, ako-modasi, juga obyek yang mau dijual.”
Pembangunan jalan poros Timika-Paniai-Deiyai meru-pakan upaya pemerintah menjadikan Paniai sebagai pusat wisata. Ini akan mempermudah hadirnya wisatawan, di sisi lain mendukung akses pasar masyarakat antar kabupaten.

Sayangnya, Danau Paniai kian rusak dengan menjamurnya bangunan kumuh. Rumah dan kios dibangun di pinggir dan di atas danau.

Bupati Paniai, Naftali Yogi sampai marah melihat pemandangan kumuh. “Bangu-nan-bangunan itu bikin jelek pemandangan,”tuturnya geram. Hingga kini bangunannya masih berdiri kokoh. Tragisnya, kebersihan lingkungan tak diperhatikan.(Jubi)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah