-->

Kabupaten Merauke

Kabupaten Merauke
Kabupaten Merauke merupakan kabupaten terluas sekaligus kawasan terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Sejauh mata memandang, Merauke merupakan dataran seluas 46.791,63 Km2dan perairan seluas 5.098,71 Km2. Namanya sangat populer bagi masyarakat Indonesia, lantaran daerah di ujung timur Indonesia ini sering disebut-sebut di syair lagu nasional.

Kabupaten Merauke bersama 8 (delapan) Kabupaten Otonom lainnya dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 Tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat. Saat itu Kabupaten Merauke, meliputi: 5 (lima) Wilayah Kepala Pemerintahan, yaitu: Kepala Pemerintahan setempat Merauke, Tanah Merah, Mindiptana, Agats dan Mapi/Kepi yang terdiri dari 30 distrik dan 513 kampung/kelurahan.

Pada Tahun 2002 berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002, Wilayah Kabupaten Merauke dimekarkan menjadi 4 (empat) Kabupaten, yaitu: Kabupaten Merauke (Kabupaten Induk), Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi dan Kabupaten Asmat. Kabupaten Merauke sendiri setelah pemekaran wilayah pada Tahun 2002 terdiri dari 5 (lima) distrik yang membawahi 160 Kampung dan 8 kelurahan. Menyusul Peraturan Daerah Kabupaten Merauke Nomor 5 Tahun 2002 Tanggal 14 Desember 2002, wilayah Kabupaten Merauke dimekarkan menjadi 11 (sebelas) distrik, yaitu: Distrik Merauke, Distrik Semangga, Distrik Tanah Miring, Distrik Kurik, Distrik Jagebob, Distrik Sota, Distrik Muting, Distrik Elikobel, Distrik Ulilin, Distrik Okaba dan Distrik Kimaam.

Secara nyata percepatan Pembangunan Wilayah, Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pelayanan Masyarakat di Kabupaten Merauke telah dilaksanakan dengan maksimal dan dengan kesungguhan hati secara terintegrasi dan berkesinambu­ngan untuk mewujudkan masyarakat Merauke yang mandiri dan sejahtera dalam kesatuan kerukunan hidup nasional. Akan tetapi, masih terdapat berbagai persoalan yang terkait dengan pelaksanaan pembangunan, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh berbagai ke­terbatasan sumber dana, sumber daya manusia, keterbatasan ketersediaan infrastruktur dan luasnya wilayah pelayanan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata di berbagai wilayah terpencil, terisolir dan perbatasan RI-PNG di Kabupaten Merauke.

Sesuai dengan aspirasi masyarakat yang berkembang, dan sebagai bentuk kepedulian Pemerintah dalam rangka meningkatkan pendekatan pelayanan kepada masyarakat serta untuk meningkatkan pembangunan wilayah khususnya masyarakat yang terpencil, terisolir jauh dari jangkauan pelayanan pemerintahan, dilakukan Pemekaran Wilayah de­ngan harapan kualitas pelayanan secara optimal dapat diberikan kepada masyarakat.

Kemudian pada Tahun 2006 dilakukan lagi pemekaran distrik dari 11 distrik menjadi 20 distrik, 4 distrik yang dimekarkan adalah Distrik Kimaam, Distrik Okaba, Distrik Kurik dan Distrik Merauke. Pemekaran distrik tersebut didasarakan pada Peraturan Daerah Kabupaten Merauke Nomor 2 Tahun 2006 Tanggal 1 Juli 2006 Tentang Pembentukan Distrik Naukenjerai, Distrik Anim Ha, Distrik Malind, Distrik Tubang, Distrik Ngguti, Distrik Kaptel, Distrik Tabonji, Distrik Waan dan Distrik Ilwayab. Dengan dilakukannya Pemekaran Kedua kalinya maka Kabupaten Merauke kini membawahi 20 (dua puluh) distrik, 8 (delapan) kelurahan dan 160 (seratus enam puluh) kampung.

Kondisi Geografis

Kabupaten Merauke terletak pada koordinat 1370-1410Bujur Timur (BT) dan 50-90Lintang Selatan (LS). Sedangkan secara administratif, Kabupaten Merauke berbatasan dengan Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Mappi di sebelah utara, Papua New Guinea di sebelah Timur, dengan Laut Arafura di sebelah selatan dan barat.

Sebelum pemekaran, Kabupaten Merauke memiliki luas wilayah 119.749 Km2atau sekitar 29 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Papua. Kemudian dengan adanya pemekaran, hingga saat ini Kabupaten Merauke memiliki luas wilayah 46.791,63 Km2(sekitar 14,67 persen dari seluruh luas Provinsi Papua).

Dengan luas yang dimiliki tersebut, Kabupaten Merauke menjadi daerah dengan luas wilayah terbesar di Provinsi Papua. Distrik Tabonji menjadi distrik terluas dengan luas mencapai 5.416,84 km2atau sekitar 12 persen dari seluruh wilayah Kabupaten Merauke. Sedangkan Distrik Semangga menjadi distrik terkecil secara wilayah karena hanya memiliki luas 326,95 km2atau kurang dari 1 persen dari seluruh wilayah Kabupaten Merauke.

Dari data administratif Kabupaten Merauke, diketahui hanya Distrik Merauke yang memiliki kelurahan dengan jumlah 8 kelurahan. Sementara Distrik Jagebob memiliki kampung terbanyak dengan jumlah 13 kampung. Distrik Merauke menjadi distrik dengan jumlah kampung paling sedikit dengan jumlah 2 kampung. Di sisi lain, jika dilihat dari jumlah RW Distrik Tanah Miring dan Distrik Merauke menjadi distrik dengan jumlah RW terbanyak dengan jumlah masing-masing 52 RW dan 46 RW. Hal tersebut juga searah dengan jumlah RT di Kabupaten Merauke di mana Distrik Merauke dan Distrik Tanah Miring menjadi distrik dengan jumlah RT terbanyak (206 RT dan 161 RT).

Topografi dan Iklim

Kabupaten Merauke merupakan daerah dataran, mulai dari pesisir utara Kabupaten Merauke hingga bagian barat sampai ke Pulau Kimaam dan Komolom. Sedangkan pada bagian tengah wilayah Kabupaten Merauke memiliki topografi datar-berombak, di mana wilayah tersebut merupakan bagian wilayah rawa dan bagian hulu dari Daerah Aliran Sungai 3 sungai besar di Merauke. Daerah rawa tersebar di hampir seluruh distrik di Kabupaten Merauke, dari Distrik Ulilin di daerah utara hingga Distrik Kimaam di wilayah paling barat Kabupaten Merauke. Sebagian besar wilayah Kabupaten Merauke berada pada ketinggian antara 3-44 meter di atas permukaan laut (dpl) dan hanya tiga wilayah yaitu Distrik Muting, Elikobel, dan Ulilin yang berada pada ketinggian antara 40-60 meter di atas permukaan air laut.

Seperti wilayah Indonesia lainnya, Kabupaten Merauke juga beriklim tropis dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau sepanjang tahunnya.

Pada tahun 2014 suhu udara rata-rata di Kabupaten Merauke sebesar 26,70C dengan suhu terendah sebesar 210C yang terjadi pada bulan September dan suhu tertinggi terjadi pada bulan Desember yang mencapai 32,80C. Kelembaban relatif di Kabupaten Merauke adalah sebesar 83,40 persen. Kondisi paling lembab terjadi pada bulan Februari sebesar 88 persen. Sedangkan rata-rata tekanan udara pada tahun 2014 sebesar 1.009,90 mb. Rata-rata kecepatan angin di tahun 2014 adalah sebesar 10,3 knot. Secara total selama tahun 2014 jumlah hari hujan di Kabupaten Merauke adalah174 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April dengan besar 482,70 mm. Sebaliknya curah hujan terendah terjadi pada bulan Oktober dengan hanya sebesar 2,6 mm.

Sesuai data dalam dokumen RT/RW Kabupaten Merauke 2010-2030, Kabupaten Merauke memiliki tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Bikuma, DAS Buraka dan DAS Dolak. Untuk wilayah DAS Bikuma, wilayah hulu (upstream) meliputi Distrik Ulilin, Elikobel, dan Muting; wilayah tengah (midle stream) meliputi Kurik, Tanah Miring, Jagebob, dan Sota; serta wilayah hilir (downstream) meliputi bagian selatan-timur Distrik Okaba, Kurik, Semangga, dan Merauke. Untuk wilayah DAS Buraka, wilayah hulu (upstream) meliputi: wilayah Distrik Ngguti, bagian barat laut Distrik Kaptel, wilayah tengah (midle stream) meliputi wilayah bagian utara Distrik Okaba dan wilayah hilir (downstream) meliputi Distrik Tubang. Untuk wilayah DAS Dolak, wilayah hulu (upstream) meliputi: wilayah Pulau Dolak sendiri sebagai daerah tangkapan air (catchment area) dan wilayah hilir (downstream) berupa sungai-sungai kecil yang tidak terhitung jumlahnya.

Kependudukan

Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Besaran, komposisi dan distribusi penduduk akan mempengaruhi struktur ruang dan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Seluruh aspek pembangunan memiliki korelasi dan interaksi dengan kondisi kependudukan yang ada, sehingga informasi tentang demografi memiliki posisi strategis dalam penentuan kebijakan. Penduduk dibagi atas kelompok–kelompok tertentu, atau dapat dikatakan atas komposisi penduduk tertentu. Susunan penduduk tersebut menggambarkan pengelompokan penduduk menurut karateristik yang sama seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian.

Sebagaimana data tahun 2016 yang ditampilkan BPS Kabupaten Merauke, ada 216.585 orang yang menjadi penduduk Kabupaten Merauke. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 9,77 persen apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 yaitu sebanyak 197.301 jiwa. Peningkatan tersebut disebabkan oleh bertambahnya orang yang mengadu nasib di kota rusa ini. Masyarakat pendatang baik yang berasal dari program transmigrasi maupun perantau ini belakangan telah membangun budaya bercocok tanam hingga perniagaan.

Telah datang pula arus industrialisasi lewat perkebunan-perkebunan seperti di Distrik Merauke yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Merauke. Hal ini juga tidak terlepas dari keberadaan Distrik Merauke sebagai pusat kota Kabupaten Merauke. Pada tahun 2015 jumlah penduduk di Distrik Merauke sebanyak 96.951 jiwa. Distrik Tanah Miring, Distrik Kurik dan Distrik Semangga menjadi wilayah dengan penduduk terbesar berikutnya dengan jumlah penduduk masing-masing sebanyak 18.428 jiwa, 14.459 jiwa dan 14.061 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Distrik Kaptel yaitu sebanyak 1.893 jiwa.

Sementara dari sisi pertumbuhan penduduk, trend penurunan pertumbuhan dialami Kabupaten Merauke hingga pada tahun 2015 laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Merauke sebesar 1,45 persen. Distrik Tabonji menjadi wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Kabupaten Merauke dengan pertumbuhan sebesar 1,75 persen. Sedangkan Distrik Ulilin menjadi wilayah dengan laju pertumbuhan terkecil dengan nilai pertumbuhan sebesar 1,26 persen. Jika dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, maka jumlah penduduk laki-laki mendominasi komposisi penduduk di Kabupaten Merauke. Pada tahun 2015, penduduk laki-laki berjumlah 112.194 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 104.391 jiwa. Jumlah tersebut meningkat dibanding pada tahun 2014, di mana penduduk laki-laki di Kabupaten Merauke sebanyak 111.987 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 101.497 jiwa. Searah dengan jumlah penduduk secara keseluruhan, Distrik Merauke menjadi wilayah dengan jumlah penduduk laki-laki dan penduduk perempuan terbanyak di Kabupaten Merauke. Sedangkan Distrik Kaptel menjadi wilayah dengan jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan terkecil di Kabupaten Merauke. Sementara jika dilihat dari rasio jenis kelamin, pada tahun 2015 Kabupaten Merauke mengalami perubahan rasio dari 110,93 pada tahun 2014 menjadi 107,47 pada tahun 2015. Distrik Elikobel menjadi wilayah dengan rasio jenis kelamin terbesar dengan nilai 117,13. Sedangkan Distrik Tabonji menjadi wilayah dengan rasio jenis kelamin paling rendah dengan nilai 97,7. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan terbesar antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan terjadi di Distrik Elikobel.

Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan, termasuk di Kabupaten Merauke. Di banyak daerah di Indonesia, syarat utama terciptanya penurunan kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi. Karena itu, banyak daerah di Indonesia, Merauke salah satunya, berusaha keras untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal dan menurunkan angka kemiskinan.

Soal kemiskinan, BPS dalam publikasi berjudul “Kabupaten Merauke dalamAngka 2016’ mengatakan ‘Garis kemiskinan di Kabupaten Merauke menjadi lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya’. Ini berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Merauke yang mengalami peningkatan menjadi 23.960 jiwa atau 11,1 persen. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sekitar 10 persen jika dibandingkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2014 sebesar 21.870 jiwa. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan tahun 2010, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Merauke pada tahun 2016 mengalami penurunan sekitar 19 persen.

Dalam beberapa tahun terakhir, Kabupaten Merauke memang telah berusaha keras untuk menurunkan angka kemiskinan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Merauke sadar, bila kemiskinan bukan hanya menjadi beban bagi masyarakat, namun juga menjadi hambatan besar dalam penerapan berbagai program pemerintah.

Pertumbuhan Ekonomi

Soal pertumbuhan ekonomi, Kabupaten Merauke mengalami fluktuasi selama periode 2011-2015. Dimana pada tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke sebesar 6,03 persen. Tren kenaikan terjadi selama dua tahun berikutnya, dengan nilai pertumbuhan sebesar 7,25 persen pada tahun 2012 dan 8,49 persen pada tahun 2013. Laju pertumbuhan kemudian berbalik arah dan mengalami penurunan pada dua tahun terakhir. Pada tahun 2014, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke turun sebesar 0,57 persen menjadi 7,93 persen. Trend penurunan terus berlanjut hingga pada tahun 2015 menurun sebesar 0,89 persen sehingga laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke menjadi 7,04 persen.

Kini, semangat dari berbagai unsur bersatu padu untuk membangun Merauke. Malind, Jawa, Makassar, Ambon, hingga macam-macam lainnya berbaur membangun kota ini. Izakod Bekai Izakod Kai, artinya ‘satu hati satu tujuan’. Membangun budaya bercocok tanam, hingga perniagaan. Telah datang pula arus industrialisasi lewat perkebunan- perkebunan di pelosok Merauke.

Indeks Pembangunan Manusia

Salah satu alasan kunci yang seringkali disebut dalam laporan Pembangunan Manusia yang dirilis UNDP, Bappenas, maupun BPS adalah keberadaan orang-orang yang tinggal di daerah terpencil. Disebutkan dalam laporan tersebut, telah menghambat kemajuan pembangunan manusia. Berita baiknya, itu tidak terjadi di Merauke. Karena sesuai data tahun 2015 yang ditampilkan Badan Pusat Statistik, Angka harapan hidup di Kabupaten Merauke meningkat menjadi 66,49 tahun pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan tingkat kesehatan yang semakin membaik. Demikian halnya dengan angka harapan lama sekolah yang persentasenya semakin meningkat menunjukkan tingkat pendidikan di Kabupaten Merauke yang semakin membaik. Berbagai perkembangan tersebut membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Merauke juga meningkat. Pada tahun 2009 IPM Kabupaten Merauke sebesar 64,77 dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 67,33.

Seolah hendak mengamini seruan UNDP untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan, Pemerintah Kabupaten Merauke saat ini fokus memberdayakan orang-orang yang paling termarjinalisasi dalam masyarakat dan mengakui pentingnya memberi mereka suara yang lebih besar dalam proses pengambilan keputusan. Perubahan tersebut penting untuk memutus siklus ekslusi dan deprivasi. Lalu bergeser ke arah penilaian kemajuan dalam bidang-bidang seperti partisipasi dan otonomi terutama bagi para OAP (Orang Asli Papua).

Pendidikan

Soal pendidikan, BPS dalam publikasi berjudul ‘Kabupaten Merauke dalam Angka 2016’ mengatakan, “Sebagai salah satu aspek penting dalam pembangunan, pendidikan di Kabupaten Merauke membutuhkan perhatian yang lebih.” Angka partisipasi sekolah tingkat SD sebanyak 97,03 persen, tingkat SMP sebanyak 64,29 persen, dan tingkat SMA sebanyak 52,40 persen.

Di samping itu, angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Merauke selalu lebih tinggi dari pada angka HLS Propinsi Papua selama lima tahun berturut-turut. Rata- rata Lama Sekolah (RLS) adalah durasi rata-rata tahun penduduk mencapai pendidikan tertinggi. Pada tahun 2011-2014 misalnya, capaian RLS mengalami kenaikan dari 11,63 tahun menjadi 12,14 tahun. Ini menunjukkan program wajib belajar sembilan tahun berdampak positif bagi peningkatan pendidikan penduduk Kabupaten Merauke. Salah satu indikator meningkatnya kualitas pendidikan di suatu wilayah adalah meningkatnya sarana pendidikan seperti jumlah sekolah dan meningkatnya jumlah tenaga pendidik. Secara keseluruhan kuantitas pendidikan negeri dari TK hingga SMA di Kabupaten Merauke mengalami kenaikan sejak tahun 2009 hingga tahun 2016 Tenaga pendidik, banyaknya guru dan banyaknya murid mengalami kenaikan. Meskipun demikian pada tingkat pendidikan negeri tertentu terdapat juga yang mengalami penurunan. Seiring dengan meningkatnya jumlah murid di Kabupaten Merauke maka kedepan jumlah infrastruktur pendidikan dan tenaga pendidik juga harus ditambah. Hal ini untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di Kabupaten Merauke.

Fasilitas pendidikan sebagai salah satu faktor penting berlangsungnya program pendidikan masih belum merata di Kabupaten Merauke. Dari data yang diperoleh melalui BPS Kabupaten Merauke, terlihat bahwa dominasi fasilitas pendidikan masih terjadi di Distrik Merauke sebagai ibukota kabupaten. Pada tahun 2015, jumlah fasilitas pendidikan yang ada di Distrik Merauke terdiri dari 33 TK, 38 SD, 21 SMP, 16 SMA dan 6 SMK. Seluruh jumlah fasilitas pendidikan pada berbagai jenjang tersebut sangat kontras dengan fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh distrik lainnya di Kabupaten Merauke.

Kesehatan

Soal aspek kesehatan, hingga tahun 2016, ada 25 Puskesmas di seluruh Kabupaten Merauke, di setiap distrik sudah ada Puskesmas. Hanya saja karena Merauke masih tergolong sebagai daerah endemik malaria, pemerintah setempat sedang menata diri guna memenuhi target bebas malaria 2030. Hal lain yang menjadi catatan adalah soal angka harapan hidu (AHH) yang merupakan perkiraan banyaknya tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup (secara rata-rata). Dimana Di Kabupaten Merauke, tingkat kesehatan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini tidak terlepas dari semakin baiknya pelayanan kesehatan dan semakin meningkatnya jumlah sarana dan prasarana kesehatan. Nilai AHH Kabupaten Merauke selama beberapa tahun terakhir semakin meningkat, pada tahun 2009 angka harapan hidup adalah 62 tahun kemudian pada tahun 2014 AHH Kabupaten Merauke meningkat menjadi sebesar 66,49 tahun. Nilai tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan nilai AHH Provinsi Papua.

Kesehatan Balita

Salah satu faktor yang dijadikan indikator kesejahteraan suatu bangsa adalah tingkat kesehatan balita. Artinya, suatu bangsa akan dikatakan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik apabila tingkat kesehatan balita memiliki angka yang baik pula. Kesehatan balita selain dipengaruhi oleh kesehatan ibu, juga dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah penolong kelahiran. Data penolong kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu indikator kesehatan terutama dalam hubunganya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter dan bidan dianggap lebih baik dibandingkan yang ditolong oleh dukun, keluarga atau lainnya. Penolong kelahiran tidak hanya terkait dengan angka kematian bayi saja, namun juga angka kematian ibu sebagai risiko proses kelahiran. Dalam proses kelahiran bayi tidak dapat dipisahkan antara kemungkinan keselamatan ibu atau anak yang dilahirkan. Keduanya harus diselamatkan dalam risiko besar sebuah kelahiran. Pada tahun 2015, penolong kelahiran bayi di Kabupaten Merauke telah didominasi oleh tenaga medis. Tercatat dalam ‘Papua Dalam Angka 2016’, sebagian besar bayi yang lahir ditolong oleh bidan (65,74 persen).

Pertanian

Sejak zaman Belanda, Wilayah Merauke sudah dilirik sebagai calon lumbung pangan nusantara. Selain karena memiliki dataran yang sangat luas, juga karena tanahnya masuk tipe c yang sangat potensial untuk bercocok tanam dan bisa mendukung swasembada pangan.

Besarnya potensi Merauke sebagai lumbung pangan nasional dan dunia itulah, yang kemudian membuat Merauke ditetapkan menjadi salah satu lumbung pangan nasional. Bila dihitung paling tidak dari 4,6 juta hektar lahan dengan produktivitas 8 juta ton per hektar maka akan dihasilkan 120 juta ton dalam setahun.

Selama bertahun-tahun, Kabupaten Merauke telah menjadi penghasil padi terbesar di Provinsi Papua. Produksi padi di Kabupaten Merauke ditopang oleh ketersediaan lahan produktif dengan sebagian besar topografi wilayahnya yang relatif datar. Pada tahun 2015, luas tanam untuk padi mencapai 39.123,63 hektar dan luas panen sebesar 32.516,88 hektar. Meskipun demikian, faktor cuaca menjadi tantangan tersendiri bagi petani di Kabupaten Merauke untuk mengembangkan hasil tanaman padi.

Sampai dengan 2015, produksi padi di Kabupaten Merauke mencapai 153.661,09 ton. Angka tersebut menurun dibanding tahun sebelumnya karena berkurangnya curah hujan di Kabupaten Merauke. Di tahun yang sama, produktivitas padi di Kabupaten Merauke sebesar 4,73 ton/ha. Distrik Tanah Miring menjadi distrik dengan dengan luas tanam padi terbesar di Kabupaten Merauke. Pada tahun 2015, Distrik Tanah Miring memiliki 12.113,5 hektar lahan yang ditanami padi. Distrik Tanah Miring juga menjadi distrik dengan luas panen padi terbesar dengan luas panen sebesar 9.112,75 hektar. Akibatnya, Distrik Tanah Miring menjadi wilayah dengan produksi padi terbesar di Kabupaten Merauke dengan nilai produksi sebesar 44.792,7 ton pada 2015.

Pertanian hortikultura di Kabupaten Merauke tersebar di berbagai wilayah terutama di hamparan dataran rendah. Berbagai macam sayuran dan buah-buahan dihasilkan di Kabupaten Merauke. Pertanian hortikultura tidak bisa dilepaskan dari budaya agraris di Kabupaten Merauke yang sebagian besar perekonomiannya ditopang dari sektor pertanian. Pada tahun 2015, tanaman cabe merupakan jenis sayuran dengan produksi tertinggi di Kabupaten Merauke dengan hasil mencapai 1.304,5 ton. Hasil tersebut diperoleh dari luas panen tanaman cabe sebesar 147 hektar. Sementara itu, jenis sayuran lainnya seperti ketimun, bayam, kacang panjang, kangkung, terung, tomat, sawi, kubis, dan bawang merah hanya memiliki luas tanam tidak lebih dari setengah luas tanam cabe. Sedangkan nilai produksi sayuran selain cabe bervariasi. Kacang panjang dan sawi dengan nilai produksi sebesar 894,8 ton dan 829,2 ton menjadi kelompok sayuran.

Kehutanan

Masyarakat Marind Anim di Merauke bukan hanya hidup dari alam, tapi juga hidup bersama alam. Kelestarian alam adalah kelestarian Marind Anim, kelestarian Merauke adalah kelestarian Indonesia. Karena itulah pengelolaan hutan di Kabupaten Merauke mendapat perhatian yang sangat khusus. Ada banyak pihak yang berkepentingan atas potensi maupun kelestariannya. Mulai dari lembaga dan perusahaan internasional, pemerintah pusat, pengusaha, hingga masyarakat adat sendiri.

Hutan di Kabupaten Merauke merupakan tempat dimana pohon penghasil minyak kayu putih tumbuh dengan sendirinya dan cukup banyak terdapat di tempat, antara lain Desa Wasur, Yanggandur, Rawa Biru, Sota dan Tomerau. Minyak kayu putih dalam nomenklatur kehutanan merupakan hasil hutan non kayu, yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan tanpa merusak ekosistem yang ada. Kualitas Minyak Kayu Putih yang diproduksi oleh masyarkat di Kabupaten Merauke memiliki kandungan Xinol yang cukup tinggi bahkan telah tersertifikasi secara nasional. Tak heran, bila industri kayu putih menjadi primadona bagi Papua dan potensi tersebut 95 persen ada di Kabupaten Merauke.

Bentuk lahan yang datar, dan tanah yang subur, juga membuat wilayah Merauke menjadi primadona di sektor pangan. Ini artinya pengembangan lahan pertanian sedikit banyak akan mempengaruhi luas hutan yang ada. Apalagi bila rencana proyek Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) jadi dilanjutkan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Merauke, Harmini, mengatakan bahwa pihak manapun yang berkepentingan atas pemanfaatan lahan hutan harus melakukan penghijauan, supaya tidak rusak. Terutama hutan sagu, harus dilindungi. Selain merupakan daerah sakral, hutan sagu adalah daerah resapan air.

Hal lain yang juga menjadi fokus perhatian adalah terkait prinsip Free and Prior Informes Consent (FPIC), artinya segala macam pembangunan yang bersinggungan dengan masayrakat adat haruslah berdasarkan persetujuan yang bebas dan disepakati serta disampaikan ke masyarakat adat sebelum proyek pembangunan dijalankan. Sebagaimana data tahun 2015, pembagian tipe hutan yang ada di Kabupaten Merauke, yaitu hutan primer, hutan sekunder, dan non hutan dengan luas total mencapai 4.812.903 hektar. Kawasan non hutan menjadi tipe terluas dengan luas sebesar 2.72.156 ha. Sedangkan jenis hutan mangrove yang tergolong hutan sekunder menjadi hutan dengan luas terkecil sebesar 7.642 hektar.

Peternakan

Meski bukan merupakan prioritas, namun perkembangan sektor peternakan di Kabupaten Merauke cukup lumayan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah hewan ternak yang ada, dimana pada tahun 2015, jumlah hewan ternak di Kabupaten Merauke mencapai 51.330 ekor. Jumlah ini didominasi oleh sapi potong sebanyak 34.521 ekor atau sekitar 67,25 persen. Populasi ternak berikutnya adalah kambing dan babi dengan jumlah masing-masing 7.535 ekor dan 7.166 ekor. Populasi ternak kuda dan kerbau menjadi dua jenis ternak dengan jumlah terkecil. Sampai dengan 2015, jumlah keduanya hanya sebesar 1735 ekor dan 555 ekor. Kebiasaan beternak relatif besar dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Merauke. Selain hewan ternak biasa, populasi ternak unggas juga relatif tinggi di Kabupaten Merauke yang mencapai 1.743.486 ekor yang didominasi oleh ayam kampung sebanyak 1.084.735 ekor. Disusul dengan ayam pedaging dengan jumlah 364.054 ekor, ayam petelur 263.582 ekor, dan itik 31.115 ekor.

Perikanan

Selain tanaman padi, sektor perikanan di Kabupaten Merauke juga merupakan yang terbesar di Provinsi Papua. Jumlah produksi ikan untuk konsumsi lokal di Kabupaten Merauke pada tahun 2015 sebanyak 9.105.459 kg dan nilai produksinya sebesar Rp.202.359.896.000,00. Pada tahun ini, ikan beku campuran tidak lagi diekspor. Hal ini disebabkan karena adanya moratorium dari Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menutup perusahaan penangkap ikan asing yang beroperasi di Kabupaten Merauke dan wilayah lain di Indonesia. Akibatnya, produksi ikan banyak berpindah distribusinya dari ekspor menjadi antar pulau. Pada tahun 2015, dengan jumlah produksi perikanan Kabupaten Merauke mencapai 9.105.459 kg, perikanan laut masih mendominasi hasil produksi tersebut dengan hasil produksi mencapai 7.116.238 kg atau mencapai 78 persen. Kondisi geografis Kabupaten Merauke yang berbatasan dengan Laut Arafura di sebelah selatan dan sebelah barat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat sebagai lokasi pengembangan perikanan laut. Sementara itu, produksi perikanan darat di Kabupaten Merauke pada tahun 2015 mencapai 1.989.221 kg atau sebesar 22 persen dari seluruh hasil produksi perikanan. Dari hasil produksi perikanan laut yang dihasilkan, nilai produksinya relatif tinggi. Pada tahun 2015, nilai produksi perikanan laut di Kabupaten Merauke mencapai Rp.161.563.741.000,00. Nilai tersebut hampir empat kali lipat dari nilai produksi perikanan darat di Kabupaten Merauke yang pada tahun 2015 sebesar Rp.40.796.155.000,00. Besarnya nilai produksi perikanan baik perikanan laut maupun perikanan darat, merupakan modal besar bagi pembangunan wilayah di Kabupaten Merauke. Pemerintah Kabupaten Merauke saat ini tengah aktif dalam melakukan pembinaan atau menjalankan kegiatan dan program lainnya yang langsung bersentuhan dengan para pelaku perikanan di Kabupaten Merauke agar multiplier effect yang dihasilkan semakin bermanfaat bagi masyarakat.

Pariwisata

Merauke, berasal dari sebuah cerita dimana pada saat bangsa Belanda pertama memasuki wilayah Merauke, tepatnya di sekitar sungai Maro. Mereka bertanya pada suku Marind (suku asli Merauke) tentang nama wilayah ini. Suku Marind tidak mengerti bahasa Belanda maupun Indonesia, mereka akhirnya hanya bisa mengatakan bahwa sungai ini adalah sungai Maro, yang dalam bahasa Marind berbunyi “Maro Ka Ehe”. Sejak itulah, wilayah tersebut dinamai “Maro Ka Ehe” dan dikenal hingga kini menjadi Merauke.

Kota Merauke adalah kota kabupaten yang terletak jauh di ujung timur Indonesia. Keistimewaannya tidak hanya itu, Kota ini juga merupakan titik terakhir wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan Negara Papua Nugini. Hal ini membuat keberadaan kota ini sungguh berarti dan istimewa bagi sejarah perjuangan berdirinya Indonesia hingga menjadi bagian dari sebuah lagu perjuangan yang berjudul “Dari Sabang sampai Merauke”.

Sebagai wilayah yang sarat akan nilai sejarah perjuangan Indonesia, tentu di kota ini terdapat banyak tempat-tempat bersejarah yang peringatan berdirinya Indonesia. Salah satunya adalah tugu kembar yang terdapat di distrik Sota. Tugu ini hanya ada dua di Indonesia, satu terdapat di Merauke dan lainnya di Sabang. Tugu ini menjadi sebuah peringatan akan batas paling timur dan paling barat dari Negara Indonesia. Selain itu juga ada taman Sota, di tempat ini terdapat tugu peringatan batas wilayah timur paling akhir dari Indonesia beserta informasi koordinatnya. Taman ini tidak hanya menjadi penanda wilayah Indonesia, tetapi juga tempat wisata bagi masyarakat sekitarnya.

Tidak hanya wisata sejarah, Merauke juga mempunyai tempat-tempat wisata menarik untuk didatangi, seperti Pantai Lampu Satu yang begitu luas menghampar. Di pantai ini, kita dapat melihat salah satu mercusuar penunjuk arah bagi para pelaut yang sedang berlayar. Tempat ini juga merupakan desa nelayan yang berisi masyarakat komunitas Bugis dan Makasar. Umumnya mereka adalah pendatang yang mengadu nasib di perantauan Merauke.

Wisata alam pun juga menjadi pilihan yang menarik untuk didatangi. Salah satu yang terkenal adalah Taman Nasional Wasur. Dalam Taman Nasional ini, kita dapat menyaksikan kondisi alam asli Merauke yang merupakan perpaduan wilayah rawa dan padang savanna. Kemudian, hewan-hewan khas Merauke seperti rusa dan sejenis kanguru kecil pun banyak dapat kita temukan di Taman Nasional ini. Belum lagi, sarang rayap Musamus yang menjulang tinggi hingga 5 meter dan banyak ditemukan di sepanjang perjalanan ke Sota. Kondisi alam Merauke memang sedikit berbeda dengan kondisi alam Papua secara umum. Merauke memiliki kondisi alam yang tidak jauh berbeda dari Australia utara.

Bila kita ingin membeli barang-barang kerajinan khas Merauke, ada satu kerajinan khas menarik yang layak dibeli. Kerajinan ini adalah barang-barang yang berbahan dasar kulit buaya. Kulit buaya menjadi salah satu industri rumah unggulan bagi masyarakat Merauke, hal ini disebabkan karena populasi buaya yang begitu besar di Merauke. Hal ini legal secara hukum, karena ada kebijakan khusus bagi Merauke tentang perburuan buaya yang tetap dalam pengawasan pemerintah daerah setempat. Biasanya, kerajinan kulit ini dapat berupa dompet, ikat pinggang, sepatu, tas, bahkan tas golf yang cukup unik dan berharga cukup mahal.

Dalam sisi kuliner pun, Merauke terkenal mempunyai makanan yang cukup khas dan unik. Daging rusa misalnya, akan banyak kita temui di Merauke dan diolah dalam berbagai macam jenis makanan. Semur, dendeng, maupun sate berbahan dasar daging rusa umum kita temukan di seluruh kota Merauke. Hal ini sangat beralasan, karena rusa merupakan hewan yang mempunyai populasi sangat banyak di Merauke dan legal secara hukum untuk menjadi hewan buruan.

Kota Merauke punya pesona yang sangat menarik. Sebagai kota terujung di timur Indonesia, Merauke pantas untuk dijadikan destinasi wisata di propinsi Papua. Wilayah yang cukup aman, tenang dan penduduknya yang hidup damai berdampingan menambah keunggulan Merauke sebagai kota wisata. Kini, Merauke terus mempercantik diri sebagai kota wisata paling timur di Indonesia.

Transportasi

Perjalanan menuju Merauke bisa ditempuh melalui jalur laut, udara, bahkan darat. Perjalanan dari Jakarta misalnya, bisa dimulai dari Bandara Soekarno Hatta, kemudian singgah di Makassar atau ada juga yang langsung menuju Bandara Sentani Jayapura. Perjalanan udara dari Soeta ke Sentani biasanya ditempuh selama 7 jam. Dari Jayapura perjalanan dilanjutkan menuju Bandara Mopah, Merauke selama kurang lebih satu jam. Jadi total waktu tempuh Jakarta-Merauke selama 8 jam terbang. Setelah sampai di Mopah perjalanan dianjutkan menuju terminal Wamanggu dengan naik angkutan kota. Di terminal Wamanggu kita bisa naik bus sesuai jurusan yang dituju.

Saat ini pemerintah pusat dan daerah Papua sedang mengebut pembangunan Jalan Trans Papua-Papua Barat. Proyek ini akan membuka konektivitas ke daerah-daerah di dua provinsi tersebut, membuka wilayah yang selama ini terisolasi dari Sorong di ujung Papua barat, hingga Merauke di ujung timur Papua.

Energi & Air Bersih

Tumbuhnya industri agro seiring program Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) berimbas pada meningkatnya kebutuhan masyarakat akan energi baik listrik, gas, maupun BBM. Untuk tenaga listrik misalnya, pada tahun 2009 produksinya mencapai 59.576.539 kwh atau naik sebesar 9,72 % dibanding tahun 2008. Dari hasil produksi tersebut sebanyak 53.819.368 kwh atau sebesar 90,34 % terjual. Banyaknya pelanggan pada tahun 2009 mencapai 23.905 pelanggan. Pelanggan rumah tangga mengkonsumsi tenaga listrik 11.492.507 kwh (68,96 %).

Menjawab kebutuhan masyarakat Merauke tersebut, PLN Wilayah Papua dan Papua Barat (WP2B) baru-baru ini meresmikan Stasiun Listrik Umum (SPLU) pertama di Papua, yaitu di Taman Lingkaran Brawijaya. Ini merupakan langkah awal dari PLN untuk mengenalkan SPLU kepada masyarakat Papua, khususnya di Merauke sekaligus sebagai jawaban dari kebutuhan masyarakat akan kemudahan pengisian listrik di tempat umum. Selain di Taman Lingkaran Brawijaya, PLN juga meluncurkan SPLU di dua lokasi lain di Merauke, yakni di Jl. Aru dan di Jl. Ahmad Yani.

Terkait elektrivikasi, Kepala Bidang Kelistrikan dan Pemanfaatan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Merauke Frans Anggawen mengatakan, sebanyak 89 dari 160 kampung belum teraliri listrik. Sejauh ini telah dibantu pembangkit listrik tenaga surya. Sampai tahun 2011, terdapat 586 unit PLTS. Sementara terkait BBM, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2016 tentang Percepatan Pemberlakuan Satu Harga Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Tertentu dan Jenis BBM Khusus Penugasan Secara Nasional.

Air Minum

Jumlah pelanggan air bersih di Kabupaten Merauke dari tahun ke tahun menunjukkan adanya perkembangan. Jumlah pelanggan pada tahun 2009 mencapai 3.421 pelanggan atau naik 5,65 % dari tahun lalu. Volume air bersih yang diproduksi sebanyak 661.208,00.

Pendapatan DOMESTIK Regional BRUTO (PDRB)

Gambaran Kondisi Pendapatan Regional (PDRB) Kabupaten Merauke memiliki peran penting dalam perekonomian Provinsi Papua, laju pertumbuhan ekonomi Merauke cukup tinggi. Hal ini terlihat dari PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) yang terus mengalami tren kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 misalnya, PDRB ADHB Kabupaten Merauke hanya sebesar Rp 5.393.465,5 juta dan PDRB ADHK sebesar Rp5.393.465,6 juta.

Pada tahun-tahun berikutnya, nilai PDRB ADHB maupun PDRB ADHK mengalami tren kenaikan hingga pada tahun 2015 PDRB ADHK sebesar Rp 7.686.878,1 juta dan PDRB ADHB mencapai Rp 10.171.133,4 juta. Jika dibandingkan dengan nilai PDRB pada 2014, nilai PDRB ADHK Kabupaten Merauke mengalami pertumbuhan sebesar 7,04 persen dari Rp 8.907.059,3 juta dan PDRB ADHB meningkat sebesar 14, 20 persen dari Rp 7.185.178,2 juta.