-->

Kabupaten Keerom

Kabupaten Keerom
Kabupaten Keerom merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua yang sebelum berdiri menjadi kabupaten merupakan bagian dari Kabupaten Jayapura. Hingga dengan payung hukum UU RI No. 26 Tahun 2002, Keerom resmi menjadi kabupaten yang berdiri sendiri. Pada awal pembentukannya Kabupaten Keerom terdiri dari 5 (lima) distrik (Distrik Arso, Skanto, Waris, Senggi dan Web) dengan 48 kampung. Pada tahun 2007 berkembang menjadi 7 (tujuh) distrik dan 61 kampung dengan tambahan Distrik Arso Timur dan Towe, serta pada tahun 2014 dicanangkan untuk pemekaran distrik menjadi 11 (sebelas) distrik dan 91 kampung dengan penambahan Distrik Arso Barat, Mannem, Yaffi, dan Kaisenar yang realisasinya baru dilaksanakan di tahun 2015 akhir.

Kondisi Geografis

Menempati wilayah seluas 9.365 Km2, Kabupaten Keerom memiliki letak geografis yang berbatasan langsung dengan negara  Papua New Guinea (PNG) di sebelah timur. Sedangkan wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pegunungan Bintang, di sebelah utara berbatasan dengan Kota Jayapura, dan Kabupaten Jayapura di sebelah barat. Secara geografis kabupaten ini berada antara 140015’ – 14100’ Bujur Timut dan 2037’0’’ – 400’0’’ Lintang Selatan dengan ketinggian berkisar antara 0 – 2000 meter di atas permukaan laut (Mdpl), wilayah Kabupaten Keerom merupakan lereng dengan kemiringan lebih dari 40%. Sebagian besar wilayah yakni seluas 5.722,96 Km2(61,11% dari total wilayah) berada pada ketinggian 400 – 1500 Mdpl. Distrik Arso, Dkanto, dan Arso Timur merupakan wilayah terendah dengan ketinggian diantara 0 – 1.000 Mdpl. Suhu berkisar antara 22,40C – 34,20C, menjadikanKabupaten Keerom memiliki suhu yang cukup panas dengan kelembapan yang cukup tinggi (75,6% – 83,9%). Panasnya suhu di Kabupaten Keerom diimbangi dengan curah hujan yang cukup tinggi, sebesar 1.017,0 mm dan hari hujan sebanyak 108 hari. Kecepatan maksimum angin berkisar antara 13,0 – 21,0 Knot. Sedangkan tekanan udara antara 1.007,8 – 1.035,0 mbps.

Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Keerom pada tahun 2015 tercatat 53.694 jiwa, yang terdiri atas 28.896 orang penduduk laki-laki (53,82 persen) dan 24.798 orang penduduk perempuan (46,18 persen). Jumlah rumah tangga di Kabupaten Keerom pada tahun 2015 adalah sebanyak 13.026 rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata dalam 1 rumah tangga terdapat 4 anggota rumah tangga. Sementara itu, tingkat density atau kepadatan penduduk pada tahun 2015 tercatat hanya 6 orang/km2. Distrik Arso Barat memiliki tingkat kepadatan tertinggi yaitu 47 orang orang/km2. Sedangkan yang terendah di Senggi dan Kaisenar yang hanya 1 orang/km2.

Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Keerom selama kurun waktu tiga tahun terakhir secara umum mengalami trend menurun dengan rata-rata pertumbuhan satu digit. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Keerom mencapai 7,66 persen, mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 8,10 persen.Sama seperti tahun sebelumnya, pada tahun 2013 sektor perdagangan, hotel, & restoran, serta sektor jasa-jasa masih menjadi penggerak utama tingginya laju pertumbuhan di Kabupaten Keerom. Sektor jasa-jasa memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2013 yaitu sebesar 11,15 persen. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, & restoran dan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan berada di peringkat berikutnya yang masing-masing tumbuh sebesar 11,05 persen dan 7,70 persen pada tahun 2013. Sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor industri pengolahan, sektor pertambangan & penggalian, dan sektor pertanian memiliki laju pertumbuhan dibawah 8 persen.
Indeks Pembangunan Manusia

IPM atau Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Keerom pada tahun 2015 sebesar 63,43 atau naik 0,70 poin jika dibandingkan capaian IPM tahun 2014 sebesar 62,73.

Pendidikan

Pembangunan pendidikan di Kabupaten Keerom secara umum dapat dikatakan memeiiliki capaian yang baik. Secara total, APS Kabupaten Keerom tahun 2015 tertinggi berada pada kelompok usia SMP/Sederajat atatu usia 13-15 tahun yaitu sebesar 92,06 persen dan yang terendah adalah kelompok usia SMA/Sederajat atau 16-18 tahun yaitu 80,90 persen. Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk perempuan Kabupaten Keerom adalah 11,59 tahun dan HLS laki-laki adalah 11,50 tahun. Tingkat pendidikan penduduk 15 tahun ke atas pada umumnya telah menyelesaikan jenjang pendidikan SMP atau jenjang di atasnya yaitu sebanyak 55,36 persen. Hal ini sejalan dengan gambaran rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Keerom sebesar 6,85 tahun yang berarti penduduk Kabupaten Keerom pada umumnya belum menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun atau jenjang SMP.

Kesehatan

Pada 2016 Kabupaten Keerom telah memiliki 10 Puskesmas dan 53 Puskesmas Pembantu (Pustu). Selain itu, untuk memudahkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, Kabupaten Keerom juga memiliki fasilitas puskesmas keliling berupa kendaraan roda 4 sebanyak 16 unit. Peningkatan derajat kesehatan juga diusahakan dengan penambahan jumlah tenaga kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Keerom pada tahun 2016 sebanyak 257 orang. Jumlah tersebut diantaranya adalah dikter sebanyak 23 orang, 119 orang perawat , 87 orang bidan dan 28 orang tenaga kesehatan bukan medis. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Keerom ini telah memenuhi rasio ideal terhadap jumlah penduduk yang dikemukakan oleh Kementrian Kesehatan. Idealnya, dalam 100.000 penduduk terdapat 30 dokter. Di Kabupaten Keerom, terdapat 23 dokter untuk melayani 53.694 penduduk. Sedangkan raasio ideal perawat adalah terdapat 158 perawat untuk melayani 100.000 penduduk. Di Kabupaten Keerom terdapat 119 perawat untuk melayani 53.694 penduduk.

Pertanian

Potensi pertanian tanaman pangan dan holtikultura yang dikelola oleh petani selama ini telah mampu menghasilkan beberapa jenis komoditi dengan luas panen dan jumlah produksi yang cukup memadai, seperti; padi, jagung, ubi kayu, ubi jakar, kacang kedelai dan kacang tanah.

Berdasarkan tabel diatas, bahwa data sector pertanian tanaman pangan memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan. Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten Keerom diupayakan mengambil kebijakan untuk mengembangkan usaha tani sesuai komoditi tersebut diatas. Sehingga program kegiatan tersebut dapat terlaksana secara efisien dan efektif dalam rangka mewujudkan peningkatan pendapatan masyarakat dan perluasan lapangan pekerjaan.

Komoditi Sayuran

    Bawang Merah, luas panen 110,00 Ha (2011), 130,00 Ha (2012), 130,00 Ha (2013), 115,00 Ha (2014)
    Kubis/Kol, luas panen 93,5 Ha (2011), 182,00 Ha (2012), 171,00 Ha (2013), 151,00 Ha (2014)
    Cabe, luas panen 199,00 Ha (2011), 304,00 Ha (2012), 304,00 Ha (2013), 163,00 Ha (2014)
    Tomat, luas panen 177,00 Ha (2011), 165,00 Ha (2012), 165,00 Ha (2013), 141,00 Ha (2014)
    Kacang Panjang, luas panen 169,00 Ha (2011), 170,00 Ha (2012), 170,00 Ha (2013), 198,00 Ha (2014)
    Ketimun, luas panen 74,00 Ha (2011), 82,00 Ha (2012), 82,00 Ha (2013), 151,00 Ha (2014)

Komoditi Buah-buahan

Komoditi buah-buahan lebih dominan adalah pisang, rambutan, nanas dan jeruk. Komoditi buah-buahan mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan di Kabupaten Keerom. Rata-rata produksi komiditi buah-buahan (ton/Ha) pada tahun 2014, sebagai berikut;

    Pisang, mencapai 7,00%
    Nanas mencapai, 5,61%
    Rambutan mencapai, 4,00%
    Jeruk mencapai, 5,20%

Penghasil komoditi buah-buahan tersebar hanya pada beberapa distrik yaitu, Arso, Arso Barat, Arso Timur, Mannem, Skanto, Waris dan Senggi.

Pada subsektor pertanian tanaman pangan, pada tahun 2016 tercatat produksi padi sebesar 1.413,9 ton atau menurun sebesar 65,83 persen dibandingkan tahun 2014 yang tercatat sebanyak 4.137,5 ton. Penurunan produksi yang terjadi disebabkan menurunnya luas panen padi dari 1.219,0 Ha pada tahun 2014 menjadi 370,0 Ha pada 2016. Tercatat rata-rata produksi per hektar pada tahun 2016 mencapai 3,82 Ton/Ha. Kondisi yang sama terjadi pada produksi tanaman palawija yang menunjukkan penurunan produksi. Produksi jagung menurun 33,28 persen pada 2016, sedangkan produksi ubi jalar menurun 40,56 persen. Sementara itu produksi ubi kayu meningkat sebesar 21,05 persen pada tahun 2016.

Produksi kacang kedelai pada tahun 2016 tercatat mencapai 316,4 ton. Pada tanaman buah-buahan, tercatat produksi pisang masih menjadi komoditi unggulan. Pada tahun 2016 produksinya mencapai 1.183 ton. Produksi buah jeruk menempati urutan kedua. Produksinya sebesar 421 ton. Selain itu, beberapa buah-buahan lain yang dihasilkan di Kabupaten Keerom diantaranya pepaya, salak, nanas, kedondong, dan nangka. Komoditi perkebunan lebih dominan pada Kelapa Sawit, Kakao, Pinang dan Sagu. Khusus pada komoditi Kelapa Sawit tersebar di distrik Arso, Arso Barat, Skanto, Arso Timur, dan Mannem. Sedangkan komoditi Kakao, Pinang dan Sagu tersebar diseluruh distrik Kabupaten Keerom.

Perkembangan luas tanam komoditi Kelapa Sawit, Kakao, Pinang dan Sagu pada tahun 2014, antara lain,sebagai berikut:

    Kelapa Sawit Luas Tanam 17,795,00(Ha), Persentase 24,93(%)
    Kakao Luas Tanam 7,754,00(Ha), Persentase 6,25(%)
    Pinang Luas Tanam 984,00(Ha), Persentase 382,35(%)
    Sagu Luas Tanam 1,675,00(Ha), Persentase 37,18(%)

Kehutanan

Kabupaten Keerom juga memiliki area hutan dengan berbagai pemanfaatan. Total hutan pada tahun 2016 seluas 942.160,31 hektar. Hutan lindung merupakan pemanfaatan dengan areal lahan terluas (34,96%). Hutan yang digunakan untuk kawasan suaka alam menempati area terkecil, seluas 0,26 persen dari total hutan.

Keberhasilan dalam meningkatkan produkstivitas sangan tmembutuhkan teknik bercocok tanam yang baik. Hal ini berkaitan dengan pemilihan varietas bibit yang tepat dan pengelolaan lahan dengan pemupukan yang terpadu. Sebagian besar petani menanam variietas padi unggul, sedangkan pada tanaman jagung dan kedelai petani kebanyakan menanam jenis lokal.

Peternakan

Potensi peternakan merupakan sektor yang memiliki peran dalam perekonomian di Kabupaten Keerom. Ketersedian rumput sebagai pakan ternak yang cukup melimpah sehingga relatif mudah dan cepat diperoleh serta dengan biaya yang sangat rendah. Peternakan yang lebih dominan dipelihara masyarakat adalah sapi, kambing dan babi. Sementara usaha ternak yang dikelola oleh masyarakat selama periode 2013-2014, sebagai berikut:

    Sapi, Tahun 2013 (11,336 ekor / 33,73% ), Tahun 2014 (13,364 ekor / 33,73%)
    Kambing, Tahun 2013 (5,942 ekor / 7,43% ), Tahun 2014 ( 6,091 ekor / 7,43%)
    Babi, Tahun 2013 (1,651 ekor / 13,75% ), Tahun 2014 (1,725 ekor / 13,75%)
    Ayam, Tahun 2013 (63,297 ekor / 293,73% ), Tahun 2014 (65,196 ekor / 293,73%)

Populasi ternak sapi, kambing, dan ayam buras telah mengalami perkembangan. Populasi ternak babi mengalami penurunan. Keadaan ini menunju- kan bahwa para peternak lebih cenderung memilih untuk memelihara dan mengembangkan usaha ternaknya pada jenis komoditi sapi dan ayam, dengan pertimbangan mudah memelihara dan memasarkan di pasar lokal terutama dengan kehadiran para pedagang sentra produksi para peternak. Selain subsektor tan man pertanian dan perkebunan, peternakan juga meupakan subsektor yang memiliki peranan penting di Kabupaten Keerom. Hal ini didorong dengan adanya ketersediaan rumput sebagai pakan ternak yang mencukupi di kabupaten ini. Ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat Keerom antara lain sapi, kambing, dan babi.

Pada 2016 jumlah sapi tercatat sebanyak 14.612 ekor atau mengalami peningkatan sebesar 7,17 persen dibandingkan jumlah sapi pada tahun 2014. Jumlah kambing mengalami peningkatan pada tahun 2016. Dinas pertanian, peternakan dan perikanan Kabupaten Keerom mencatat pada tahun 2016 jumlah ternak kambing mencapai 6.187 ekor atau meningkat sebesar 1,58 persen bila dibandingkan dengan jumlah ternank kambing pada tahun 2014 yang tercatat sebanyak 6.091 ekor.

Peningkatan ternak ayam buras juga terjadi pada tahun 2016. Ternak ayam buras tercatat sebanyak 67.156 ekor pada tahun 2016 atau meningkat sebesar 3 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 65.196 ekor. Peningkatan ini disebabkan oleh jumlah peternak ayam yang semakin meningkat.

Para petani di Kabupaten Keerom juga mengembangkan usaha perikanan darat. Ikan mas, nila, mujair, dan lele, merupakan jenis ikakn yang banyak diusahakan di kabupaten ini. Pengembangan perikanan darat inisebagian besar dikembangkan di Distrik Skanto dan Arso.

Perikanan

Potensi perikanan di Kabupaten Keerom pada komoditi perikanan darat yaitu, ikan mas, nilla, mujair, lele dan belut. Potensi pengembangan komoditi perikanan darat tersebar diseluruh distrik, kecuali distrik towe. Perikanan darat lebih banyak dikembangkan di distrik Skanto, dikarenakan adanya ketersediaan sumber mata air serta minat masyarakat untuk mengelola usaha perikanan darat ini sebagai memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga. Pemukiman masyarakat Ketersediaan sumber daya manusia yang cukup terampil, Produksi ikan mujair dan lele menunjukkan penurunan. Produksi ikan mujair pada tahun 2016 sebesar 0,75 ton. Peningkatan produksi terjadi pada ikan nila dan mas. Produksi ikan nila naik menjadi 68,88 ton dan ikan mas naik menjadi 14,72 ton.

Pada tahun 2016 nilai produksi perikanan darat sebesar 5,97 milyar rupiah. Peningkatan produksi perikanan darat pada 2016 dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah kolam pada tahun 2016 naik 0,51 persen menjadi 597 kolam. Sementara jumlah rumah tangga perikanan darat pada tahun 2016 sebanyak 555 rumah tangga atau meningkat dibanding tahun 2014.

Pariwisata

Ada beberapa potensi wisata di Kabupaten Keerom yang menarik dan sebenarnya bisa dikembangkan. Potensi wisata tersebut meliputi wisata budaya, wisatasejarah, wisata alam, maupun wisata buatan. Selain itu ada pula potensi budaya seperti rumah adat, suku, maupun tarian daerah yang mencirikan wilayah keerom.

Kabupaten Keerom adalah salah satu kabupaten yang memiliki potensi pariwisata di Provinsi Papua, diantaranya potensi wisata alam, wisata religi dan ekoturism. Potensi wisata memiliki nilai ekonomis yang tinggi bila dikembangkan secara profesional maka akan menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD). Potensi Objek Wisata di Kabupaten Keerom meliputi beberapa Situs dan Goa-goa dan Air Terjun, Goa Maria, Goa Kelelawar, Telaga Yuwom, Air Asin Tugu Gereja Katholik, Gumumbru Befan, Kwarpe Befan, Ore befan, dan Ba Amdru.

Transportasi

Sarana transportas di Kabupaten Keerom cukup beragam. Sebagian wilayah telah dapat diakses melalui jalan darat. Namun beberapa daerah untuk mencapainya harus menggunakan speedboat/ perahu/ katingting (pereahu bermesin) bahkan menggunakan pesawat/helikopter.

Distrik Towe merupakan salah satu distrik di Kabupaten Keerom dimana untuk mencapai wilayah tersebut hanya dapat menggunakan transportasi udara.

Sementara itu, wilayah di Kabupaten Keerom yang sudah dapat terakses jalur darat telah terhubung melalui jalan dengan permukaan jalan berbagai tipe. Panjang jalan di Kabupaten Keerom pada tahun 2016 mencapai 1.214,81 km. Jalan tersebut meliputi 346,38 Km jalan negara (kelas IIIA), 194,70 Km jalan provinsi (kelas IIIB), dan jalan kabupaten (kelas IIIA dan IIIB) sepanjang 42,11 Km dan 631,62 Km. Jalan negara mencakup jalan menuju perbatasan antara Kabuparen Keerom dengan negara Papua New Guinea. Ketiga jenis jalan tersebut berangsur-angsur mengalami pertambahan pengaspalan sejalan dengan pembangunan yang berlangsung di Kabupaten Keerom.

Berdasarkan catatan Dinas Pekerjaan Umum, sepanjang 341,47 km jalan di Kabupaten Keerom merupakan jalan beraspal. Jalan beraspal ini didominasi oleh jalan negara dan jalan provinsi mencapai panjang 194,77 m. Sementara itu, jalan-jalan yang menghubungkan wilayah di Kabupaten Keerom sebagian besar masih merupakan pengerasan tanah yang ditimbul kerikil. Jalan kabupaten yang mengalami pengaspalan sepanjang 146,70 m atau 21,77 persen dari total panjang jalan kabupaten. Sedangkan sepanjang 226,24 (33,58%) berupa timbunan kerikil dan sepanjang 300,79 Km (44,65%) berupa tanah. Pada umumnya kondisi jalan di Kabupaten Keerom dalam kondisi yang baik. Perbaikan yang telah dilaksanakan telah mengakibatkan meningkatnya kualitas jalan pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2014. Hal ini tercermin dari bertambahnya persentase jalan dengan kondisi baik dari jalan kabupaten. Perbaikan dan penambahan luas bahu jalan juga sedang berlangsung, antara lain yang terjadi di jalan raya trans papua.

Infrastruktur lain yang tidak kalah penting adalah sarana jembatan. Panjang jembatan di tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 9,82%, dari 2.708 M pada tahun 2014 menjadi 2.442 M pada tahun 2016. Penurunan panjang jembatan itu terjadi hampir terjadi diseluruh distrik.

Sebagian besar kampung di Kabubpaten Keerom telah dapat diakses dengan kendaraan roda empat. Sarana transportasi antar kampung hanya dapat ditempuh denga berjalan kaki. Selain akses jalan yang sedang mengalami perbaikan, sarana telekomunikasi di Kabupaten Keerom masih mengalami keterbatasan di beberapa wilayah, khususnya daerah terpencil. Kantor pos sebagai salah satu sarana telekomunikasi hanya terdapat di 2 distrik, yaitu kantor pos di Distrik Waris serta di Distrik Arso. Sepanjang tahun 2016, kegiatan yang dilakukan kantor pos mencapai 19.622 aktivitas atau naik 86,17 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan 10.540 aktivitas.

Energi dan Air Bersih

Salah satu indikator bahwa suatu wilayah dikatakan mencapai kemajuan pembangunan sosial ekonomi adalah apabila akses rumah tangga terhadap kebutuhan listrik sudah terjangkau. Berdasarkan Susenas 2013, sebesar 86,5 persen rumah tangga di Kabupaten Keerom telah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan rumah, baik bersumber dari PLN (53,3 persen) maupun bukan PLN (33,2 persen). Hal ini berarti pelayanan listrik sudah menjangkau lebih dari separu wilayah Kabupaten Keerom. Namun demikian, jumlah rumah tangga yang belum terakses penerangan listrik persentasenya juga masih relarif besar.

Dengan 13,5 persen, pada umumnya rumah tangga ini banyak terdapat di wilayah-wilayah terpencil. Dimana pada umumnya belum terjangkau jaringan listrik PLN dan tidak memiliki kemampuan untuk mengakses listrik non PLN, seperti dengan adanya penggunaan genset. Dengan kondisi ini, perlu adanya perhatian, khususnya pemerintah Kabupaten Keerom, karena secara tidak langsung akan berdampak pada kualitas hidup masyarakat.

Selain itu, sumber air minum dapat digunakan sebagai indikator apakah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sudah memenuhi kualitas air yang higienis. Dalam Susenas 2013, air bersih didefinisikan sebagai air minum yang bersumber dari air kemasan bermerk, air isi ulang, ledeng eceran/meteran ditambah dengan sumber air minum yang berasal dari bor/pompa,sumur, dan mata air dengan jarak ke penampungan tinja/kotoran terdekat lebih dari 10 m. Batasan tersebut untuk menghindari terkontaminasinya sumber air minum dari limbah rumah tangga.

Pada tahun 2013 rumah tangga di Kabupaten Keerom yang telah menggunakan fasilitas air bersih hanya 40,4 persen. Sedangkan mayoritas (59,6 persen) rumah tangga di Kabupaten Keerom masih menggunakan sumber air minum yang tidak sehat, yakni dari air sungai dan air hujan. Besarnya persentase ini dikarenakan kondisi di Kabupaten Keerom sendiri, dimana jenis tanah yang berupa rawa menyebabkan air tanah di Kabupaten Keerom memiliki kadar kapur yang tinggi. Lebih dari separuh rumah tangga di Kabupaten Keerom (61,8 persen) sudah menggunakan fasilitas tempat buang air besar, baik yang memiliki sendiri (60,4 persen) maupun menggunakan bersama (1,4 persen).
Pendapatan DOMESTIK Regional BRUTO (PDRB)

PDRB Kabupaten Keerom tahun 2016 atas dasar harga berlaku mencapai nilai 2,12 triliun rupiah atau meningkat 12,68 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,88 triliun rupiah. Bahkan bila dibanding lima tahun sebelumnya (tahun 2010) nilai tersebut meningkat hampir dua kali lipat atau meningkat 93,47 persen. Bukan hanya PDRB atas dasar harga berlaku yang mengalami peningkatan, PDRB atas dasar harga konstan pun mengalami peningkatan yang cukup besar. PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Keerom pada tahun 2016 adalah sebesar 1,66 triliun rupiah lebih atau meningkat 7,07 persen dari tahun 2014 yang tercatat sebesar 1,55 triliun rupiah.

Kontribusi tertinggi dalam pembentukan nilai PDRB tahun 2016 di Kabupaten Keerom adalah kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan kontribusi sebesar 34,22 persen atau sebesar 742,68 milyar rupiah. Meskipun masih mendominasi struktur perekonomian di Kabupaten Keerom, peranan kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan sudah jauh lebih rendah dibanding lima tahun sebelumnya yang rata-rata berkontribusi 36,94 persen.

Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Keerom selama kurun waktu tiga tahun terakhir secara umum mengalami trend yang berfluktuasi dengan rata-rata pertumbuhan satu digit. Pada tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Keerom mencapai 7,07 persen.

PDRB perkapita mengalami trend yang meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan meningkatnya total nilai tambah sektor-sektor ekonomi. Hingga tahun 2016, nilai PDRB perkapita kabupaten ini telah mencapai 39,44 juta rupiah lebih atau meningkat 11,23 persen dari tahun 2014 yang sebesar 35,46 juta rupiah. Bahkan nilai ini telah meningkat 76,62 persen dari lima tahun sebelumnya (2010) yang saat itu bernilai 22,33 juta rupiah.

Nilai PDRB Kabupaten Keerom senantiasa mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun selama periode 2010 s/d 2015 seiring peningkatan aktivitas perekonomian masing-masing sektor ekonomi.

Menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi mengalami pertumbuhan yang signifikan dari tahun ke tahun yang dilakukan para pelaku ekonomi dengan laju pertumbuhan rata-rata mencapai 8,67%.

Aktivitas pengelolaan usaha pada setiap sektor ekonomi yang dijalankan oleh pelaku ekonomi telah menciptakan puka peningkatan kontribusi masing-masing sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB Kabupaten Keerom selama 2013-2015.

Besarnya kontribusi pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Keerom selama periode 2013-2015 tidak terlepas dari sumber daya dukung dan ketersediaan sumber daya alam yang sangat melimpah serta sumber daya manusia petani yang cukup terampil dalam mengelola usaha sektor pertanian.