-->

Kabupaten Asmat

Kabupaten Asmat

Syahdan, suatu ketika, satu Dewa bernama Fumeripitsy turun ke bumi. Ia menjelajah bumi dan memulai petualangan dari ufuk barat matahari terbenam. Dalam petualangannya, Sang Dewa harus berhadapan dengan seekor buaya raksasa dan mengalahkannya. Walau menang, Sang Dewa rupanya luka parah dan terdampar di tepi sungai.

Sambil menahan sakit, Sang Dewa terus bertahan hingga akhirnya ia bertemu seekor burung Flaminggo berhati mulia. Sang Dewa pun dirawat hingga pulih. Setelah sehat lagi, Sang Dewa tinggal di wilayah tersebut dan membangun rumah serta mengukir dua buah patung yang indah. Ia juga membuat sebuah genderang nyaring untuk mengirinya menari. Gerakan tari Sang Dewa sungguh dahsyat, hingga membuat kedua patung menjadi hidup. Tak lama, kedua patung itu pun ikut menari menirukan gerakan Sang Dewa. Konon, kedua patung tersebut menjadi pasangan manusia pertama dan merupakan nenek moyang suku asmat.

Sepenggal kisah mitologi tersebut sangat populer di kalangan Suku Asmat, salah satu suku terbesar di Tanah Papua. Besar dari sisi jumlah, wilayah kekuasaan, maupun peradabannya.Tak heran bila banyak peneliti, nasional maupun internasional yang tertarik mempelajari kebudayaan Suku Asmat.

Suku Asmat terbagi menjadi dua, yaitu suku yang tinggal di pesisir pantai dan suku asmat yang tinggal di wilayah pedalaman. Pola hidup, cara berpikir, struktur sosial dan keseharian keduanya sangat berbeda. Untuk mata pencaharian misalnya, suku Asmat yang berada di wilayah pedalaman, biasanya memiliki pekerjaan sebagai pemburu dan petani kebun, sementara mereka yang tinggal di pesisir lebih memilih menjadi nelayan.

Kesamaannya adalah dari ciri fisik, dimana Suku Asmat rata-rata memiliki tinggi sekitar 172 cm, untuk pria dan 162 untuk perempua. Kulit mereka umumnya hitam dengan rambut yang keriting. Kesamaan ini disebabkan karena Suku Asmat masih satu keturunan dengan warga Polynesia.

Suku Asmat tersebar mulai dari pesisir pantai Laut Arafuru, hingga Pegunungan Jayawijaya. Secara keseluruhan, mereka menempati wilayah Kabupaten Asmat membawahi 7 kecamatan. Luasnya wilayah Kabupaten Asmat, membuat jarak antara satu kampung dengan kampung atau kampung dengan kecamatan menjadi sangat jauh. Belum lagi kontur tanah yang berawa-rawa, membuat perjalanan dari satu kampung ke kampung lainnya bisa memakan 1 hingga 2 jam dengan berjalan kaki.

Suku Asmat sangat terkenal dengan tradisi dan keseniannya. Mereka dikenal sebagai pengukir handal dan diakui secara internasional. Ukiran ala Suku Asmat sangat banyak jenisnya dan beragam. Biasanya, ukiran yang mereka hasilkan menceritakan tentang sesuatu; seperti kisah para leluhur, kehidupan sehari-hari, dan rasa cinta mereka kepada alam. Selain seni ukir, Suku Asmat menyenangi tari dan nyanyian yang biasa mereka tampilkan ketika menyambuat para tetamu, menghadapi masa panen, atau pun ritual penghormatan kepada roh para leluhur. Suku Asmat memang sangat menghormati leluhur mereka, terlihat dari tradisi yang mereka miliki. Meski kebudayaan modern sudah banyak berpengaruh pada kehidupan mereka, tapi untuk urusan tradisi dan adat istiadat tampaknya sulit untuk dihilangkan. Dalam tradisi masyarakat Suku Asmat ada yang dikenal dengan ‘Rumah Bujang’ atau biasa disebut dengan ‘Jew’. Rumah ini merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan Suku Asmat. Jew merupakan rumah utama, tempat segala aktivitas suku Asmat dilakukan. Saking pentingnya, hingga ketika hendak mendirikan ‘Jew’ harus diadakan upacara khusus terlebih dahulu. Hanya para pria yang belum menikah yang boleh tinggal di ‘Rumah Jew’. Kecuali ketika ada acara besar, perempuan sesekali boleh masuk kedalan ‘Jew’. Bahasa yang digunakan Suku Asmat merupakan kelompok bahasa yang oleh para ahli bahasa disebut sebagai language of the Southern Division, bahasa-bahasa bagian selatan Papua. Bahasa ini pernah dipelajari dan digolongkan oleh C.L Voorhoeve (1965) menjadi filum bahasa-bahasa Papua non-Melanesia.

Kabubupaten Asmat awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Merauke yang terdiri dari kecamatan Agats, Ayam, Atsj, Sawa Erma dan Pantai Kasuari. Hingga saat ini Kabupaten Asmat terdiri dari 10 Distrik (Agats, Atsj, Akat, Fayit, Pantai Kasuari, Sawa Erma, Suator, Kolf Brasa, Unir Sirau dan Suru-suru).

Berbeda dengan penduduk Papua pedalaman yang makanan utamanya umbi umbian, makanan pokok orang asmat adalah sagu. Sagu banyak tersebar di hutan di daerah ini. Ketergantungan suku asmat pada hutan terlihat dari kehidupan sehari-harinya yang menggunakan bahan-bahan dari hutan, seperti sagu, kayu besi untuk bahan bangunan, perahu, dan media memahat. Hutan yang ada tidak sekedar menghasilkan kayu semata, tetapi juga menghasilkan hasil hutan non kayu seperti gaharu, kemiri, damar dan rotan. Begitulah Suku Asmat, hubungan mereka dengan alam menjadi tak terpisahkan.
 

Kondisi Geografis

Kabupaten Asmat terletak pada posisi 1370– 1400BT dan 40– 70LS. Di bagian Utara, Kabupaten Asmat berbatasan langsung dengan Kabupaten Nduga dan Kabupaten Yahukimo. Lalu di bagian Timur, Kabupaten Asmat berbatasan dengan Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Mappi. Laut Arafura dan Kabupaten Mappi menjadi batas terakhir di sebelah Selatan. Sementara di bagian Barat, Kabupaten Asmat berbatasan langsung dengan Kabupaten Mimika dan Laut Arafura.

Secara adminstratif Pemerintahan Kabupaten Asmat dibagi menjadi 19 distrik, yaitu Distrik Pantai Kasuari, Distrik Kopay, Distrik Der Koumur, Distrik Safan, Distrik Fayit, Distrik Atsy, Distrik Sirets, Distrik Ayip, Distrik Bectbamu, Distrik Suator, Distrik Kolf Braza, Distrik Akat, Distrik Jetsy, Distrik Agats, Distrik Sawa Erma, Distrik Surusuru, Distrik Unir Sirau, Distrik Joerat, dan Distrik Pulau Tiga.

Topografi Dan Iklim

Wilayah Kabupaten Asmat berada di atas daratan yang lembek, berawa-rawa dan dilewati sungai besar. Itu lantaran letaknya di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 0-100 meter di atas permukaan laut. Tak heranlah bila sepanjang tahun selalu ada genangan air. Di beberapa wilayah, setiap harinya bahkan terjadi pasang surut karena letaknya dekat dengan muara sungai yang berhubungan dengan laut lepas. Terdapat 2 sungai besar yang melalui Kabupaten Asmat yaitu Sungai Lorenz dan Sungai Bets.

Iklim di Kabupaten Asmat sangat lembab dengan curah hujan 4.000-5.000 mm per tahun. Hutan di Kabupaten Asmat merupakan jenis hutan hujan yang membuat kelembaban udara di Kabupaten Asmat menjadi lebih tinggi. Hampir setiap tahun turun hujan (100 – 150 hari). Frekwensi agak berkurang saat musin kemarau dan melimpah saat musim hujan (antara Mei-Juni mencapai 1.200 mm). Tidak adanya sumber air tanah akibat lumpur dan naiknya air laut maka curah hujan yang demikian besar dimanfaatkan sebagai sumber air untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Itulah sebabnya, hampir setiap rumah di Kabupaten Asmat dilengkapai tangki-tangki atau drum ember untuk menampung air hujan.

Kependudukan

Penduduk Kabupaten Asmat, berdasarkan hasil proyeksi penduduk, tahun 2015 adalah sebanyak 88.578 jiwa yang terdiri atas 45.579 jiwa penduduk laki-laki dan 42.999 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan hasil proyeksi penduduk tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Asmat mengalami pertumbuhan sebesar 2,27 persen. Sementara itu, besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 106. Kepadatan penduduk di Kabupaten Asmat tahun 2015 mencapai 2-3 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4-5 orang. Kepadatan Penduduk di 19 distrik cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Distrik Agats yaitu sebesar 10-11 jiwa/km2 dan terendah di Distrik Pulau Tiga sebesar 1 jiwa/km2. Sementara itu jumlah rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 1,99 persen dari tahun 2014.

Orang Asli Papua (OAP)

Sesuai amanat Undang-Undang tahun 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, bahwa kebijakan Pembangunan Provinsi Papua diarahkan pada perlindungan, keberpihakan, dan pemberdayaan Orang Asli Papua khususnya Orang Asli Kabupaten Asmat yang jumlahnya mencapai 105.662 jiwa. Prinsip Perlindungan diartikan bahwa prioritas pelaksanaan pembangunan diarahkan untuk pemenuhan hak-hak dasar Orang Asli Papua, khususnya Anak Asli Kabupaten Asmat. Prinsif Afirmatif diartikan bahwa pelaksanaan kebijakan di Kabupaten Asmat bertujuan agar Orang Asli Papua (Asli Asmat) memperoleh kesempatan mendapatkan layanan yang lebih dengan alasan perbedaan kondisi awal sehingga dapat memperoleh peluang yang setara untuk bersaing dengan kelompok/golongan lain dalam bidang yang sama. Prinsip Pemberdayaan, diartikan bahwa pelaksanaan pembangunan memberikan kesempatan dan mengutamakan keterlibatan yang seluas-luasnya bagi Orang Asli Papua (Suku Asmat) dalam segala bidang pembangunan.

Kemiskinan

Pada tahun 2015 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asmat sebanyak 25.050 jiwa atau sebesar 28,48 persen. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebanyak 25.370 jiwa (29,10 persen). Sedangkan tren garis kemiskinan selama kurun waktu enam tahun terus meningkat hingga tahun 2015 garis kemiskinan mencapai angka 299.893 rupiah.

Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Asmat memiliki karakteristik budaya yang sangat khas. Produk budaya tangible berupa ukiran dan kerajinan dari suku Asmat juga sangat terkenal bahkan hingga ke luar negeri. Kekhasan budaya inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Asmat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2016 misalnya, pertubuhan ekonomi Kabupaten Asmat mengalami peningkatan sebesar 6,39 persen.Nilai ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya sebesar 6,08 persen. Tahun 2016 merupakan titik balik pertumbuhan ekonomi yang mengalami penurunan di tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut menunjukkan pulihnya perekonomian di Kabupaten Asmat. Selain itu, akuntabilitas kinerja Pemkab Asmat juga mengalami kenaikan di tahun 2016. Begitu juga dengan laporan penyelenggaraan pemerintahaan daerh serta penghargaan dari pemerintah pusat dan BPK RI terhadap pengelolaan keuangan tahun 2016 dengan opini WTP.

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Industri Pengolahan dan Konstruksi (lapangan usaha sekunder), dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 12,53 persen dan 10,62 persen. Lapangan usaha dengan laju pertumbuhan terbesar selanjutnya adalah kelompok lapangan usaha tersier, yaitu Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa Pendidikan; dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, masing-masing sebesar 10,04 persen; 6,97 persen dan 6,37 persen.

Di tahun-tahun mendatang, Kabupaten Asmat memiliki potensi yang cukup cerah, terutama dengan ditetapkannya Kabupaten Asmat untuk dikembangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Potensi budaya lokal Asmat akan dikaji kembali, dan dilakukan lebih mendalam, untuk kemudian hasil studi tersebut akan melengkapi kajian komprehensif menyangkut kesiapan Kabupaten Asmat untuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten asmat. Kondisi alam Kabupaten Asmat, yang berupa sungai dalam ukuran besar dan berhulu pada lereng pegunungan tengah Papua bagian Selatan, dapat menjadi alur lalu lintas/gerbang dan nadi pembangunan kawasan Asmat dan Papua Tengah. Pada sisi lain, Kabupaten Asmat sangat strategis untuk dikembangkan, dan menjadi pintu gerbang untuk pengembangan wilayah kabupaten lainnya di bagian tengah Papua.
Indeks Pembangunan Manusia

Bila dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Provinsi Papua, Indeks pembangunan manusia (IPM) atau human development indeks di Kabupaten Asmat masih tergolong rendah. IPM Kabupaten Asmat menempati urutan ke 19 di Provinsi Papua. Walau berada pada posisi rendah, nilai indeks pembangunan manusia di Kabupaten Asmat beranjak naik di tahun 2016. Di tahun 2015 IPM Kabupaten Asmat sebesar 46,62 point, naik menjadi 47,26 pada tahun 2016. Memang mengalami pertumbuhan, tapi masih rendah. Indikator IPM yang mengalami peningkatan di tahun 2016, antara lain angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran. Saat ini Pemerintah Kabupaten Asmat sedang beberapa program pembangunan, supaya nilai IPM di tahun-tahun selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mencerminkan kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah ia mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menyerap kemajuan teknologi. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan fasilitas dan tenaga pengajar yang memadai, tak terkecuali di Kabupaten Asmat. Pada tahun 2015, terdapat 16 unit TK, 130 unit SD, 13 unit SMP, 4 unit SMA dan 1 unit SMK. Jumlah murid TK sebanyak 177 orang, jumlah murid SD sebanyak 17.824 orang, jumlah murid SMP sebanyak 2.132 orang, jumlah murid SMA sebanyak 1.099 orang dan jumlah murid SMK sebanyak 37 orang. Selanjutnya, jumlah guru di tingkat TK sebanyak 64 orang, di tingkat SD sebanyak 824 orang, SMP sebanyak 208 orang, SMA dan SMK masing-masing sebanyak 110 dan 16 orang.

Rasio murid terhadap banyaknya guru di tingkat TK Negeri dan Swasta masing- masing sebesar 4,42 dan 8,61. Angka ini berarti bahwa setiap satu guru TK Negeri mengajar 4-5 murid dan setiap satu guru TK Swasta mengajar 8-9 murid. Sementara untuk tingkat SD, rasio jumlah murid terhadap guru di SD Negeri sebesar 21,43 sedangkan untuk SD Swasta sebesar 22,31. Pada tingkat SMP, rasio jumlah murid terhadap guru di SMP Negeri sebesar 10,73 sedangkan di SMP Swasta sebesar 9,24. Selanjutnya pada tingkat SMA dan SMK, rasio jumlah murid terhadap guru masing- masing sebesar 9,99 dan 2,31.

Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu sektor yang menjadi prioritas pembangunan Kabupaten Asmat. Ini karena selama ini, kesehatan di Kabupaten masih cukup memprihatinkan. Misalnya saja soal sanitasi jamban, rumah-rumah penduduk yang dibangun di atas tanah basah dan tergenang, membuat kebersihan menjadi persoalan yang sulit dijaga. Begitu pula dengan persoalan sampah, budaya masyarakat Kabupaten Asmat yang belum bisa menjaga kebersihan lingkungannya, membuat sampah berserakan dimana-mana.

Terkait persoalan tersebut, Pemkab Asmat saat ini sedang giat mendorong upaya untuk ‘Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan’. Pemerintah Kabupaten Asmat misalnya menetapkan program-program seperti; Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pengembangan Lingkungan Sehat, Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Program Pengawasan Dan Pengendalian Kesehatan Makanan, Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular, Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin, Program Pengadaan, Peningkatan Dan Perbaikan Sarana Dan Prasarana Puskesmas/ Pustu, Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan Dan Anak, serta Program Peningkatan Imunisasi.

Pada tahun 2015, jumlah rumah sakit di Kabupaten Asmat baru 1 unit dan Puskesmas berjumlah 13 unit. Sedangkan puskesmas pembantu mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu dari 70 unit menjadi 66 unit puskesmas di tahun 2015.

Pertanian

Pertanian tanaman pangan di Kabupaten Asmat sebagian besar merupakan pertanian ubi kayu dan ubi jalar. Hal ini mengingat kondisi wilayah di Kabupaten Asmat yang sebagian besar merupakan wilayah dataran rendah dan rawa. Sehingga kedua tanaman tersebutlah yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Kabupaten Asmat. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka juga mengambil hasil hutan berupa sagu.

Tanaman perkebunan di Kabupaten Asmat didominasi oleh komoditas sagu dan kelapa. Sagu adalah makanan pokok, kebanyakan penduduk Asmat, sehingga produksi sagu tinggi, yaitu sebesar 14 ton di tahun 2015. Tanaman kelapa juga banyak ditemui di daerah ini dikarenakan Asmat merupakan wilayah pesisir.

Kehutanan

Sebagian besar wilayah Kabupaten Asmat merupakan wilayah hutan, sehingga sektor kehutanan merupakan salah satu sektor yang strategis. Pentingnya sektor kehutanan terbukti dari sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Asmat, dimana pada tahun

2014 misalnya, mencapai Rp10 miliar (6,87 persen). Kabupaten Asmat memiliki luas kawasan hutan seluas 2.613.727 ha. Dari seluruh luasan tersebut, jenis hutan di Kabupaten Asmat adalah jenis hutan lindung dan hutan produksi. Luas kawasan hutan lindung di Kabupaten Asmat adalah seluas 1.088.479 ha, sedangkan luas kawasan hutan produksi seluas 1.161.684 ha terdiri atas kawasan hutan produksi terbatas seluas 57.053 ha dan hutan produksi tetap seluas 1.104.631. Luas hutan cagar alam seluas 312.630 ha, hutan produksi yang dikonversi seluas 44.468 ha, dan hutan jenis lainnya seluas 6.466 ha. Produksi hasil hutan di Kabupaten Asmat adalah kayu gergaji, sedangkan produksi hasil non hutan adalah sagu dan kemendangan. Produksi kayu gergaji selama periode 2010-2013 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2010, produksi kayu gergaji adalah sebesar 10.613,97 m3, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2011 dan 2012 hingga menjadi hanya sebesar 1.259,74 m3, dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi sebesar 17.003,76 m3.

Perikanan

Kabupaten Asmat memiliki potensi sumberdaya perikanan yang tinggi, baik untuk perikanan darat maupun laut. Di perikanan darat, Kabupaten Asmat memiliki potensi yang besar dengan wilayahnya yang memiliki sungai besar, sedangkan di perikanan laut mengandalkan sumberdaya Laut Arafuru yang besar. Pentingnya sektor perikanan di Kabupaten Asmat dibuktikan dengan sumbangannya pada tahun 2014 yang mencapai Rp 192,06 miliar (12,91 persen) ter­hadap per­ekonomian dan kontribusinya sebagai sumber mata pencaharian masyarakat, serta PAD bagi pemerintah daerah. Produksi perikanan Kabupaten Asmat sebagian besar berasal dari perikanan tangkap laut. Wilayah perikanan tangkap Kabupaten Asmat berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI 718) yaitu Laut Arafura-Laut Timor. Terkait dengan potensi sumberdaya perikanan di laut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam Keputusan Menteri (KEPMEN) Nomor 45 Tahun 2011 telah memetakan potensi sumberdaya ikan di seluruh Wilayah Pezngelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI). Total potensi sumberdaya ikan (SDI) di WPP 718 adalah sebesar 855,5 ribu ton per tahun terdiri atas potensi ikan pelagis besar sebesar 50,9 ribu ton per tahun, ikan pelagis kecil sebesar 468,7 ribu ton per tahun, ikan demersal sebesar 284,7 ribu ton per tahun, udang penaeid sebesar 44.700 ton per tahun, ikan karang konsumsi sebesar 3.100 ton per tahun, lobster sebesar 100 ton per tahun, dan cumi-cumi sebesar 3.400 ton per tahun.

Tingkat eksploitasi sumberdaya ikan pada WPP-NRI 718 yang dapat diakses nelayan Kabupaten Asmat sebagian besar berada dalam tingkat eksploitasi fully-exploited untuk udang dan ikan lidah, over-exploited untuk jenis manyung, kurisi, kuniran, swanggi, bloso, gulamah, dan kakap merah, dan moderate untuk ikan pelagis kecil. Untuk WPP-NRI 718, jika diasumsikan nelayan yang berbasis di Kabupaten Asmat mampu memanfaatkan 5 persen dari total potensi sumberdaya ikan, maka diperoleh potensi produksi sekitar 42.775 ton per tahun. Produksi perikanan Kabupeten Asmat masih jauh dari potensi produksi yang ada di mana total produksi perikanan tangkap pada tahun 2014 hanya sebesar 7.627,07 ton. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya sarana dan prasarana penangkapan ikan yang dimiliki nelayan misalnya keterbatasan armada kapal dan alat penangkapan, serta terbatasnya modal usaha yang dimiliki nelayan sehingga tidak dapat mengembangkan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Asmat.

Pariwisata

Rawa kecoklatan, hijau rimbun dedaunan, lalu langit yang mengharu biru menyambut siapa pun yang berkunjung ke wilayah Asmat. Bebe­rapa kali terlihat elang terbang mengitari sarang. Seperti itulah panorama Asmat yang menyegarkan mata, mendamaikan pikiran. Saat menyusuri kampung-kampung Asmat, akan terasa teduh oleh kanopi dedaunan. Berlindung dari sengatan matahari. Longboat yang kita kemudikan, lalu meliuk-liuk mengikuti aliran sungai. Sesekali sensasi keteduhan dan ketenangan sungai, berganti arus bergelombang. Tikungan tajam, pohon yang tumbang, serta air yang terbelah oleh deru mesun 55 PK yang kencang menjadi tantangan yang mengasyikan.

Kabupaten Asmat menyuguhkan destinasi wisata yang penuh tantangan, unik dan eksotis. Objek wisata yang menonjol adalah Objek wisata Budaya, Objek Wisata Alam dan Objek Wisata Taman Nasional Lorentz. Objek Wisata Budaya yakni Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat yang tersimpan benda-benda bersejarah Suku Asmat seperti ukiran patung (Mbis, Panel, Salawaku, Perisai Woramon/perahu adat, panah, busur, terompet, pakain roh, kapak batu, busur, dll), Keunikan lain yang dijumpai adalah rumah adat Asmat (Jew) dikhususkan untuk para pemuda asmat yang belum menikah. Rumah ini terdiri satu ruangan dengan beberapa pintu, dibangun de­ngan berbahan kayu, atap dari daun sagu, dan tidak menggunakan paku besi, berukuran 30 – 60 meter.

Kehebatan serta keunikan peradaban yang dibangun Suku Asmat telah membuka mata dunia, tentang arti sebuah keseimbangan kehidupan umat manusia dengan alam semesta. Keberadaan mereka telah membuat Taman Nasional Lorentz yang resmi diakui UNESCO sebagai warisan alam dunia pada tahun 1999, menjadi kian mempesona. Setiap tahun pada bulan Oktober selalu diadakan event Festival Budaya yang diprakarsai oleh Kurator Museum Asmat, Keuskupan dan Pemda Asmat. Beberapa kegiatan dalam festival ini adalah Lelang Patung, Demonstrasi Ukir dari para Pematung Asmat, Pagelaran Masakan Khas Suku Asmat, Pemilihan Abang dan None Asmat, Pementasan Tarian Adat Asmat, Maneuver Perahu/Lomba Perahu Asmat dan lain-lain.

Kabupaten Asmat memiliki kekayaan alam berupa hutan dataran rendah yang luas dimana terdapat banyak sungai di dalamnya. Selain keindahan alam, budaya masyarakat Kabupaten Asmat juga merupakan salah satu pesona wisata yang ada. Hasil budaya suku-suku di Kabupaten Asmat yang telah terkenal hingga mancanegara adalah seni kerajinan patung Asmat. Dengan wilayah dataran yang tergenang rawa sepanjang tahun, rumah penduduk di Kabupaten Asmat juga memiliki keunikan tersendiri dibandingkan daerah lain di Papua. Jenis obyek wisata yang ada di Kabupaten Asmat dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu wisata alam, budaya, dan sosial Wisata alam di Kabupaten Asmat diantaranya adalah Taman Nasional Lorenz, Pantai Bokap, Pantai Pek, Pulau Sengsara/Fumaripits, Pantai Bayun, Pulau Tiga/Somel, Pula Lak/Mamats, dan Rawa Baki. Wisata budaya yang ada di Kabupaten Asmat adalah Pesta Budaya Asmat, Museum Kebudayaan dan Kerajinan Asmat, dan Suku Asmat, sedangkan wisata sosial berupa adventure dan rumah di atas pohon. Selama periode 2011-2015, Pemerintah Kabupaten Asmat telah mengembangkan sebanyak 12 unit destinasi wisata yang bertujuan untuk mempercantik objek wisata tersebut agar semakin menarik di mata wisatawan. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Asmat juga telah mengembangkan kampung wisata melalui pola kemitraan dimana kampung wisata tersebut bercirikan budaya Asmat yang terkenal akan seni ukirnya. Jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Asmat selama periode 2011-2015 mengalami peningkatan baik untuk wisatawan domestik maupun asing.

Pada tahun 2011, jumlah wisatawan domestik di Kabupaten Asmat adalah sebanyak 663 orang, kemudian meningkat menjadi sebanyak 3.608 orang pada tahun 2015, sedangkan wisatawan asing meningkat dari sebanyak 437 orang pada tahun 2011 menjadi sebanyak 546 orang pada tahun 2015. Peningkatan kunjungan tersebut juga disertai dengan peningkatan rata-rata lama tinggal wisatawan. Pada tahun 2011, rata- rata lama tinggal wisatawan domestik adalah selama 3 hari dan meningkat menjadi selama 4 hari pada tahun 2015. Sementara untuk rata-rata lama tinggal wisatawan asing meningkat dari 2 hari pada tahun 2011 menjadi selama 3 hari pada tahun 2015. Dengan potensi objek wisata yang menarik dan telah dikembangkan, dukungan sarana dan prasarana penunjang keberhasilan sektor pariwisata dapat dikatakan belum memadai terutama untuk akomodasi. Jumlah hotel yang ada di Kabupaten Asmat pada tahun 2014 adalah sebanyak 5 hotel dengan jumlah kamar yang tersedia sebanyak 64 ruang. Dari 5 hotel tersebut, 4 diantaranya terdapat di Distrik Agats dan satu hotel berada di Distrik Atsy.

Transportasi

Transportasi Darat

Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan per­ekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas akan meningkatkan usaha pembangunan khusus­nya dalam upaya memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dan jasa dari suatu daerah ke daerah lain. Berdasarkan data tahun 2015, panjang jalan di seluruh wilayah Asmat mencapai 204.775,52 meter. Berdasarkan pengelola­annya, seluruhnya merupakan jalan kabupaten. Berdasarkan jenis permukaannya, 56,26 persen dari seluruh jalan di wilayah Asmat merupakan jalan jembatan kayu, 40,16 persen masih berupa jalan tanah, 1,02 persen berupa beton, dan 2,56 persen berupa jalan baja komposit. Secara persentase, 66,02 persen jalan dalam kondisi baik, 22,97 persen kondisinya cukup baik dan 11,01 persen kondisinya rusak.

Transportasi Laut

Angkutan laut adalah salah satu sarana transportasi utama yang digunakan oleh penduduk Asmat untuk melakukan aktivitas, dikarenakan sebagian besar wilayah Asmat adalah daerah pesisir. Jenis transportasi yang digunakan di Asmat adalah kapal putih, kapal kayu, perahu motor dan perahu.

Transportasi Udara

Angkutan udara menjadi salah satu alternatif mobilitas barang dan penumpang di Kabupaten Asmat, mengingat kondisi geografis Asmat yang berupa perairan dan masih memiliki hutan yang luas. Jumlah penumpang pesawat yang datang dan berangkat pada tahun 2015 tercatat masing-masing sebanyak 620 dan 644 dengan 119 penerbangan. Total jumlah bagasi kedatangan pada tahun 2015 adalah seberat 6.105 kg, sedangkan bagasi keberangkatan adalah seberat 6.170 kg.

Energi & Air Bersih

Listrik PLN di Kabupaten Asmat terbagi menjadi dua, yaitu listrik pedesaan (lisdes) Agats dan Atsj. Jumlah pelanggan listrik PLN di Kabupaten Asmat pada tahun 2014 adalah sebanyak 1.113 pelanggan. Daya terpasang pada tahun 2015 adalah sebesar 1.000 kW pada Lisdes Agats dan 240 kW pada Lisdes Atsj. Angka ini mengalami pening­katan dari tahun sebelumnya sebesar 100 kW untuk masing-masing lisdes. Sedangkan produksi listrik pada tahun 2015 adalah 3.283.564 kWh, meningkat 13,25 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 2.899.403 kWh.

Masyarakat Asmat selama ini bergantung pada air hujan untuk mandi, cuci, kakus. Kondisi geografis kabupaten yang berawa mengakibatkan masyarakat sulit memperoleh air bersih selain air air hujan. Tidak jarang untuk minum setiap hari, masyarakat Asmat harus mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli air minuman dalam kemasan. Pada tahun 2017 Pemerintah Kabupaten Asmat membangun Reservoir untuk mengatasi kurangnya air bersih. Masyarakat yang bermukim di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua tidak lama lagi akan memiliki Bak Cadangan Air (Reservoir). Pembangunan bak ini merupakan bagian dari motede untuk mengantisipasi kebutuhan air ketika datangnya musim kemarau.


Pendapatan DOMESTIK Regional BRUTO (PDRB)


Dalam dua tahun terakhir, total nilai tambah yang dihasilkan oleh aktifitas sektor-sektor ekonomi yang berada di wilayah Kabupaten Asmat baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, secara konsisten mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan yang lebih besar pada PDRB atas dasar harga berlaku dibandingkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan adanya perubahan nilai rupiah atau terjadi inflasi. Dengan kata lain, rasio PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan yang semakin tinggi menunjukkan adanya peningkatan biaya produksi. Meski demikian, PDRB Kabupaten Asmat tetap memperlihatkan adanya pertumbuhan ekonomi yang terus konsisten dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan bahwa kinerja pembangunan ekonomi di Kabupaten Asmat juga terus membaik. PDRB Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1,67 triliun. Nilai tersebut meningkat sebesar 191,55 miliar dari tahun sebelumnya. Selain itu, PDRB per kapita juga mengalami kenaikan dari Rp 17,12 miliar di tahun 2014 menjadi Rp 19,3 miliar di tahun 2015.

 

 

 

Asmat, Terletak di bagian selatan pulau Papua, Kabupaten asmat adalah kabupaten yang pemusatan pendudukanya berada di pesisir pantai atau pinggir sungai-sungai beasar yang di kelilingi oleh rimbunan pohon bakau.


Tidak terdapat akses daratan yang menghubungkan satu distrik dengan distrik yang lain. Kendaraan yang umum dipakai oleh masyarakat adalah speedboat ataupun longbot dengan mesin motor. Sampai hari ini masih ada masyarakat lokal yang mengendarai kole-kole( sampan kayu dengan dayung panjang) untuk dapat pergi dari kampong satu ke kampung lainnyaatau menuju rawa-rawa hutan untuk mencari sagu ataupun kayu gaharu dan juga hean buruan sebagai mata pencaharian sehari-hari.

Asmat adalah salah satu suku di papua yang dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini salaing berdeda satu sama lain dalam hal cara hiup, sttuktur sosial dan ritual.

Biasanya dalam satu kampung dihuni kira-kira 100 sampai 1000 orang. Setiap kampung punya satu rumah bujang dan banyak rumah keluarga.rumah bujang dipakai  upacara adat dan keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri.

Festival budaya asmat adalah festival tahunan yang melegenda di dunia pariwisata dan ekonmi kreatif nasional maupun internalnasional dengan ciri khas mengukir atau ukiran tanpa pola/sketsa yang sangaat khas dengan berbagai motif primitive yang mistik dan misterius. Suku asmat sangat terkenal di manca Negara karena seni patungnya sangat unik , aristik dan mempesona dan dapat dikatakan bahwa patung tersebut merupakan hasil karya budaya dunia.

Karya  ukir khas suku asmat adalah salah satu kekayaan budaya nasional yang sudah meiliki nama bagi para turis asing. Karakteristik ukiran suku asmat mempunyai pola yang unik dan bersifat naturalis. Dari pola-pola itu terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir mereka bernilai tinggi dan cukup banyak diminati para turis asing.

Ribuan ukiran seni patung bernilai tinggi karya putra-putri suku asmat, papua, mendominasi acara pesta budaya suku asmat yang berlangsung pada bulan oktober di lapangan Yos Sudarso,  kota agast, kabupaten asmat provinsi papua. Pesta budaya suku asmat mulai diperkenalkan kepada public tahun 1981 atas prakarsa Uskup Suwada OSC, uskup pertama di keuskupan agast-asmat.

Selain menampilakn ukiran seni patung, pesta budaya asmat juga, menampilkan atraksi tarian dan lagu yang dibawakan oelh sekelompok penari tifa dari ratusan kampung. Pada pucak pesta budaya asmat, selalu digelar kegiatan lelang ratusan ptung/ ukiran asmat bernilai tinggi yang merupakan patung/ukiran terbaik hasil seleksi panitia. Dan selalu lebih dari setengahnya terjual dengan nilai transaksi mencapai ratusan juta sampai miliaran rupiah.

Dari segi model, ukiran suku asmat sangat beragam, mulai dari patung manusia, perahu, panel, perisai, tifa, telur kasowari, sampai ukiran tiang . suku asmat biasnya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari sebagai pola ukiran mereka seperti pohon, perahu, binatang, orang berperahu dan lain-lain.

“ untuk mencapai asmat, para turis harus menyinggahi timika (Garuda Indonesia. Lion Air Groups). Selanjutnya, dengan menggunakan pesawat perintis menuju distrik Ewer dengan waktu tempuh 40-45 menit . Dari Ewer harus menempuh perjalanan menggunakan speedboat selama 20-30 menit ke ibu kota kabupaten asmat, yaitu Agast”

Festival tahuanan ini diharapkan mampu menjadi sarana pelestarian nilai-nilai luhur seni budaya asmat. Tidak hanya itu, festival budaya Asmat sekaligus berperan serta mempertahankan Asmat sebagai situs budaya dunia (World culture heritage) dan telah memperkenalkan Kabupaten asmat sebagi tujuan wisata yang dapt dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun domestic

“yang paling istimewa dan unik dalah bahwa setiap karya ukir tidak memiliki kesamaan atau duplikatnya karena mereka tidak memproduksi ukiran berpola sama dalam sekala besar”

Serangkaian kegiatan mewarnai festival budaya asmat, antara lain pentas seni dan budaya, lomba tari, lomba seni mengukir dan lomba mengayam. Tidak menutup ketinggalan, pada puncak pesta budaya asmat, selalu digelar lelang ratusan ukiran asmat bernilai tinggi yang merupakan ukiran terbaik hasil seleksi panitia. Dengan nilai traksaksi mencapai ratusan juta sampai miliaran rupiah. Lelang ukiran sebagai salah satu daya tarik yang siap menyedot angka kunjungan wisatawan . festival budaya asmat merupakan satu dari sekian banyak event budaya yang dimiliki papua sejak lama. Inilah yang mendorong kemenparekraf untuk terus memberikan dukungan bagi kemajuan dan perkembangan festival budaya asmat.

Penyelenggaraan dari festival budaya asmat juga sempat sangat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan , baik wisatawan nusantara dan wisatawan mananegara ke Indonesia, khususnya papua.