-->

Kebun Buah Naga Rosidi di Bonggo Timur

BONGGO (SARMI) – Kebun buah naga Rosidi di Bonggo Timur, Kabupaten Sarmi disebut-sebut satu dari dua kebun buah naga di Papua. Meski baru berumur 1,5 tahun, namun daya tariknya begitu luar biasa.

Rosidi dan keluarganya bertransmigrasi ke Jayapura dari Banyuwangi sebagai Dai yang ditugaskan oleh Yayasan Darmais tahun 1997.

Rumahnya dulu terletak di bagian dalam area transmigrasi, jalur 7 SP4, di Bonggo. Belakangan, ia pindah tepat di pinggir jalan utama trans Jayapura – Sarmi, Bonggo.

Sebagian tanahnya dibuat rumah dan kios, sedangkan sekitar seperempat hektar digunakan untuk menanam buah naga. Salah satu buah langka dan cukup mahal di Papua.

Kebun buah naga Rosidi terdiri dari berbagai jenis; white, red dan super red. “Bibitnya kami datangkan langsung dari Jawa,” katanya.

Selain dikonsumsi sendiri, Rosidi juga menjual bibit buah naga seharga Rp40 ribu – Rp70 ribu/pohon. “Kalau ada yang berminat silahkan, kami punya stok,” ujarnya.

Untuk menggapai predikat petani sukses, Rosidi, istri dan kedua anaknya serius mengelola. Mereka mengikuti tiap perkembangan informasi mengenai buah naga. Rosidi aktif pula terlibat pelatihan-pelatihan dengan biaya sendiri. “Saya harus serius mengetahui semua,” ucapnya.

Usaha Rosidi tanpa dibantu tenaga tetap. Hanya pekerja lepas satu dua orang yang dimintai memotong kayu atau ban bekas untuk menyanggah pohon buah naga. Sedangkan yang merawat dan membersihkan sehari-hari, dilakukan Rosidi dan anaknya yang masih SMA.

“Kadang anak saya bilang capek, saya katakan supaya kamu tahu jadi petani itu capek, jangan jadi petani,” sambung istri Rosidi.

Bibit buah naga Rosidi sebagian berasal dari jenis Columbia dan Philipina. Sementara jenis dari Thailand dianggap kurang bagus karena mudah terserang hama. Rosidi juga menanam jenis bibit  lokal yang berbuah cepat sekitar 2,5 bulan. Bibit lokal dinilai lebih unggul dibanding bibit import yang harus menunggu lebih lama, sekitar 8 bulan.

Produk buah naga memiliki prospek pasar menguntungkan. Satu kilogram bisa mencapai Rp70 ribu. Sayangnya, akibat keterbatasan pekerja, Rosidi belum mampu memenuhi berbagai permintaan super market di sekitar Kota Jayapura, Sentani dan Sarmi. Ia hanya mampu menyediakan pesanan beberapa orang saja yang dikenalnya.

Rosidi saat ini merawat sekitar 530 tiang dengan 3 – 4 pohon buah naga. Ia juga mulai giat mempersiapkan lahan lebih besar guna pengembangan tanaman berkhasiat itu. Pernah sekali waktu, untuk menambah modal, ia membuat proposal senilai Rp200 juta. “Belum ada pihak yang bersedia membantu,” katanya.

Prospek ekonomi buah naga di Papua cukup tinggi. Jika saja Rosidi memiliki kebun luas, bukan saja untung diraihnya, tapi juga membuka kesempatan menyerap tenaga kerja. “Kalau ada yang berniat menjadi petani buah naga, saya siap memberi informasi,” janjinya.

Umumnya, buah naga dibudidaya dengan cara stek atau penyemaian biji. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous (tidak becek), kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-40° C.

Selain rasanya yang manis menyegarkan, buah naga kaya akan manfaat. Banyak orang percaya buah ini dapat menurunkan kolesterol dan penyeimbang gula darah. [ALDP]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah