-->

Semangat Belajar Anak Kampung Jangan Disia-siakan

ARMU (BIAK NUMFOR) – Cuaca pagi itu sedikit dingin yang disertai gerimis kecil. Samar terdengar dikejauhuan suara seperti sorai yang bersemangat dari sebuah bangunan sekolah yang terdiri dari tiga kelas menutupi kesunyian di lembah Andei di pagi hari. Suara itu adalah para siswa kelas awal di SD Inpres kampung Armu distrik Andei, kabupaten Biak Numfor, yang pagi itu sedang mengikuti proses belajar mengajar.

Distrik Andei merupakan salah satu distrik pemekaran di wilayah Biak Utara sejak 2010 lalu, bersama-sama dengan Distrik Warsa dan Bondifuar yang berbatasan dengan Kabupaten Supiori.

Semangat para siswa di SD Inpres Armnu mengikuti pelajaran tidak lain karena baru beberapa bulan di sekolah ini menerapkan sistim pembelajaran dengan tematik. Yakni suatu metode pembelajaran bermakna bagi siswa.

“Keuntungan siswa belajar menggunakan tematik salah satunya siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk memgembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain,” kata Valiandra Tuhuleruw salah seorang guru tetap di SD Inpres Armnu kepada Papua Pos saat berkunjung ke kampung Armnu, Rabu (14/08/2013).

Dua Guru yang Aktif

SD Inpres Armnu merupakan salah satu sekolah yang masuk kategori Dinas Pendidikan Biak Numfor sebagai sekolah pedalaman. Meskipun letaknya di pedalaman Biak Utara dan hanya terdiri dari dua orang guru yang aktif menjalankan proses belajar mengajar untuk 72 siswa dari kelas 1 hingga 6 di SD yang memiliki tiga ruang kelas ini.

Yang terlihat dari kedua orang guru yang baru diangkat tahun lalu sebagai guru tetap atau berstatus PNS itu tetap semangat menjalankan tugas untuk mencerdaskan anak bangsa di pedalaman pulau Biak ini.

Ironisnya, sudah tiga kali Papua Pos mendatangi sekolah yang letaknya di lembah Andei ini namun tidak pernah berjumpa dengan kepala sekolah. Rupanya kedua guru yang aktif menjalankan proses belajar mengajar di SD Inpres Armnu ini juga tidak bisa memberikan komentar terkait tingkat kehadiran pimpinan sekolahnya.

Mungkin ini salah satu wujud ketaatan sebagai staf dewan guru terhadap pimpinanya. Ataupun kedua guru ini bertugas dibawah tekanan, alias tidak mau dimusuhi oleh sang pimpinan? Semoga hal itu tidak terjadi.

Valiandra menuturkan, sejak menerapkan metode pembelajaran tematik, para siswa sudah mulai menunjukkan kemajuan besar. Awalnya, siswa lebih memilih tinggal di rumah ketimbang ke sekolah, kini mereka lebih awal ke sekolah.

Ia akui antusias siswa untuk belajar lebih bergairah karena dalam pembelajaran tematik disesuaikan tahapan karakteristik perkembangan anak, cara anak belajar, konsep belajar dan belajar bermakna.

“Anak sudah mulai menunjukan kemajuan belajar di kelas. Terutama untuk kelas awal sangat baik sekali,” kata guru yang awalnya ditempatkan sebagi guru kontrak di SD Inpres Armnu ini.

Menurutnya, anak kini lebih bergairah karena bisa berkomunikasi dalam situasi nyata. Selain itu, anak didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu dengan mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama. Sehingga pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

Kata Valiandra, kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. Siswa mampu lebih merasakan manfaat belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.

“Minat belajar anak-anak kini meningkat, kalau sebelumnya anak lebih banyak malas, kini lebih terfokus sesuai tema. Kalau dulu guru hanya masuk dengan ceramah akibatnya anak cepat bosan.”

Selain itu juga, dengan menerapkan sistim tematik, guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus diberikan dalam dua atau tiga kali pertemuan, sedangkan selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial dan pengayaan.

Dalam penerapan metode ini, tidak jarang para siswa diajak guru ke luar kelas mengetahui lingkungan sesuai tema pelajaran. Prosesnya pun berjalan seperti biasa sesuai pembelajaran kelas awal, dan materi-materi yang diajarkan kepada anak-anak sesuai dengan patokan dari silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat guru.

Sedangkan penyusunan silabus tematik, telah dibukukan untuk masing-masing guru. Jika ada guru kelas awal yang berhalangan masuk, bisa diisi oleh guru lain. “Karena saya sendiri di kelas awal, jadi saya harus bisa merangkap semuanya, dibantu teman saya pak Oktovianus,” ungkap Valiandra.

Oktovianus Rumaikeuw, guru tetap bidang Agama kelas 1-6 dan guru rangkap PPKN di kelas 4-6 di sekolah ini akui pernah dirinya mengikuti pelatihan kelas awal, sehingga kadang jika di kelas awal (kelas 1-3) ada guru yang berhalangan masuk, maka dirinya bisa mengisi jam pelajaran dengan menggunakan panduan silabus tematik yang sudah disusun oleh guru kelas awal.

“Saya dengan teman saya disini sadar untuk mendukung peningkatan proses belajar mengajar yang baik,” katanya.

Jumlah guru di SD Inpres Armnu sebenarnya yang tercantum di papan struktur sekolah terdapat enam orang, empat orang guru diantaranya pernah mengikuti pelatihan kelas awal. Yang mengajar kelas awal sebanyak dua orang.

Untuk alat peraga di sekolah ini, masih menjadi kendala. Buku-buku pendukung belum lengkap. Untung ada sedikit bantuan buku dan alat peraga sumbangan Unicef dan Dinas Pendidikan Biak Numfor sejak tahun lalu.

Sebagian kelengkapan belajar siswa juga dibeli menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS) seperti buku cerita, dongeng, kartu-kartu, jam kayu, kelereng, bendera merah putih, gambar Presiden dan Wakil Presiden RI, alat hitung, serta alat tulis menulis.

Perjuangan untuk mencerdaskan anak bangsa ini, ternyata masih terus berharap adanya bantuan pembangunan tiga ruang kelas. Sebab selama sekolah ini ada, sekolah yang telah meluluskan ratusan anak kampung untuk mengencam pendidikan ke jenjang SMP di daerah ini hanya memiliki tiga ruang kelas.

Akibatnya jadwal belajar mengajar di sekolah ini untuk kelas 1-3 masuk dari pukul 07.30 hingga berakhir 10.00 wit dilanjutkan dengan kelas 4-6 hingga jam akhir sekolah pukul 13.30 wit. Dengan semangat belajar dari anak-anak kampung di wilayah pedalaman ini, diharapkan tidak diabaikan oleh pemerintah. [PapuaPos]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah