-->

Aktivis Freedom Flotilla Tiba di Merauke, Tebarkan Abu dan Air Diatas Tanah Papua

MERAUKE - Kelompok kemanusiaan Freedom Flotilla yang berangkat dari Australia, Agustus 2013 lalu telah menyelesaikan misi perdamaian mereka, yakni membawa abu dan air dari Australia dan ditebar di atas Tanah Papua.

Seperti diberitakan ABC Australia, para aktivis yang berhasil melewati penjagaan TNI Angkatan Laut pada malam lalu setelah perjalanan 5,000 kilometer ini bertujuan untuk mempromosikan perdamaian diatas tanah Papua melalui suara dari orang-orang pribumi.

Prosesi penaburan abu dan air yang dilakukan di daerah yang dirahasiakan di selatan Merauke ini dipimpin oleh tetua adat Aborigin, Kevin Buzzacott yang telah membawa air dari mata air di Danau Eyere, Australia dan abu dari beberapa pemimpin Papua yang meinggal di Australia - kedua benda ini bermakna sebagai ikatan diantara dua suku pribumi ini.
  
Juru Bicara Freedom Flotilla, Izzy Brown menyatakan bahwa peristiwa itu merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu selama ini, dan hari ini merupakan tonggak sejarah untuk bangsa Papua dan Aborigin.

"Untuk paman Kevin, peristiwa ini merupakan momen yang penuh emosional, juga kepada warga Papua Barat," ujar Brown kepada ABC dari atas kapal Flotilla.

Ia menyatakan bahwa para pemimpin adat di Papua juga sangat bahagia dan terkejut dengan keberhasilan mereka menuntaskan perjalanan yang sangat jauh ini.

"Kami memiliki rencana lanjutan, yang kami sendiri masih belum mengetahui cara kerjanya, namun kami yakin dengan takdir dan iman hal itu akan terjadi," tuturnya.

Kelompok yang terdiri dari 30 orang termasu Kru-Film dan tua-tua Adat Aborigin ini ini berharap untuk berlabuh di Kota Merauke, untuk mengadakan ibadah ucapan syukur pada hari Sabtu ini, namun sperti yang diberitakan media, Pemerintah Indonesia menolak kehadirian mereka dan mengancam akan mengusir mereka jika ketahuan berada di wilayah Indonesia.

"kami telah menghubungi militer Indonesia. Kami mencoba tiga kali untuk menghubungi mereka melalui telepon satelit kepada komandan mereka di Merauke dan juga kepada juru bicaranya, namun mereka tidak menjawab telepon tersebut dan memutuskannya tiga kali," kisah Brown sembari melanjutkan, "Kami juga mengadakan komunikasi melalui radio, namun mereka tidak mau berkomunikasi dengan kami, kami berharap mereka dapat berbicara kepada kami sebelum mereka melakukan tidakan."

"Cara mereka bersikap kepada kami adalah salah satu contoh apa yang orang Papua hadapi tiap hari," ungkapnya. [ABC]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah