-->

KPA Merauke Minta Polisi Usut Tuntas Penyebar Isu Jarum Suntik Berisi Darah HIV-AIDS

MERAUKE - Pasca beredarnya isu melalui pesan singkat (SMS) sejak pekan lalu, bahwa ada oknum yang diduga Orang Dengan HIV-Aids (ODHA) kabur dan membawa jarum suntik berisikan darah HIV-Aids untuk disebarkan kepada masyarakat Merauke, sangat meresahkan warga.

Teror jarum suntik oleh oknum ODHA menggemparkan warga kota Merauke dan sekitarnya, sehingga membuat warga was-was atas isu teror jarum suntik itu.

Pada Senin (07/10/2013) kemarin, seorang perempuan disinyalir sebagai ODHA tengah mengejar sejumlah murid SD Inpres Polder, kemudian menyuntikkan  jarum HIV-Aids kepada 2 anak SD Inpres Polder.

Sehari sesudahnya, Selasa (08/10/2013) siang, teror jarum suntik kembali menggegerkan warga kota Merauke dan sekitarnya. Dimana, Orang Tak Dikenal (OTK) yang diduga ODHA kembali mengejar murid-murid SD St.Agustinus Bambu Pemali dan menyuntikkan salah satu murid kelas II SD tersebut.

Kepala Sekolah SD St. Agustinus Bampel, Sr. Rusmair Siregar KSFL mengatakan, bahwa tidak benar ada OTK  menyuntik murid kelas II SD St. Agustinus. Awalnya, murid tersebut bersama 4 temannya ke kamar mandi. Kemudian salah satu dari mereka berteriak dan menangis, karena disuntik.

“Jadi  satu murid pas sedang di kamar mandi,  katanya dia dari belakang dia disuntik. Langsung-lah dia menangis lari begitu. Guru-guru respon, dikejar tapi tidak ada memang orang. Tapi menurut dia disuntik. Mendengar dia disuntik kami langsung larikan anak-anak ini ke rumah sakit, diperiksa disana. Ternyata bekas suntikan tidak ada. Polisi juga tadi ada beberapa memeriksa memang bekas suntikan tidak ada,” kata Sr. Rusmair kepada wartawan, kemarin.

Sr. Rusmair menjelaskan, setelah ditanya baik-baik, akhirnya murid-murid itu mengaku bahwa tidak ada orang yang menyuntikkan jarum. Menurut dia, murid yang berteriak itu terhalusinasi dengan isu yang beredar dan sempat terjadi di SD Inpres Polder.

“Lama-lama ditanya, ditanya lagi, ah tidak benar di suntik. Ya memang anak-anak seperti itu. Kebetulan orang tuanya ada, kami tanya apa dia dengar isu-isu ini yang terjadi di Polder. Lalu ibunya katakan memang kami cerita-cerita tadi malam, anak itu ada di situ. Jadi ini mungkin halusinasi,” ungkapnya.

Sementara itu, menanggapi isu dan teror jarum suntik tersebut, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Merauke menampik dan mengklarifikasi bahwa hal itu tidak benar. Menurut KPA,  bahwa SMS yang beredar dan isu teror itu bersifat provokatif dan  menyesatkan.

Wakil Ketua Harian KPA Kabupaten Merauke, dr. Stevanus E. Osok, melalui konfrensi pers, kemarin, menyatakan bahwa SMS dan isu teror yang beredar merupakan perbuatan oknum yang tidak bertanggungjawab dan ingin mengganggu kenyamanan serta ketentraman hidup masyarakat Merauke.

“KPA Kabupaten Merauke meminta kepada Kepolisian Merauke untuk mengusut tuntas dan menemukan si penyebar SMS ini, serta diminta pertanggungjawabannya sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku di RI,” kata Osok kepada wartawan.

Dikatakan, awalnya ada SMS yang menyebutkan bahwa ada seorang ODHA lari Yasanto dan berkeliaran di daerah Mangga 2 dan Pasar Wamanggu dengan membawa jarum suntik untuk menularkan kepada orang lain.

“KPA Kabupaten Merauke bersama LSM Peduli HIV melakukan pengecekan ke lapangan, berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait baik itu masyarakat maupun Polsek Kelapa Lima, ternyata hal itu tidak benar,” ujarnya.

Kemudian beredar SMS lagi, bahwa bukan 1 orang saja, tetapi sudah bertambah 2 orang  yang adalah korban dari ODHA pertama tersebut. Selanjutnya terjadi peristiwa yang menggemparkan warga, beredar isu bahwa 2 murid SD Polder menjadi korban penyuntikkan HIV-AIDS.

“Baik SMS maupun peristiwa itu tidak benar! Menurut kepala sekolah, si perempuan meminta ijin kepada pihak sekolah untuk ke kamar kecil, karena merasa dibuntuti oleh 2 orang pria. Perempuan itu mengunci diri di dalam toilet, karena diteriakkin oleh 2 pria itu bahwa yang bersangkutan ODHA yang membawa jarum suntik. Karena merasa ketakutan, mengunci diri dalam toilet,” tegas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke ini.

Lanjutnya, pihak sekolah berkordinasi dengan kepolisian dan pihak Yasanto, kemudian pihak Yasanto datang menjemput perempuan itu. Isu di masyarakat bahwa si perempuan mengejar murid-murid dengan membawa jarum suntik tidak benar adanya. Terhadap peristiwa yang terjadi di SD St. Agustinus Bampel, juga tidak benar.

Ditambahakan Staf KPA Kabupaten Merauke, Pdt. Stef Lobwaer,  memang benar ada ODHA yang didampingi dan berbaur dengan masyarakat. Pendampingan bukan berarti isolasi terhadap ODHA, sehingga yang bersangkutan bebas berbaur dengan masyarakat.

“Tidak benar kalau dia bawa jarum suntik untuk menularkan HIV-AIDS kepada masyarakat, isu itu tidak benar. Dia bebas berjalan seperti masyarakat biasa, yang menjadi persoalan adalah SMS yang beredar, sehingga membuat ketakutan-ketakutan muncul. Kalau faktor sosial, mungkin ada hubungan dengan keluarga, sehingga dia tidak nyaman di rumah lalu dia jalan. Tetapi yang pasti, dia jalan sebagaimana masyarakat yang lain. Tidak ada bawa jarum suntik, itu tidak benar,” tandas Stef. [BintangPapua]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah