-->

Ariella Alberthina Yoten dan Marthen Goo Klarifikasi Tudingan Berbicara Papua di Konfrensi Asia Afrika (KAA)

KOTA JAYAPURA - Senin, 27 April 2015 lalu, majalahselangkah.com merilis berita tentang tudingan aktivis Papua kepada  seorang perempuan, Ariella Alberthina Yoteni. Ia dituding berbicara tentang keadaan Papua versi Indonesia kepada sejumlah pemimpin Asia dan Afrika yang hadir pada Konfrensi Asia-Afrika (KAA), 19-24 April 2015 di Jakarta dan Bandung.

Pada Senin, 27 April 2015, majalahselangkah.com telah melakukan konfirmasi kepada Ariella Alberthina Yoteni melalui inbox facebook miliknya. Media ini tidak berhasil mendapatkan konfirmasi karena facebook milik Alberthina Yoteni telah terblokir pada hari itu juga.

Beberapa hari ini, pemberitaan tersebut telah menimbulkan polemik di media sosial.

Pada Kamis, 30 April 2015, Pukul 20:30, majalahselangkah.com melakukan wawancara telepon dengan Ariella Alberthina Yoteni. Majalahselangkah.com juga telah meminta Marthen Goo untuk mengklarifikasi hal ini agar tidak menjadi polemik panjang.

Wawancara dengan mereka, kami rangkum berikut ini.

Ariella Alberthina Yoteni telah mengklarifikasi, "Saya adaah staf Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia. Saya tidak tidak punya kapasitas apapun untuk berbicara di KAA. Dalam KAA, saya hanyalah Liaison Officer (LO), bukan Head of Delegations (HOD)."

LO adalah orang yang menjalin hubungan antara dua organisasi atau lebih untuk berkomunikasi dan mengkoordinasikan sebuah kegiatan. LO berusaha menciptakan kondisi yang nyaman, karena diharapkan dengan mood yang tetap baik, para tamu atau narasumber yang akan hadir dalam acara bisa tampil secara maksimal.

"Tugas dan tanggungjawab saya hanya menjemput dan mengantar tamu negara. Menjempat di bandara, mengantar, dan mengatur jadwal pertemuan antara pimpinan negara yang satu dengan lainnya. Saya bukan delegasi  negara Indonesia  untuk menjelaskan situasi Papua kepada pemimpin negara Asia dan Afrika, seperti yang dituding itu," tutur Ariella.

"Saya bukan presiden untuk berpidato di KAA. Jika, Indonesia ingin orang Papua bicara di KAA, kan ada menteri orang Papua Papua, Ibu Yembise. Sekali lagi, saya saya tidak pernah berpidato soal Papua versi Indonesia di podium KAA. Saya bukan menteri, saya bukan delegasi negara tertentu, saya staff Kemenlu RI. Jadi, jadi tudingan aktivis Papua di Jakarta yang dialamatkan kepada saya, salah sasaran," alumna Uncen itu.

Ariella Alberthina Yoteni megajak, semua pihak untuk menghentikan polemik yang tidak penting ini.

"Saya minta semua pihak memahami tugas dan peran saya serta hentikan polemik yang hanya akan merusak sesama orang Papua," pintanya.

Kata dia, Papua tidak bisa berkembang maju dengan saling tuding menuding tanpa memastikan sesuatu. "Kita harus akhiri saling tuding menuding, kita harus bekerja untuk kemajuan Papua dengan jujur. Karena, barang siapa bekerja dengan jujur di atas tanah Papua, mereka akan melihat tanda heran yang satu kepada tanda heran yang lain," kata dia.

Marthen Goo juga menyampaikan klarifikasi soal polemik ini.

"Kepada saudara dan saudari saya dari Papua dan kepada semua pemerhati masalah Papua, di mana saja berada, perlu saya luruskan informasi yang mungkin salah dimengerti oleh kita sekalian, terkait prespektif KAA yang kemudian disalah artikan dengan keterwakilan dan keterlibatan saudari/adik Ariella, sampai banyak yang mengasumsi bahwa Ariella mewakili Kemenlu di KAA. Seseungguhnya, itu harus diluruskan agar kita memahami konteks dengan baik dan benar. Saya akan berusaha meluruskan hal itu berdasarkan sepengetahuan saya tentang KAA," kata Marthen klarifikasi.

Kata Marthen, yang punya kewenangan bicara di KAA itu, Presiden. Kalau Presiden berhalangan, rekomendasinya diberikan kepada Wakil Presiden atau alternatifnya Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

Jadi, kata Marthen, Ariella tidak memiliki Kapasitas untuk bicara di dalam KAA, karena dia hanya staff, bukan Kemenlu. Kalau ada yang mengartikan dia mewakili Pemerintah bicara dalam KAA, itu tidak benar.

"Yang saya diskusi dengan adik Ariella itu terkait dengan proses di luar KAA. Apalagi, adik di dindingnya menulis dirinya menjelaskan Papua kepada anggota KAA.  Proses menjelaskan adik Ariella di luar ruangan KAA, diduga bagian dari skenario Kemenlu untuk meyakinkan masing-masing anggota tentang Papua dari prespektif Kemenlu. Karena sangat tidak mungkin, Kemenlu menempatkan anak-anak Papua untuk menjelaskan situasi Papua secara benar dan objektif. Kemenlu Indonesia dikenal dengan 'jago tipu'. Apalagi kampanye kemelu di beberapa Negara, 'Indonesia sedang menegakan HAM di Papua' pada hal masyarakat ditembak terus oleh Aparat," kata Marthen.

Lebih jauh dijelaskan, situasi KAA ini, oleh Kemenlu Moumentum untuk mengubah citra Indonesia di publik Internasional soal Papua yang sangat buruk. Apalagi kasus yang menghebohkan dunia, terkait penembakan yang dilakukan oleh Aparat Gabungan (TNI dan Polri) tanggal 7-8 Desember 2014, terhadap 4 Anak SMA (mati di tempat), 2 Anak SMP dan  2 Anak SD (luka tembak).

Kata dia, masalah-masalah di Papua yang kita kenal sampai saat ini "Kasus Pelanggaran HAM yang tinggi, Diskriminasi dan Marjinalisasi yang sangat cepat, Populasi penduduk asli Papua yang kian merosot, Ilegal Loging dan Maining yang menghancurkan tanah adat, Buruk-nya pelayanan pendidikan dan kesehatan, Otsus yang dikebiri, dan lain-lainnya".

"Perkembangan diskusi di luar ini, dalam prespektif politik yang saya mengerti, bisa berdampak negatif untuk Papua, tidak hanya dalam ruangan langsung yang disampaikan oleh Presiden/Wapres/Kemenlu tapi lebih dari itu, bisikan sampingan yang datang dari luar, bisa mempengaruhi dinamika, apalagi orang Papua jelaskan masalah Papua, sekalipun di luar forum KAA. Ini bukan soal mereka sudah tahu soal Papua atau belum, tapi soal, siapa yang meyakinkan mereka, di mana mereka diyakinkan, cerminan komunitas yang meyakinkan dan lain-lain. Walau, perubahan perpolitikan tidak terlalu besar seperti deal politik antar Negara," jelas Goo.

"Saya melihat  adik Ariella masih polos dan tidak mengerti skenario perpolitikan Negara dan itu bagi saya, hal yang wajar. Hanya yang memprihatinkan, kepolosan dan ketidak pengertian dia,  dimanfaatkan oleh Kemenlu untuk meloloskan harapan Kemenlu terkait meyakinkan anggota KAA di luar forum KAA. Ini tentu akan menjadi capaian-capaian kecil Kemenlu yang bisa berdampak besar soal isu Papua," terang Marthen.

Marthen berharap, dari penjelasan ini  bisa menjadi pengetahuan bagi semua, agar kelak, ketika kita diminta atau diperankan oleh pemerintah, kita juga bisa memahami skenario Pemerintah dan konsekuensi yang akan kita tanggung ketika masuk dalam sistem dan setingan yang sudah dibuat oleh pihak lain. "Dalam konteks ini  dibutuhkan kekritisan dan kepekaan kita," kata dia.

Apapun yang kita lakukan, kata dia, baik hal yang benar atau pun tidak, akan selalu berdampak pada kehidupan rakyat. "Mari kita mengokohkan diri dan hati kita, untuk jadi penyelamat rakyat yang sedang membutuhkan suara dan kerja kita untuk mereka. Akhir kata, biasakan kita untuk berkata salah bagi yang tidak benar, dan benar bagi yang kebenarannya adalah benar," kata Goo. [MajalahSelangkah]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah