-->

Benhur Tommy Mano Nilai Hari Pendidikan Ingatkan Karakteristik Pendidik

KOTA JAYAPURA - Peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2015 menjadi amat relevan untuk mengingatkan kembali tentang karakteristik pendidik dan suasana pendidikan yang tidak bisa dilepaskan dari sosok Ki Hadjar Dewantara.

Tanggal 2 Mei merupakan hari kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara.

Sekolah yang menyenangkan memiliki berbagai karakter, di antaranya adalah sekolah yang melibatkan semua komponennya baik guru, orang tua, siswa dan lingkungan dalam proses belajarnya.

Selain itu, sekolah yang pembelajarannya relevan dengan kehidupan, sekolah yang pembelajarannya memiliki ragam pilihan dan tantangandi mana individu diberikan pilihan dan tantangan sesuai dengan tingkatannya serta memberikan makna jangka panjang bagi peserta didiknya.

“Pendidikan adalah senjata yang ampuh untuk merubah dunia,sehingga kalau di sekolah guru ada, bukunya ada, juga kepala sekolah. Kitab adalah buku-buku yang harus diberikan kepada anak didik ibarat seperti ruang belajar dan proses belajar akan baik apabila didukung tenaga pendidik yang berkualitas, komite dan lingkungan yang berkualitas,” demikian ungkap Walikota Jayapura. DR. Benhur Tommi Mano, MM kepada wartawan usai mengikuti upacara Hardiknas, Sabtu (2/5).

Apa yang diharapkan bagi anak didik adalah menjadi anak yang pintar, cerdas dan bisa mengisi pembangunan sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah senjata yang ampuh untuk merubah dunia.

“Bahkan perubahan juga dapat terjadi di segala bidang serta juga dapat menurunkan angka kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan,” cetusnya.

Ketua Pusat PGRI DR. H. Sulistio juga menambahkan pendidikan sebagai gerakan itu sangat baik namun jangan sampai menghilangkan tanggung jawab Pemerintah.

Karena menurut Undang Undang Dasar 1945  secara ekslusif menyatakan bahwa pendidikan adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah.

“Sehingga ketika ada kekurangan dan kegagalan maka jangan lemparkan tanggung jawab kepada pihak lain karena diangap tidak ada gerakan misalnya,” tambah Sulistio.

Dikatakan juga, bagi PGRI selama dalam rangka memaksimalkan peran serta pihak lain maka sudah barang tentu hal ini layak didukung.

“Baik itu dari sisi anggaran, tenaga maupun juga tanggung jawab tentu Pemerintah harus terus berada pada komponen paling depan,” pungkasnya.

Sementara itu, kerinduan PGRI kota Jayapura melalui pergumulan yang panjang untuk memiliki satu gedung yang representatif, akhirnya terjawab sudah.

Hal tersebut dibuktikan dengan dilakukannya peletakan batu pertama oleh Walikota Jayapura DR. Benhur Tommi Mano, MM dan Ketua Pusat PGRI. DR. H. Sulistio, Ketua Klasis kota Jayapura, Ketua PGRI Provinsi Papua dan Ketua PGRI Kota Jayapura pada Sabtu (2/5) bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional.

Lokasi pembangunan gedung kantor PGRI tersebut berada di samping SMK Negeri 3 Kotaraja, Distrik Abepura, Provinsi Papua.

Ketua Pusat PGRI DR. H. Sulistio disela-sela peletakan batu pertama mengungkapkan masyarakat dapat berubah karena pendidikan. Masyarakat anak petani dapat berubah juga karena pendidikan,anak nelayan bisa mengangkat derajat orang tua dan keluarga itu juga karena pendidikan.

“Ketika pemerintah mementingkan pendidikan maka kemajuan di sektor lain pun akan mengikuti dan ini terjadi di semua negara di dunia ini. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia menjadi modal utama untuk kemajuan pembangunan di satu negara,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut, Sulistio menyampaikan apresiasi kepada Walikota Jayapura, yang telah menaruh perhatian bagi kemajuan Pendidikan di kota Jayapura, sehingga dirinya juga melihat perkembangan pendidikan di ibukota provinsi Papua ini masuk kategori istimewa.

“Dan kita berharap ke depan Pendidikan di kota Jayapura menjadi lebih baik dan semakin maju,” harapnya.

Ditambahkan, PGRI melakukan kajian bahwa setiap kali upaya meningkatkan mutu pendidikan ternyata harus dimulai dengan peningkatan mutu guru, karena tidak ada pendidikan yang bermutu tanpa guru yang bermutu.

Di Indonesia saat ini, kata Sulistio terjadi kekurangan guru yang sangat besar, seperti guru SD dan hal ini bukan saja di Papua akan tetapi di pulau jawa dan daerah lain di Indonesia.

Akibat dari kekurangan guru tersebut maka sekolah melalui komite mengangkat guru honor untuk membantu memberikan ilmu guna memenuhi kebutuhan siswa sehingga guru honor di Indonesia mencapai 1.400.000 guru honorer.

Selain itu, Ketua PGRI kota Jayapura, DR. Robert J. Betaubun. SPd, MPd juga menambahkan apa yang menjadi kerinduan organisasi yang menghimpun para guru ini untuk mendapatkan sebuah gedung yang representatif terjawab sudah lewat Walikota Jayapura.

“Para guru dapat berkumpul dan berkonsultasi tentang pembangunan dan kompetensi guru,” sambungnya.

Pembangunan kantor PGRI ini adalah merupakan gedung yang pertama di Papua bahkan di Papua Barat yang di anggarkan lewat dana APDB kota Jayapura sebesar 4 Milyar rupiah dengan konstruksi berlantai tiga. [Dharapos]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah