-->

Lobster Indah Bernama Cherax Pulcher Ditemukan di Teminabuan

KOTA JAYAPURA - Jenis lobster dengan warna-warni nan indah asal Papua ini dikonfirmasi sebagai spesies baru dan merupakan salah satu yang tercantik di dunia.

Lobster air tawar yang ditemukan di daerah Hoa, dekat Desa Teminabuan, Papua Barat, tersebut dinamai Cherax pulcher. Secara etimologi, pulcher berasal dari bahasa Latin, yang artinya indah. Adapun nama Cherax dilekatkan karena kedekatannya dengan spesies lobster Cherax boesemani.

Menurut laporan penelitian yang diterbitkan di jurnal Zookeys edisi pekan ini, spesies itu punya keunikan jika dibandingkan dengan lobster-lobster lainnya pada sisi warna dan bentuk. Warna umum yang terdapat pada Cherax pulcher ialah putih, biru, violet, hijau, dan abu-abu. Jenis jantan berukuran panjang sekitar 8,3-9,6 cm dan untuk betina berada di kisaran 8,3-8,8 cm.

Pencarian asal usul pulcher berawal dari rasa penasaran Christian Lukhaup, seorang peneliti asal Jerman. Awal 2000an, ia menerima kiriman foto dari temannya yang mengoleksi lobster dari wilayah Papua. Lukhaup lalu menemukan lobster tersebut di lokasi perdagangan hewan.

"Lebih dari satu dekade terakhir, terjadi peningkatan perdagangan lobster di Eropa, Amerika Utara, dan Asia dengan nama Hoa Creek, Blue Moon, dan Irian Jaya," kata Lukhaup.

Meski begitu, asal usulnya sulit dilacak karena para penjual tidak mengetahuinya dan sebagian sengaja tutup mulut.

Setelah melakukan investigasi, Lukhaup berhasil menemukan asal lobster itu. Di wilayah aliran Sungai Hoa-lah lobster indah itu asal rimbanya. Mereka hidup di air tawar dengan keasaman air (pH) 6,6 dengan arus kencang, lingkungan berbatu besar, dan berpasir.

''Menurut saya, pulcher merupakan salah satu lobster paling indah. Sangat mengagumkan,'' puji Lukhaup.

Namun, Lukhaup mengatakan spesies itu saat ini tengah dalam ancaman. Rantai perdagangan hewan akuarium dunia dan pemanfaatannya sebagai sumber makanan oleh penduduk lokal dinilai akan membahayakan populasi pulcher.Menurut kolektor lokal di wilayah Sorong, populasinya sudah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Zen Faulkes, peneliti dari University of Texas-Pan American, menyatakan kekhawatiran serupa.

"Spesies cantik itu diperdagangkan orang. Bisa jadi, mereka akan punah sebelum kita mendapat pengetahuan dan informasi lebih lanjut," ujarnya.

Hingga kini, ada 19 spesies Cherax di Indonesia. "Dan sejauh ini, jenis itu hanya ditemukan di satu tempat, yaitu di Sungai Hoa, Papua," kata peneliti Zachary Loughman dari Liberty University di West Virginia.

''Mungkin jenis itu punya rentang habitat yang luas atau mungkin hanya terdapat di satu aliran perairan. Jika ada apa-apa dengan perairan itu, makhluk ini akan musnah,'' ujarnya lagi.

Peneliti mengingatkan pentingnya perencanaan manajemen konservasi untuk mempertahankan keberlanjutan spesies demi menghindari kepunahan akibat perdagangan bebas. [MI]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah