-->

PT Freeport Indonesia telah 50 Tahun Bawa Dampak Positif

KOTA JAYAPURA - Selama kurang lebih lima puluh tahun beroperasi di Papua, PT Freeport Indonesia (PT FI) telah membawa dampak positif dalam berbagai aspek pembangunan di tanah air. Perusahaan raksasa itu merupakan penyumbang pajak dalam nilai yang besar dan menyerap puluhan ribu tenaga kerja.

Bahkan, secara khusus untuk pekerja asli Papua, saat ini tercatat sekitar 15.000 orang sudah ambil bagian dalam berbagai posisi dan keterampilan kerja.

Senior Executive Advisor PT Freeport Indonesia, Michael Manufandu, yang berbicara kepada Bintang Papua di Jayapura, Jumat (8/5),  menyatakan kehadiran perusahaan tambang raksasa itu memberikan dampak-dampak positif baik secara langsung maupun tidak langsung, bagi Negara dan Papua sebagai daerah penghasil.

“State revenue yang kita peroleh dari perusahaan ini sangat luar biasa dari tahun ke tahun. Baik itu pajak maupun dividen, dan lain-lain. Kemudian merupakan pusat dari akademi teknologi ekselent di dunia saat ini. Dari 41 ribu karyawan yang ada, pekerja Papua berjumlah lima belas ribu orang, dimana mereka bekerja sambil belajar. Mereka yang bekerja di Freeport mandapat transfer teknologi dan ilmu yang luar biasa. Mereka bisa mengendalikan dan mengoperasikan berbagai macam peralatan yang sangat canggih walaupun tingkat pendidikan mereka dalam hal ini secara formal belum sampai disitu, tetapi keterampilan yang didapatkan dari bekerja di Freeport sangat luar biasa,”ucapnya, ketika di temui di salah satu Hotel di Jayapura.

Dari kacamata pemerintahan, lanjutnya, perusahaan ini menciptakan interaksi sosial yang unik dan positif karena pekerjanya datang dari berbagai daerah di Indonesia. Semua bertemu disitu dan saling bergaul sehingga melahirkan suatu generasi baru individu Indonesia yang punya interaksi yang positif. Secara tidak langung, tercipta wawasan kebangsaan atau nasionalisme modern di perusahaan itu.

Sehingga dulunya orang Papua ini tidak mengenal orang dari pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan lain-lain, maka sekarang mereka bisa bertemu langsung dalam pekerjaan. Jadi ini hal-hal positif yang bisa dilihat dalam perusahaan ini, kata dia. Perusahaan ini dalam beberapa laporan media yang mengulas tentang eknomi, mengungkapkan dari sisi penyerapan tenaga kerja, PT FI menduduki urutan kedua di Indonesia.

“Dari data yang saya baca, nomor satu adalah Bank BRI dengan daya serap 81 ribu karyawan tapi itu untuk di seluruh Indonesia. Kalau Freeport nomor dua, dengan jumlah 41 ribu karyawan, di satu tempat. Ini belum dihitung dengan jumlah karyawan di vendor-vendor (perusahaan kontraktor-red) yang jumlahnya puluhan. Sehingga PT FI menciptakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang luar biasa bagi orang kita. Sisi yang lain PT FI salah satu penyumbang pajak terbesar di Indonesia,”ungkapnya

Ia melanjutkan, hal-hal positif ini dikemukakan sebagai perimbangan terhadap isu-isu negative yang ada selama ini. Sehingga publik tahu bahwa ada banyak hal yang positif dan bermanfaat dari keberadaan PT FI, tetapi memang selama ini jarang diungkap ke khalayak umum. Ditegaskannya, PT FI adalah perusahaan yang bekerja berdasarkan hukum positif yang berlaku, sehingga selalu menyesuaikan dengan perkembangan peraturan hukum di Indonesia.

“Memang baru-baru ada sedikit perbedaan antara Gubernur Papua dengan PT FI mengenai smelter. Dari satu sudut hal itu diperhatikan, tetapi kemudian ada tuntutan undang-undang dan batasan waktu, maka perusahaan harus menyesuaikan. Perusahaan smelter yang di Gresik itu kemampuannya hanya bisa memurnikan 40 persen dari hasil konsentrat yang ada. 60 persen sisanya belum bisa, sehingga ini yang dikirim untuk dimurnikan di luar negeri. Memang mau tidak mau harus dibangun pabrik pemurnian dimana pabrik ini tentu harus memenuhi banyak syarat,” ujarnya lagi.

Dijelaskannya, apabila 40 persen tadi berubah menjadi 100 persen, maka pemasukan kepada Negara dan daerah itu sendiri bakal lebih tinggi lagi. Terkait dengan kontrak karya, saat ini semua harapan pemerintah dan masyarakat sudah termasuk didalamnya.

“Bahasa hukum itu berbeda dengan bahasa kita sehari-hari tetapi didalamnya sudah termasuk dengan tuntutan kita. Misalnya seperti ini, kontrak lama diminta untuk 1 persen, nah sekarang untuk tembaganya itu sekarang bukan 1 persen lagi tetapi 4,75 persen. Kemudian emasnya naik jadi 3,75 persen. Jadi itu sangat besar. Nah ini hal-hal yang sering orang-orang tidak lihat dan mempertimbangkannya,” tuturnya.

Diterangkannya, mengenai pajak maupun royalti yang besar ini sekarang tinggal bagaimana peruntukkannya. Misalkan, diarahkan untuk sektor perkebunan atau pembangunan perumahan rakyat.

“Kita sering bicara tentang dana Otsus tetapi dana dari royalti ini juga cukup besar, berjumlah triliunan. Belum lagi kalau besok hasil pajak. Nah kalau ini terjadi maka uang yang dikucurkan cukup besar untuk menunjang pembangunan,” kata Michael Manufandu.

Sehingga kehadiran PT FI, lanjutnya, memberi manfaat positif yang jelas terasa dampaknya. Belum lagi dengan perhatian untuk Papua, misalkan dana sponsor yang dikucurkan untuk klub Persipura Jayapura, membangun stadion untuk PON 2020 dimana Papua menjadi Tuan rumah, membangun pabrik semen, dan akan bangun pembangkit listrik tenaga air yang akan menyuplai sebagian besar wilayah dimana perusahaan itu berada.

“Dari sisi ekonomi kerakyatan juga PT FI melatih dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat lewat berbagai pelatihan keterampilan. Sedangkan di bidang akademis terdapat Institut Nemangkawi, yang merupakan institute pertambangan terbaik di Indonesia. Kemudian laboratorium lingkungan terbaik di Asia Tenggara itu ada di Mimika. Jadi hal-hal positif ini yang harus kita perhatikan. Institut Nemangkawi ini yang sudah banyak menghasilkan pekerja asli Papua bekerja di Freeport, dan sekarang sudah ada orang Papua yang sudah menduduki posisi Vice President (VP) atau di level top menejemen,”ungkapnya.

Kemudian dibawah para VP, ada menejer-menejer dan superintendent yang diisi anak asli Papua, bahkan untuk pekerja asli Papua yang memiliki potensi disekolahkan oleh perusahaan hingga ke luar negeri .

“Kita punya angka-angka untuk ini. Memang yang selama ini orang hebohkan itu betul, misalnya terkait adanya kecelakaan kerja, dimana tambang itu kan pekerjaan berat, jadi kalau ada kecelakaan itu kan bagian dari resiko. Tetapi dibalik itu kan manfaat dari perusahaan ini sangat besar. Nah ini yang kita harap, supaya  sesama kita orang Papua ataupun bukan, yang sudah terdidik dengan baik kemudian menduduki jabatan yang baik, harus lebih positif dan realistis serta bijak. Jangan membuat pernyataan  yang membingungkan,”urainya.

“Jadi kehadiran Freeport itu membawa hal yang positif. Perlu diketahui, kalau besok tahun 2017 Grasberg (tambang terbuka) tutup dan semua dialihkan ke tambang bawah tanah, maka tembaga dan emas yang terbaik di dunia ada di Papua, di Mimika. Dan keutungannya juga lipat ganda bagi Negara dan daerah itu sendiri. Sekarang bagaimana manfaat-manfaat langsung dan tidak langsung dari adanya PT FI harus dimanfaatkan. Kita ambil contoh di Timika, kalau tidak ada Freeport maka belum tentu pembangunan di sana seperti yang ada sekarang ini. Jadi Freeport itu membawa dampak yang besar dan bagi daerah dan pemerintah,” tambahnya. [BintangPapua]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah