-->

Tim 5 Juta LRB Demo Pembuatan Lobang Resapan Biopori

SENTANI (JAYAPURA) -  Sosialisasi dan demo pembuatan  Lubang Resapan Biopori (LRB) oleh Tim  Gerakan 5 Juta LRB dari IPB Bogor di lokasi rencana pembangunan rumah sakit internasional berkelas dunia di Kawasan Terpadu  FOROMOKO di Kampung Netar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Kamis (7/5).

Sosialisasi dan demo pembuatan LRB dipimpin Ketua PelaksanaTim Gerakan 5 Juta  LRB Ir. Gatut Susanta, M.M., didampingi penggagas rencana pembangunan rumah sakit internasional bertaraf dunia dr. John Manangsang, Ondofolo Besar Netar Philips Waly, Kepala Suku Waly Abner Waly, Kepala Bidang Pengelolaan Kualitas Lingkungan Badan Pengelolah Lingkungan Hidup Provinsi Papua Jainal Murupey, Direktur Utama PT. FOROMOKO Medika Papua Gladis Manangsang, Pemerhati Lingkungan Papua dan Kabupaten Jayapura Marcel Suebu. 

Menurut Gatut Susanta, LRB adalah teknologi tepat guna untuk mengatasi banjir dan sampah, memelihara kelestarian air tanah.

Dijelaskannya, lubang silindris yang dibuat kedalam tanah dengan diameter 10 cm, kedalam  sekitar 100 cm atau jangan melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi sampah organik  untuk mendorong terbentuknya Biopori. Biopori adalah pori terbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah dan akar tanaman.

Ia memaparkan, LRB adalah teknologi tepat guna untuk meningkatkan laju peresapan air hujan dan memanfaatkan sampah organik kedalam tanah. Dapat dibuat pada berbagai jenis  penggunaan tanah. Manfaat LRB memelihara cadangan air tanah, mencegah terjadinya  keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah, menghambat intrusi air laut, mengubah sampah organik menjadi kompos, meningkatkan kesuburan tanah, menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah, mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh adanya genangan air seperti deman berdarah, malaria, kaki gajah dan lain-lain, mengurangi masalah pembuangan sampah yang  mengakibatkan pencemaran udara dan perairan, mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), mengurangi banjir.

LRB dapat dibuat di dasar saluran yang semula dibuat untuk membuang air hujan, di dasar alur yang dibuat sekeliling batang pohon atau batas taman.

Cara Pembuatan LRB. Pertama, buat lubang silindris ke dalam tanah pada dasar alur (saluran kecil) dengan bor biopori berdiameter 10 Cm, kedalam sekitar 100 Cm atau jangan melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran atau alur yang telah dibuat. Jarak antar lubang 50-100 Cm.

Kedua, mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2-3 Cm, setebal 2 Cm  disekelilingi mulut lubang.

Ketiga, segera isi lubang LRB dengan sampah organik yang berasal dari sisa tanaman yang dihasilkan dari dedaunan pohon, pangkasan rumput dari halaman atau sampah dapur. Keempat, sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang menyusut karena proses pelapukan.

Kelima, kompos yang terbentuk dari lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau  bersamaan dengan pemeliharaan lubang.

Menurutnya, Distrik Sentani Timur sangat cocok untuk Biopori. Bahkan wilayah ini telah ditetapkan oleh Presiden RI pada tanggal 17 Maret 2015 sebagai salah-satu sumber air permukaan pada Danau Sentani. Selain itu, Distrik Sentani Timur juga telah ditetapkan sebagai kawasan Cagar Alam Cycloop. Namun demikian, kawasan Distrik Sentani Timur rawan gempa  bumi dengan potensi 7,5 hingga 9  MM. Distrik Sentani Timur  juga diatur oleh  Presiden ada lokasi zona sempadan mata air. 

Sementara itu, Philips Waly mengatakan, seluruh masyarakat adat di Kampung Netar baik Ondofolo dan para Kepala Suku semua menerima sehubungan dengan rencana besar John Manangsang.

“Apa yang kita pikir dr. John Manangsang sudah punya pikiran jauh depan untuk membangun seluruh masyarakat Papua, khususnya di bidang kesehatan,” tandasnya.    

John Manangsang mengatakan, wilayah Kampung Netar adalah daerah kering dan gersang, karena air tanah maupun air hujan ketika mengalir langsung terbuang percuma ke Danau Sentani.

Tapi dengan metode Biopori, maka sebagian besar air tanah dan air hujan akan tersimpan di dalam tanah dan akan berguna untuk kehidupan baru yang lebih baik di tanah ini terutama kesuburan dan sumber air. 

Abner Waly mengutarakan tetua adat telah melepaskan wilayah ini untuk kepentingan umum  sekaligus menyerahkan sepenuhnya kepada dr. John Manangsang untuk membangun suatu sarana yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di Tanah Papua ini.

Dikatakan Jainal Murupey, pihaknya sangat mendukung upaya-upaya yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun lembaga masyarakat adat yang berafiliasi dengan masalah lingkungan hidup, terutama PT. FOROMOKO yang telah memberikan apresiasi yang luar biasa tentang lingkungan hidup. Pasalnya, dari luasan lahan yang ada pada lokasi ini berjumlah 235 hektar, 13 hektar diperuntukan bagi pembangunan rumah sakit internasional.

Dari jumlah 70 persen ini akan diperuntukan bagi pengelolaan lingkungan, sementara 30 persen diperuntukan bagi pembangunan rumah sakit internasioanal FOROMOKO. Tapi, ujarnya,  pihaknya sangat mengharapkan agar Bupati Jayapura dapat merespon dengan baik gagasan dari John Manangsang ini, dengan mengeluarkan izin lokasi karena ini salah-satu entry  point untuk  pihaknya memproses analisis dampak lingkungan.

Dia menjelaskan, jika tanpa izin lokasi pihaknya tak bisa melangkah lebih jauh. Karena  itu,  Pemerintah Provinsi Papua dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup mengharapkan dengan sungguh-sungguh pemimpian daerah dapat mendengar aspirasi dari masyarakat adat ini.

“Jika masyarakat adat telah memberikan hak pelepasan adat untuk PT. FOROMOKO, maka   Bupati harus merespons dengan baik karena ini kan investor masuk ke Kabupaten Jayapura, karena akan memberikan PAD bagi Pemerintah Kabupaten Jayapura dan Pemerintah Provinsi Papua.   

Marcel Suebu mengatakan, pihaknya melihat Biopori ini sangat penting apalagi tempat dimana akan dibangun rumah sakit internasional di Sentani ini berada dalam kawasan resapan.

“Apabila kita tak melakukan upaya-upaya untuk menangkap air hujan, maka kemudian air hujan     tak bermanfaat bagi daerah resapan dan kebutuhan hidup di sekitarnya,” tuturnya. 

“Adanya pembangunan tak rama lingkungan akan berbahaya, karena itu sosialisasi yang baik sekali untuk kita kembangkan lagi salah-satu metode untuk penangkapan air yakni Biopori,” katanya.

Karenanya, lanjutnya, pihaknya berharap dr. John Manangsang dengan program yang baik ini  tak saja bertanggungjawab terhadap lingkungan di sekitar wilayah rumah sakit yang akan  dibangun kedepan, tapi juga seluruh Kota Sentani.

“Kami berharap Biopori yang dimulai dari FOROMOKO yang digagas John Manangsang dapat dimanfaatkan baik dengan pemerintah daerah dana juga aktivis lingkungan. Kita berharap ini berhasil dari lingkungan kita akan terjaga dan masyarakat kita akan sejahtera,” tambahnya.     

Gladis Manangsang mengatakan, pihaknya sangat mendukung sosialisasi dan demo LRB,  karena alat ini sangat berguna bagi lingkungan hidup.

“LRB bukan hanya berguna bagi lingkungan kita, tapi juga lingkungan rumah, sekolah dan lain-lain,” terangnya.  [BintangPapua]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah