-->

Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) akan Lakukan Penambahan Kilang LNG di Papua Barat

MANOKWARI - Dihadang gejolak ekonomi global, Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) menyatakan tetap optimistik merealisasikan rencana ekspansinya untuk menambah kilang LNG ketiga (Train 3) di Papua Barat pada kegiatan operasionalnya. Jika proyek ini terealisasi, total kapasitas produksi dari proyek Tangguh LNG meningkat menjadi 11,4 mtpa.

Menurut Dharmawan, proyek pengembangan senilai US$12 miliar ini akan memberi nilai tambah yang cukup besar bagi pemerintah Indonesia dan akan membantu memenuhi kebutuhan energi nasional.

Tangguh dioperasikan oleh BP Berau Ltd sebagai kontraktor SKK Migas. BP memegang 37,16% saham di proyek tersebut. Mitra-mitra kontrak Tangguh lainnya adalah MI Berau B.V. (16,30%), CNOOC Muturi Ltd. (13,90%), Nippon Oil Exploration (Berau), Ltd. (12,23%), KG Berau/KG Wiriagar (10,00%), Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc. (7,35%), dan Talisman Wiriagar Overseas Ltd. (3,06%).

Site Tangguh LNG di Teluk Bintuni, Papua Barat, merupakan fasilitas gas alam cair (LNG) terbesar ketiga di Indonesia yang memadukan kegiatan hulu dan hilir.

Kegiatan operasional yang sudah ada terdiri dari dua kilang pemrosesan LNG (Train 1 dan 2) dengan kapasitas produksi 7,6 juta ton per tahun (mtpa).

Pada prinsipnya, Indonesia sedang mengalami darurat minyak dan gas bumi. Kebutuhan migas terus meningkat, sementara produksi menurun. Ini membuat Indonesia terus mengimpor migas dari negara lain.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan, Presiden Joko Widodo memberi arahan kepada kementerian teknis agar terus berupaya dalam menambah cadangan baru migas. Hal ini agar potensi migas di Indonesia mampu penuhi kebutuhan dalam negeri.

Selama lima tahun terakhir, produksi migas Indonesia belum mencapai target yang telah ditentukan.

“Target produksi 2009 adalah 794 ribu barel per day (bpd) dan 2014 itu targetnya 818 ribu bpd. Ini dalam lima tahun ke depan kita harus mencapai target produksi. Presiden menuguskan harus mencari sumber baru untuk meningkatkan eksplorasi migas yang berimplikasi pada peningkatan perdagangan,” ungkap Indroyono yang menyempatkan diri mengunjungi stand pameran BP di JCC Senayan.

Penerimaan negara dari sektor migas cukup besar, yakni mencapai Rp286 triliun dalam lima tahun terakhir. Jumlah itu menyumbang 18 persen terhadap total penerimaan negara. Cadangan migas Indonesia sendiri juga masih besar, yakni sekitar 3,6 miliar barel.

Menyoal penerimaan dari BDH Migas bagi Papua Barat, Dharmawan Samsu mengatakan, pihaknya mendukung inisiatif DPR Papua Barat yang sudah memprioritaskan pembahasan Perdasus yang mengatur soal Dana Bagi Hasil.

Substansi rancangan Perdasus ini, intinya dilatar belakangi oleh semangat untuk memberi bagian yg lebih besar kepada daerah penghasil termasuk dalam bentuk penghargaan terhadap masyarakat adat. [CahayaPapua]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah