-->

Bentuk Usaha Galian C-nya Diprotes, Pengusaha Kamoro ini Buka Suara

TIMIKA (MIMIKA) – Menanggapi protes terkait bentuk usahanya oleh beberapa supir truk galian C, Direktur CV Putra Otomona, Gregorius Okoare menyatakan dirinya memiliki hak untuk berusaha dengan cara-cara yang wajar.

“Sebagai putra asli Kamoro di daerah ini saya berhak mencapai kesuksesan dengan cara-cara yang tertentu saja, dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat banyak,” ucap pria yang dipanggil dengan Gerry pada Senin (8/6)

Gregorius menyatakan adalah tidak ojektif jika membuat dugaan tanpa mencari tahu lebih dahulu persoalannya. Karena terkait penimbunan di lokasi lahan galian C di Kota Timika oleh seorang pengusaha bernama Sumitro, Gerry menjelaskan bahwa itu adalah lahan miliknya yang dikontrakan kepada pengusaha itu.

Ia mengakui usaha penimbunan itu adalah milik CV Putra Otomona sebagai pertimbangan kepada masyarakat yang membutuhkan material galian C tanpa perlu menempuh jarak jauh dengan harga yang murah.

“Itu kan sudah menjadi kewajiban saya untuk berusaha sebaga anak daerah, kami juga tidak mau mengambil untung besar karena kami tahu bahan galian C selama ini cukup mahal karena lokasi pengambilan yang jauh. Belum lama ini juga banyak usaha galian C yang ditutup pemerintah daerah. Padahal kebutuhannya sangat banyak,” ujarnya.

Gerry menjelaskan harga dasar yang ditetapkan olehnya adalah Rp 300.000 untuk pasir halus dan Rp 200.000 untuk pasir kasar. Ini diluar biaya truk dan sopir.

“Saya pikir kita semua harus berupaya berbinis secara teratur dan obyektif. Kalaupun ada untung ya jangan terlampau tingg. Soal harga yang diatur bersama sopir, hal itu tidak menjadi bagian kami,” tukasnya.

Sebelumnya, para supir truk mengeluhkan usaha penimbunan material galian c yang dilakukan di lokasi parkir para supir truk milik Sumitro yang terletak di Pasar Sentral, Distrik Mimika Baru.

Alasannya karena harga timbunan di lokasi itu lebih murah disbanding harga pasaran yang biasanya diperoleh para supir truk. Akibatnya mereka lebih banyak nganggur karena tidak mendapat orderan.

“Kami minta kalau bisa pemda segera menutup lokasi timbunan material Mitro ini karena kami sangat dirugikan. Karena mereka menimbun dan menjual material kepada masyarakat dengan harga dibawah pasarann sehingga masyarakat larinya ke sana dan kami disini hanya menganggur saja,” ujar Johan. [SalamPapua]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah