Tongoi Papua Gelar Pertemuan ‘Freeport for Papua Women’
pada tanggal
Sunday 21 June 2015
KUALA KENCANA (MIMIKA) – Para anggota dari komunitas Tongoi Papua bersama Papuan Affairs Development (PAD) PT Freeport Indonesia menggelar kegiatan Annual Gathering para Perempuan Papua dengan tema ‘Freeport for Papuan Women’ di Gedung Multi Purpose Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Jumat (19/6).
Dalam kegiatan tersebut panitia puluhan perempuan asli Papua mengadakan sejumlah permaian yang penuh makna dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bekerja, tarian zumba, serta pemberian pengetahuan yang memberikan motivasi untuk perempuan sehingga dapat berpikir maju.
Ditegaskan, Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan Tongoi Papua, Viska Rosalina Lali, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memaksimalkan peran perempuan dan karyawati Papua dalam menghadapi tantangan dan melihat peluang yang ada, mempererat persatuan dan persaudaraan, serta penghargaan dan penghormatan antar sesama karyawati Papua.
“Jadi kita ingin mereka sadar bahwa biar kita perempuan Papua, kita harus betul-betul keluarkan potensi yang kita miliki untuk ditunjukkan kepada orang lain kalau saya ada disini karena saya layak, bukan karena saya Papua, karena saya hitam, karena saya keriting dan karena ini di kota Papua. Jadi saya berhak mendapatkan pekerjaan,” ujarnya pada Jumat (19/6).
Selanjutnya, Viska menegaska bahwa kegaitan ini dapat menambah wawasan para karyawati tentang pentingnya bekerja secara bertanggung jawab dan profesional. Kegiatan ini akan menekankan kelebihan cara bekerja tersebut.
Hal demikian lebih ditekankan karena kebanyakan karyawati Papua masih berpikir santai, dan terkesan kasar saat ditegur oleh atasan atau rekan sekerja, apalagi untuk hal-hal yang membangun.
Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mempererat persatuan perempuan Papua yang dapat bekerjasama demi masa depan yang cemerlang dan dapat bersaing untuk meraih kesuksesan. Termasuk perubahan cara pikir yang menjadi lebih baik lagi.
Viska menjabarkan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari seminar yang dilakukan kelompok tersebut kepada para Perempuan Papua, pada akhir 2014 lalu. Sekaligus merupakan kegiatan perdana kepada karyawati Papua di lingkungan PT Freeport Indonesia dan perusahaan privatisasinya.
Selain kegiatan ini, Tongoi Papua juga akan melakukan ‘mining tour’ yang menargetkan peserta kurang lebih 51 orang yang diikuti para anggota, termasuk para istri karyawan yang bekerja di areal tambang terbuka PTFI.
Tidak hanya itu, untuk para pihaknya juga akan melakukan kegiatan talk show Inspiratif dengan mendatangkan orang Papua terutama perempuan Papua yang telah sukses, sehingga dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi semua.
Kegiatan ini sudah direncanakan untuk dilaksanakan pada awal Juni lalu, namun karena bertabrakan dengan kegiatan lain sehingga dimundur dan baru terlaksana pada pertengahan bulan ini.
Viska juga menegaskan, Tongoi Papua sangat berharap kegiatan-kegiatan ini dapat memberikan perubahan positif tentang karyawati Papua sehingga tidak ada lagi perbuatan dan sikap yang tidak sepantasnya dilakukan oleh perempuan, terutama sebagai karyawati PTFI yang bertanggung jawab dan profesional.
“Jadi mereka harus menjadi pribadi yang dapat mengakui kelebihan orang lain dan dapat mencontohi dengan menanamkan pemikiran dalam diri kalau ‘orang lain bisa, mengapa saya tidak’” terangnya. [SalamPapua]
Dalam kegiatan tersebut panitia puluhan perempuan asli Papua mengadakan sejumlah permaian yang penuh makna dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bekerja, tarian zumba, serta pemberian pengetahuan yang memberikan motivasi untuk perempuan sehingga dapat berpikir maju.
Ditegaskan, Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan Tongoi Papua, Viska Rosalina Lali, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memaksimalkan peran perempuan dan karyawati Papua dalam menghadapi tantangan dan melihat peluang yang ada, mempererat persatuan dan persaudaraan, serta penghargaan dan penghormatan antar sesama karyawati Papua.
“Jadi kita ingin mereka sadar bahwa biar kita perempuan Papua, kita harus betul-betul keluarkan potensi yang kita miliki untuk ditunjukkan kepada orang lain kalau saya ada disini karena saya layak, bukan karena saya Papua, karena saya hitam, karena saya keriting dan karena ini di kota Papua. Jadi saya berhak mendapatkan pekerjaan,” ujarnya pada Jumat (19/6).
Selanjutnya, Viska menegaska bahwa kegaitan ini dapat menambah wawasan para karyawati tentang pentingnya bekerja secara bertanggung jawab dan profesional. Kegiatan ini akan menekankan kelebihan cara bekerja tersebut.
Hal demikian lebih ditekankan karena kebanyakan karyawati Papua masih berpikir santai, dan terkesan kasar saat ditegur oleh atasan atau rekan sekerja, apalagi untuk hal-hal yang membangun.
Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mempererat persatuan perempuan Papua yang dapat bekerjasama demi masa depan yang cemerlang dan dapat bersaing untuk meraih kesuksesan. Termasuk perubahan cara pikir yang menjadi lebih baik lagi.
Viska menjabarkan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari seminar yang dilakukan kelompok tersebut kepada para Perempuan Papua, pada akhir 2014 lalu. Sekaligus merupakan kegiatan perdana kepada karyawati Papua di lingkungan PT Freeport Indonesia dan perusahaan privatisasinya.
Selain kegiatan ini, Tongoi Papua juga akan melakukan ‘mining tour’ yang menargetkan peserta kurang lebih 51 orang yang diikuti para anggota, termasuk para istri karyawan yang bekerja di areal tambang terbuka PTFI.
Tidak hanya itu, untuk para pihaknya juga akan melakukan kegiatan talk show Inspiratif dengan mendatangkan orang Papua terutama perempuan Papua yang telah sukses, sehingga dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi semua.
Kegiatan ini sudah direncanakan untuk dilaksanakan pada awal Juni lalu, namun karena bertabrakan dengan kegiatan lain sehingga dimundur dan baru terlaksana pada pertengahan bulan ini.
Viska juga menegaskan, Tongoi Papua sangat berharap kegiatan-kegiatan ini dapat memberikan perubahan positif tentang karyawati Papua sehingga tidak ada lagi perbuatan dan sikap yang tidak sepantasnya dilakukan oleh perempuan, terutama sebagai karyawati PTFI yang bertanggung jawab dan profesional.
“Jadi mereka harus menjadi pribadi yang dapat mengakui kelebihan orang lain dan dapat mencontohi dengan menanamkan pemikiran dalam diri kalau ‘orang lain bisa, mengapa saya tidak’” terangnya. [SalamPapua]