-->

Badrodin Haiti Curigai Perubahan Jadwal Seminar dan KKR GIDI di Karubaga

JAKARTA - Setelah menetapkan dua orang yang dituding sebagai pelaku kericuhan di Karubaga, Polri tengah berupaya mencari aktor intelektual insiden penyerangan jamaah Salat Ied di Tolikara, Papua.

Tetapi bukan fokus kepada kesalahan komunikasi antar pemeluk agama dan pelaku penembakan puluhan warga, Polri malah memilih untuk mencari alasan masyarakat Tolikara menyerang muslim di wilayah itu, salah satunya dengan menuding adanya keganjilan atas perubahan jadwal Seminar dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Gereja Injili di Indonesia.

“Kita tengah mencari motif perubahan jadwal tersebut,” kata Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti di Kantor Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), Menteng Jakarta Jumat (24/7).

Ia mengklaim perubahan jadwal itu dianggap mencurigakan karena mengakibatkan waktu pelaksanaan seminar KKR bentrok dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Menurut Kapolri, awalnya, panitia dari Gereja Injili di Indonesia (GIDI) berencana menggelar seminar KKR itu di tanggal 22 - 27 Juli 2015. Namun, dimajukan menjadi tanggal 13 - 19 Juli 2015. Padahal, jadwal yang baru itu bersamaan dengan perayaan hari raya Idul Fitri umat Islam yang jatuh pada tanggal 17 Juli 2015.

Meski mengklaim kecurigaannya atas adanya skenario pada perubahan jadwal tersebut, mantan Kapolda Jatim itu menganggap hal ini hanyala teori yang belum ia simpulkan, Sebab, indikasi-indikasi tersebut belum tentu menggambarkan fakta yang sebenarnya.

“Ini yang perlu kita teliti dan dalami lebih lanjut,” imbuhnya.

Menanggapi tudingan tak berdasar itu, Ketua Forum Komunikasi umat Kristen Jakarta, Theophilus Bela mengaku ragu jika perubahan jadwal KKR itu bernuansa skenario.

Dia berpendapat, perubahan itu lebih bersifat teknis. Theo memperkirakan, momen idul fitri yang bertepatan dengan hari libur nasional menjadi alasannya sehingga para peserta dapat lebih aktif mengikuti kegiatan rohani tersebut.

“Biar banyak yang ikut, kalau hari libur,” terangnya.

Pasalnya, tidak ada aturan baku yang mewajibkan kapan ibadah kerohanian harus dilaksanakan.

“Bebas, hari apa saja bisa dilakukan,” imbuhnya. [JPNN]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah