-->

Kodam Cenderawasih Siap Membantu Polda Papua Ungkap Pelaku Pembunuhan Pelajar SMP Dogiyai

KOTA JAYAPURA – Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen G. Siahaan menyatakan, siap membantu aparat kepolisian Polda Papua untuk mengungkap dan menemukan pelaku penembakan terhadap seorang pelajar SMP di Kabupaten Dogiyai, Yoseni Ugapa , 25 Juni 2015 lalu.

“Saya sudah bentuk tim Investigasi untuk membantu polisi melakukan penyelidikan terhadap pelaku penembakan itu. Tim itu di pimpin langsung oleh Dandrem 173/PVB, Brigjen TNI Tri Soewandono,” kata Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen G Siahaan, Selasa (30/6/2015).

Menurut Pangdam, tim yang dibentuk itu ditugaskan mencari informasi untuk mengumpulkan data - data dan nantinya diserahkan kepada pihak kepolisian untuk memudahkan mencari dan menemukan pelaku penembakan.

“Saya selaku pimpinan Kodam XVII/Cenderawasih, sangat prihatin dan mengecam keras tindakan penembakan itu. Kami akan berupaya terus membantu Polisi untuk mengungkap dan menemukan pelakunya, karena telah meresahkan masyarakat dan membuat situasi tidak nyaman warga masyarakat apalagi tindakannya telah menelan korban nyawa,” tegas Pangdam.

Kendati demikian, Pangdam menilai bahwa kondisi Papua secara umum sangat kondusif.  Namun diminta agar jangan sampai ada orang - orang tertentu yang dengan sengaja ingin mengkondisikan situasi ini menjadi tidak kondusif dengan melakukan tindakan-tindakan anarkis terhadap rakyat.

Sementara itu Tim Penyidik Kepolisian Resor (Polres) Nabire tengah memeriksa 20 orang saksi terkait kasus penembakan terhadap pelaku aksi palang jalan di kampung Ugapuga, Kamis (25/6) malam.

“Sudah 20 orang saksi yang dimintai keterangan, namun belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka,” kata Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende di Jayapura, Selasa (30/6).

Ia mengatakan, dari hasil pemeriksaan saksi terungkap sebelum terjadi penembakan yang menewaskan satu orang, pelaku aksi palang jalan sempat menghentikan beberapa kendaraan yang melintas di ruas jalan tersebut. Setiap mobil yang lewat dikenakan Rp1 juta atau lebih tergantung permintaan mereka.

Bila permintaan mereka tidak dipenuhi, kata Irjen Pol Mende, dari laporan yang diterima terungkap mereka (kelompok yang melakukan aksi palang) tidak segan-segan untuk berlaku kasar terhadap penumpang atau supir.

“Kami sedang mengkaji untuk membangun polsek di kawasan tersebut sehingga aktifitas masyarakat dapat berlangsung normal tanpa gangguan,” ujar Irjen Pol Mende.

Ketika ditanya tentang pelaku, Kapolda Papua itu mengaku, belum dapat memastikan karena saksi juga tidak dapat memastikan apakah kendaraan yang digunakan jenis avansa atau innova.

“Polisi sendiri juga masih menyelidiki siapa pelaku penembakan yang menewaskan Yoseni Agapa,” tambah Irjen Mende.

Adat Duga Aparat Terlibat

Sedangkan Aktivis Bersatu Untuk Keadilan (BUK) dan Dewan Adat Daerah (DAD) Paniai menduga oknum aparat terlibat dalam penembakan di Kampung Ugapuga, Distrik Kamu Timur, Kabupaten Dogiayai pada Kamis (25/6) malam.

“Berdasarkan informasi yang kami terima ada dugaan aparat keamanan pelaku penembakan, bukan orang tak dikenal (OTK), ini juga didasarkan pada temuan puluhan selongsong peluru di TKP,” kata Peneas Lokbere, Ketua BUK Papua yang didampingi Ketua DAD Paniai, Jhon NR Gobay, saat jumpa pers di sekretariat KontraS Padang Bulang, Kota Jayapura, kemarin..

Pernyataan Peneas Lokbere itu dilontarkan menyusul terjadinya kekerasan di Kabupaten Dogiyai pada Kamis pekan lalu, yang menewaskan Yoseni Agapa dan melukai warga lainnya yakni Melianus Mote di Kotubudo, Ugapuga, Distrik Kamu Timur, Kabupaten Dogiyai.

“Pak Kapolda Papua dan jajarannya harus segera mengusut tuntas penembakan yang terjadi di Ugapuga dan segera mengklafikasi siapa pemilik kode selongsong peluru yang didapatkan warga bertuliskan PT PIN 556 dan 37 selongsong peluru,” katanya.

Peneas menjelaskan bahwa beberapa saat pascapenembakan, warga setempat langsung mendatangi TKP untuk mengambil mayat Yoseni Agapa.

“Di tubuh Yoseni Agapa, ada sejumlah luka tembakkan. Dua di dada dan dua di lengan, yang di dada, selain luka tembak ada juga bekas benda tajam di luka tembak di dada,” kata Peneas Lokbere.

Sementara, Jhon NR Gobai mengemukakan bahwa berdasarkan ketersangan saksi mata, Yoseni Agapa selain ditembak oleh oknum aparat yang ke TKP menggunakan kendaraan roda empat jenis Avanza, juga melekukan pemukulan dengan popor senjata.

Gobai juga menyampaikan bahwa korban merupakan pelajar SMPN Boduda, Distrik Kamu Timur dan baru naik ke IX dengan alamat tinggal Kampung Jigiugi, Desa Ugapuga, Distrik Kamu Timur, Kabupaten Dogiyai.

Awal peristiwa, lanjut Gobai, korban dan sembilan rekan lainnya termasuk Melianus Mote berburu tikus tanah dengan membawa seekor anjing, saat sampai di Kotubado, anjing mereka lari ke arah jalan kemudian ditabrak truk yang melintas dengan kecepatan penuh menuju ke Tigi, Kabupaten Deyai.

Merasa anjing mereka ditabral lari, Yoseni dan kawan-kawan melakukan aksi palang jalan (palak minta uang), guna meminta uang ganti rugi kepada kendaraan yang melintas di daerah itu.

“Ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat disepanjang Jalan Trans Papua, Nabire-Enarotali. Malam itu, kendaraan yang diminta uang sekitar enam unit, dengan nominal mulai dari Rp20 ribu hingga Rp50 ribu/kendaraan,” katanya.

“Diduga, salah satu supir kendaraan itu melapor kepada aparat keamanan di Waghete Kepolisian Sektor Tigi, disana ada Koramil dan Sat Brimob yang bertugas,” lanjutnya.

Lebih lanjut pria berbadan subur itu menyampaikan bahwa Yoseni Agapa, malam itu sekitar pukul 22.00 WIT, kendaraan roda empat mendekati TKP, sementara Yoseni Agapa kearah pintu kiri mobil, Melianus kearah kanan mobil atau dekat pintu supir.

“Saksi mata mengatakan yang keluar dari mobil itu bukan orang setempat, bercirikan seperti aparat keamanan, mereka lalu keluar dari mobil bawa senjata dan melepaskan tembakan kearah Yoseni sebanyak dua kali. Yoseni sempat lari, kemudian ditembak lagi hingga terjatuh,” katanya.

Sementara, Melianus Mote, juga menyelamatkan diri namun lengan tangannya terluka diduga terkena pisau daru supir mobil tersebut, sedangkan delapan rekan lainnya juga saat itu langsung melarikan diri kedalam hutan dan jalan disekitar TKP.

“Pada koran Senin kemarin, diberitakan bahwa ditemukan 37 selongsong peluru, ini membuktikan bahwa ada penembakan di Dogiyai. Berdasarkan kasus diatas, di wilayah Meepago, terindikasi ada keterlibatan oknum aparat keamanan yag bertindak represif dalam menghadapi masyarakat,” katanya.

“Maka itu, kami minta Brimob dan Timsus yang bertugas di wilayah Meepago agar ditarik,” tambah Gobai. [BintangPapua]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah