-->

Korban Penembakan Saksikan Aparat Keamanan Sudah Menjaga Mushola Sebelum Terbakar

KOTA JAYAPURA - Yulianus Lambe, salah satu korban penembakan saat terjadinya kericuhan di Karubaga yang saat ini sedang dirawat di RSUD Dok II Jayapura, menyatakan aksi penembakan membabi buta yang dilakukan aparat terjadi ketika mereka berada di lapangan terbang yang akan menjadi areal pembukaan kegiatan Seminar Nasional Pemuda Gereja Injili di Indonesia (GIDI), karena saat itu, Bupati Usman G. Wanimbo hendak memberikan pengarahan.

Sedangkan warga muslim yang berjarak 10 meter dari lokasi kegiatan melakukan shalat Ied dengan pengeras suara diprotes oleh ratusan pemuda yang masuk dalam tim pengamanan acara seminar tersebut.

“Saat saya berada dalam lapangan, tiba-tiba ada penembakan dan saya dan dua teman saya terkena tembakan. Karena melihat saya dan teman sudah terkena tembakan teman-teman lainnya marah dan pergi membakar kios-kios, dan berikutnya terjadi tembakan lagi dan banyak korban berjatuhan,” ujarnya kepada Bintangpapua.com pada Rabu (22/7).

Dikatakan penembakan kepada para pemuda itu sangat membabi buta, sehingga warga dan peserta yang melihat jatuhnya korban akibat pembakaran kemudian menjadi marah dan membakar kios pemukiman yang berada di dekat penjagaan aparat.

Api yang terbakar itu dengan sengaja dibiarkan oleh aparat, sehingga merembet dan menghanguskan kompleks pasar yang dimiliki baik pendatang dan orang Papua tersebut. Hingga akhirnya api tersebut mencapa mushola yang diberi nama Masjid Baitul Mutaqqin yang saat itu dijaga oleh aparat keamanan.

“Sebelum pembakaran, sudah terjadi penembakan pertama dan saya dan dua teman kena tembak. Mushola tidak dibakar, tetapi terbakar sendiri,” terangnya.

Lanjutnya pemuda yang terkena timah panas di pahan kanan ini, keadaan mushola waktu kejadian berlangsung, sudah dipenuhi aparat TNI dan Polri, mereka telah melakukan pengamanan di sekitar tempat ibadah tersebut, termasuk pengamanan terhadap umat Muslim yang beribadah.

Sehingga masyarakat tidak berani melakukan pembakaran mushola dan tidak ada niat melakukan penyerangan terhadap warga muslim yang sedang Solad Ied.

“Kami awalnya datang untuk sampaikan baik-baik supaya ibadah Sholad Ied di dalam Mushola saja, karena kami juga sedang melakukan kegiatan rohani juga,” katanya.

Dengan melihat persoalan itu, dirinya meminta kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten Tolikara untuk menyelesaikan dengan serius.

Pelaku penembakan harus dihukum seberat-beratnya, karena dirinya dan para korban lainnya bukan binatang, memiliki hak yang sama seperti semua orang yang menginginkan kedamaian dan penyelesaian masalah melalui komunikasi dan dialog. [BintangPapua]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah