-->

Satgas Papua Bangkit Prestasi KONI Papua Bahas Persiapan Menjelang PON XVI Jawa Barat

KOTA JAYAPURA - Keikutsertaan Kontingen Papua pada Pra PON menyisahkan waktu tiga bulan, sedangkan  PON  XVI Jawa Barat lima belas bulan lagi. Sungguh-sungguh berpacu bersama waktu.

Hal itu terungkap dalam Coffee Morning Satgas Papua Bangkit Prestasi KONI Papua Bersama Pemerhati Olahraga  dan Insan Pers di Kantor Sekretariat KONI Papua, Jayapura, Sabtu (30/5).

Acara ini berlangsung hangat dengan dihadiri oleh Sekretaris Umum  KONI  Papua Yusuf  Y Yabdi,  Ketua Satgas PON Papua John Banua Rouw,Kepala Humas KONI Papua Drs. FX Mote, MSi,  Wakil Ketua  Satgas Kenius Kogoya, Ketua PWI Papua Abdul Munif, Pemimpin Redaksi Cendrawasih Pos Jonathan, Pemimpin Redaksi Bintang Papua Daud  Sony, Pemimpin Redaksi Pasifik Pos Angel Sinaga, Pengurus KONI Papua Carol Renwarin, Beny Maniai dan Stien Mebri, tiga orang pemerhati olahraga, Sipora Modouw, Suchoyo dan Usman Fakaubun.

“Memang kita harus akui waktu kita sangat terbatas. Bahkan tak  bisa berjalan normal seperti kontingen dari Provinsi lain,” ujar Banua Rouw.

Karenanya, tutur Banua Rouw, pihaknya  harus punya ide-ide gila, agar  mengejar  bahkan melampaui persiapan kontingen Provinsi lain.

“Kami  setuju  Pra PON cuma pintu masuk untuk lolos ke PON XVI  Jawa Barat. Jadi bukan upaya untuk mendapat medali,”  tandasnya.

Menurut Banua Rouw,  ide gila   yang dimaksud. Pertama,  walaupun Pra PON nanti telah usai, tapi Training Center  (TC) terus dilanjutkan berlanjut hingga PON XVII dan PON XX Tahun  2020 di Papua.

Langkah ini tentu  berbeda, lanjut Banua Rouw,  berbeda dengan  Kontingen dari Provinsi lain setelah Pra PON mereka dirumahkan, sembari  menunggu pencairan anggaran berikutnya. Kemudian kembali  lagi ikut TC berjalan tahun berikutnya. Namun demikian, dikatakan Banua Rouw, ide gila itu juga membuat  pihaknya mesti mengencangkan ikat pinggang  sekaligus  dibarengi  penghematan atau efisiensi biaya.

“Biaya –biaya lain  yang tak perlu kita tinggalkan. Kita setting untuk  membiayai para atlit  yang menghuni   TC,” kata anggota DPRP  ini.

Kedua, pihaknya mengambil langkah lai  yakni datangkan pelatih  atau atau konsultan –konsultan olahraga  untuk membantu Papua. Pasalnya,untuk meraih prestasi  signifikan ketika berkompetisi baik di Pra PON maupun PON XVI seyogyanyakah didukung hal-hal lain  seperti  teknologi  keolahragaan, sains  sport, gizi, kebugaran   dan lain-lain.

“Kita sedang berupaya mendatangkan pelatih dan konsultan olahraga  yang ahli di bidangnya,” lanjutnya.

Ketiga, pihaknya menggunakan sistim peluang untuk membina  atlit  bukan  prioritas. Jika prioritas yang menentukan adalah pengurus Cabang Olahraga (Cabor), sedangkan  peluang adalah melihat pemetaaan secara nasional atau  kekuatan Provinsi lain.

Terkait hal-hal yang  menyangkut non teknis menuju Pra PON XVII September mendatang yang bukan tidak mungkin menjadi hambatan, terang Banua Rouw, pihaknya mengakui  faktor non teknis  tak bisa dilepaskan dari olahraga. Tapi pihaknya berupaya mengatasinya.

Upaya yang paling sederhana, tambah Banua Rouw, adalah pihaknya  terus-menerus menjalin hubungan bersama semua Pengurus Besar  (PB) Cabor  di Jakarta dan  Kontingen Provinsi lain.

Pihaknya selalu datang dari satu cabang olahraga  ke satu cabang olahraga. Bahkan bisa bertemu tiga hingga  empat PB Cabor.

“Saya hanya minta tolong bantu kita memberikan penilaian, karena  kami sudah melakukan pembinaan yang baik. Konsep  kita seperti ini ada yang kurang silakan berikan masukan,”  cetusnya.

Sementara itu,  Yusuf  Yambeyabdi menuturkan, pihaknya kini   masih melakukan rekonsolidasi, inventarisasi  dan menyusun Renstrayakni program-program  di PON XVI  tahun 2016, pembiayaan   untuk  TC  berjenjang dalam   konteks persiapan Pra PON dan PON.

“Tujuan  kita  adalah prestasi, sehingga alokasi biaya mesti maksimal.  Jangan belanja KONI  lebih besar dari Satgas,  karena yang sedang bekerja  untuk prestasi adalah Satgas,” katanya.

Karenanya,  terang  Kepala Dinas Perhubungan Papua  ini,  walaupun pada pertemuan pertama ini  Satgas baru menyampaikan data makro. Tapi data-data yang disampaikan nantinya menjadi bagian dari KONI  untuk melakukan penyusunan anggaran. 

Satgas Belum Efektif

Sedangkan pemerhati Tinju, Benny Maniani mengatakan, Tim Satgas Papua Bangkit yang berjumlah 17 orang itu sudah sesuai SK Ketua Umum KONI Papua. Tapi efektifitasnya tak nampak atau tak ada kepastian yang jelas. Juga tidak ada pembagian tugas yang jelas antara semua anggota Satgas.

“Padahal seharusnya dibagi dengan tugas  yang  merata  sehingga kami  juga merasa   bertanggungjawab  terhadap  tugas  yang diberikannya, baik ketika  berada  di Papua maupun  di luar Papua.     Saya ingin seluruh anggota Satgas harus berperan efektif membantu tugas  yang didelegasikan Ketua KONI Papua, untuk  mendukung persiapan Cabor,” ujar mantan petinju Irian Jaya  di arena sejumlah PON .

Menurut wartawan Senior, Usman Fakaubun, pihaknya menilai  peran Satgas  sangat strategis, untuk membantu memperbaiki peringkat nasional.  Namun  ia juga mengharapkan agar  Satgas  mampu  memberikan kebebasan kepada Cabor  untuk berekpresi dan berupaya merebut  medali sebanyak-banyaknya.

“KONI  hanya menyediakan dana dan  peralatan  langsung  diserahkan kepada Cabor. Hanya saja, atlit dituntut bertanggungjawab dan  tekun berlatih,” tuturnya, seraya mengenang kembali ucapan mantan Wagub Irian Jaya ketika memimpin  Kontingen PON Irian Jaya kala  itu  bahwa akhir dari persiapan dan latihan para atlit adalah mampukah mereka menyumbang medali untuk  negerinya.

Terkait skala prioritas, Usman menjelaskan, KONI sebaiknya  fokus  pada Cabor yang menyediakan banyak medali seperti  dayung dan nomor perorangan untuk perbaikan peringkat  nasional.

Ketua Komisi Teknik Pengprov  Pertina Papua  Carol Renwarin mengatakan, Satgas telah memiliki data base atlit. Tapi ironisnya Satgas tak punya data base pelatih.  Satgas  mengontrak pelatih maupun konsultan olahraga dari luar Papua dengan nilai kontrak mahal, padahal   pelatih maupun konsultan olahraga lokal   di Papua memiliki  kwalitas yang tak jauh beda.

“Mengapa Satgas tak  ingin melibatkan kami terkait  kontrak pelatih maupun konsultas  olahraga,” kata Carol Renwarin.

Menurut  Sipora Madouw, sepanjang sejarah  keikutsertaan atlit Papua di PON dirasakan kurang optimal. Hal ini dikarenakan antara lain,  para pengurus acapkali  mengabaikan tingkat kesejahteraan atlit, seperti asupan gizi. Bila perlu atlit dianjurkan mengkonsumsi Herbal Life, sebagaimana dimakan Lionel Messi dan Christian Ronaldo.

“Kita tak  bisa  memaksa  atlit meraih prestasi maksimal, bila  tingkat kesejahteraannya tak memadai. Sebaliknya kita mengharapkan mereka  berprestasi bila kesejahteraannya sungguh-sungguh dijamin,” kata Sipora.

Sementara  itu, Pemimpin Redaksi  Pasific Pos Angel Sinaga mengutarakan,  pihaknya menyoroti apakah TC diluar Papua memang jauh  lebih baik ini juga terkait dengan beberapa atlit kita masih merupakan pelajar atau mahasiswa.

“Saya rasa kalau  TC di Papua jauh   lebih baik, karena atlit  bisa belajar  dan  berlatih,” katanya.

Kemudian peralatan  olahraga disewa apakah ini karena memang belum  ada  dana atau   belum ada  tender.

“Kalau belum ada dana koq bisa sewa  koq bisa  TC  di luar berarti ada  dana dong.  Kenapa  tak dipercepat tendernya sehingga  tak ada alasan keterbatasan dana,” tandasnya. [BintangPapua]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah