-->

Kabut Asap di Timika Akibat Kebakaran Hutan di Merauke

KOTA JAYAPURA - Kabut asap yang dalam beberapa minggu terakhir ini meliputi Kabupaten Mimika dinilai merupakan imbas dari kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Selatan Papua.

Menurut Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Papua menyatakan kabut asap itu berasal dari Kabupaten Mappi, Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel dan Provinsi Western di Papua Nugini.
 
“Dari data yang kami dapatkan, titik api terbanyak adalah di Merauke,” ujar Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa BMKG Wilayah V Papua, Zem Irianto Padama, SE, SSi kepada Salam Papua, Senin (5/10).

Dikatakan dari data Satelit Sipongi per tanggal 23 September 2015 lalu lebih dari 115 titik api ditemukan di wilayah Merauke, dengan titik terbanyak di Pulau Kimaam atau yang dikenal dengan Pulau Yos Sudarso

“Kabut asap yang ada di Timika, kemungkinan besar berasal dari wilayah selatan. Jadi asap yang berasal dari kebakaran hutan di Merauke dan sekitarnya itu, terbawa oleh angin dari tenggara, menuju ke arah barat laut dan melewati wilayah-wilayah utara Papua, termasuk di Timika dan Wamena,” jelas dia.

Meski demikian, ia katakan dampak kabut tersebut belum mempengaruhi kehidupan masyarakat secara nyata, sebab layanan transportasi public secara umum belum terganggu.

“Namun, kabut asap ini belum berdampak besar di wilayah Mimika, karena titik hujan di wilayah itu masih cukup. Sehingga ketebalan kabut asap masih berada di tingkat wajar saja, penerbangan dan pelayaran dipastikan tidak terlalu terganggu dengan hal ini,” tutur Zem.

Selain kemarau panjang yang sangat ekstrem, dengan kondisi siang hari suhu udara sangat panas dan terik, sebaliknya di malam hari sangat dingin. Ia juga menyatakan bahwa tingginya kebakaran hutan yang disengaja maupun tidak ini terjadi akibat fenomena alam el-nino yang berakibat pada penurunan hujan sehingga curah hujannya lebih rendah dari sewajarnya.

“Ini juga akibat pengaruh dari el-nino di Papua sejak bulan Juni-Juli, khususnya untuk wilayah selatan dan pegunungan tengah, dan wilayah terparahnya di Merauke sebab sifat hujan di wilayah itu dibawah normal, sehingga ketika terkena el-nino ditambah musim kemarau, akibatnya adalah kebakaran hutan yang begitu besar,” jelasnya.

Dikatakan meski tidak berdampak kepada masyarakat Mimika dan Papua secara lokal, kebakaran hutan ini nyatanya berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim. Sebab akibat kebakaran hutan yang terjadi saat ini, sekitar 600 juta ton gas rumah kaca dilepas ke udara sehingga mempengaruhi suhu udara secara global yang semakin panas.

“Kami harapkan adanya kewaspadaan dan kepedulian dari masyarakat sebagai pihak yang secara langsung merasakan hal ini agar dapat mewaspadai adanya kemungkinan kebakaran hutan, baik dari perusahaan ataupun dari masyarakat. Salah satunya dengan cara mempersiapkan peralatan pemadam kebakaran, dan eksternal perusahaan, seperti sosialisasi akan dampak kebakaran hutan dan membentuk masyarakat peduli api untuk masyarakat sekitar,” tutup dia.[SalamPapua]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah