-->

Penghentian Pembangunan Masjid Raya di Andai Diapresiasi PGGP Papua Barat

MANOKWARI - Ketua Persekutuan Gereja-gereja Papua (PGGP) di Provinsi Papua Barat, Pendeta Shirley Fransisca mengucapkan terima kasih kepada Tuhan dan kepada masyarakat Manokwari, Kabupaten Manokwari dan Tanah Papua pada umumnya yang hingga saat ini masih menjaga toleransi pasca unjuk rasa yang mendesak dihentikannya masjid raya al Amin tak berijin yang selama ini menjadi kekhawatiran masyarakat di daerah itu.

"Terimakasih Tuhan, untuk setiap jawaban doa yang kami alami berkenaan dengan kondisi Manokwari pasca aksi Manokwari Berkabung dan penyampaian Surat Pembatalan Mesjid di Lokasi Tanah Zending Anday oleh Bupati Manokwari," ujarnya melalui laman Facebooknya pada Kamis (5/11).

Pendeta dari Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua ini juga menyatakan bahwa upaya provokasi dari pihak-pihak yang ingin mengacaukan Manokwari tidak dapat terjadi karena pada dasarnya, tuntutan yang diajukan masyarakat merupakan bentuk keprihatinan yang selama ini dirasakan semua pihak, dan sayangnya dipelintir untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu melalui pemberitaan yang bias dan jauh dari kenyataan.

"Semua berita-berita palsu yang ramai diisukan melalui media-media sosial akan segera lenyap dan menjadi berita basi, karena KEBENARAN mungkin bisa dikubur tapi tidak akan pernah MATI," ujar dia.

Sembari memberikan klarifikasi atas kebohongan -kebohongan yang didengungkan oleh kelompok-kelompok tertentu diluar Papua yang dilakukan dengan tujuan membangkitkan sentimen SARA yang mencoba memperburuk wajah di Papua yang kini menjadi Tanah Damai.

"Pertama, Pernyataan bahwa umat Kristen tidak mengijinkan satupun mesjid berdiri adalah BOHONG karena ada 100 lebih mesjid di Manokwari. Kedua, bahwa orang Kristen menyerang mesjid atau membakar mesjid adalah BOHONG karena fakta membuktikan selama puluhan tahun begitu banyak umat muslim di Manokwari tdk pernah diganggu bahkan mereka diberkati dengan kekayaan dan usaha yg berhasil di tanah Papua," ujar dia.

Ia meminta agar pihak-pihak yang belum tahu benar tentang kondisi Papua agar berhenti berbicara tentang toleransi di Papua. Sembari mengajak seluruh masyarakat se-Nusantara agar tidak dibodoh begitu saja dengan kebohongan yang sedang disebar oleh orang-orang radikal yang memaknai agama mereka dengan salah.

"Saya bersaksi bahwa Tidak pernah ada konflik agama di Manokwari...semua hidup damai... Hanya karena ambisi pribadi dan keangkuhanlah orang tertentu yang menabrak kearifan lokal dan tidak menghargai apa yang menjadi identitas di Tanah Papua...sehingga persoalan ini terjadi," ujar dia.

Pendeta Sherly juga membeberkan bahwa, umat Kristen dan muslim di Manokwari sama-sama menyadari peran penting Kesultana Tidore yang mengantar kedua Rasul Papua, Ottow dan Geissler ke Pulau Mansinam.

"Hari ini saya [juga] bersyukur karena Kasih Tuhan telah melawat hati para pemimpin muslim di Manokwari sehingga mereka lebih memilih KEDAMAIAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI MANOKWARI dibanding dengan mempertahankan ego yang dipaksakan. MEREKA TETAP MENJAGA KEBERSAMAAN ISLAM KRISTEN DI MANOKWARI sebagai PUSAT PERADABAN PAPUA," ungkap dia dengan menandaskan, "Doa orang benar besar kuasanya. Mari terus berdoa dan memberkati semua sdr muslim di Papua. Mari HIDUP DALAM DAMAI." [Papuanesia]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah