-->

Phil Karel Erari Sayangkan Pernyataan Diskriminatif Wagub Aceh, Muzakir Manaf

KOTA JAYAPURA - Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Persatuan Gereja-gereja Indonesia, Pendeta Phil Karel Erari menyayangkan pernyataan sikap diskriminatif yang diungkapkan Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf dengan menyatakan pembakaran gereja di Aceh adalah kewajiban yang diwajarkan oleh negara.

"Kami dari Papua, sangat teriris hati nurani dan, dengan ini menggugat Pemerintah Aceh yang membiarkan bahkan terlibat dalam Pembakaran Gereja2 sebagai tempat beribadah ummat Kristen, yang adalah sesama warga negara Republik Indonesia," ungkap dia melalui laman facebooknya pada Minggu (25/10).

Ia ungkapkan, pernyataan pejabat nomor dua di Provinsi Aceh ini dinilai sangat memalukan dan merusak toleransi beragama yang selama ini dijunjung masyarakat Papua. Sembari mempertanyakan posisi pemprov terkait kebebasan beragama di wilayah tersebut.

"Dalam Aceh Pos, anda menyatakan bahwa pembakaran gereja-gereja di Singkil wajar-wajar saja, karena tak berijin dan haram, sehingga wajar untuk dibongkar dan dibakar. Pertanyaan kami dari Papua ialah, apakah ada ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah bagi pemeluk Nasrani di Aceh untuk mendirikan bangunan beribadah?," tanya dia.

Ia menyatakan tidak satupun masjid di Papua yang dibakar karena tidak memiliki ijin, sedangkan peristiwa terbakarnya  mushola di Tolikara merupakan rembetan api dari belasan rumah-rumah yang dibiarkan terbakar. Sembari menegaskan bahwa seharusnya Aceh yang memiliki kesamaan dengan Papua yakni UU Otonomi Khusus haruslah menjunjung tinggi hal itu.

"Bilamana pertanyaan dari Papua ini diinformasikan kepada Bapak Wagub, ijinkanlah para pemuda Kristen dan Muslim Papua, diperkenankan datang ke Aceh Singkil untuk membangun kembali Gereja gereja yang dibakar, demi negara Pancasila. Dengan ini pula, kami mengundang Pemerintah Kabupatan Singkil untuk melakukan studi banding ke Papua, menyaksikan kerukunan hidup beragama di negeri kami," pinta dia.

Ia juga mengharapkan agar Muzakir dapat menyadari kesalahan yang dilakukannya sehingga toleransi yang selama ini dijunjung tidak dianggap sebagai topeng untuk memuluskan kepentingan kelompok agama tertentu saja.

"Bapak Wagub Muzakir yang saya hormati, Cukup sudah negeri ini ditutup dan dikepung asap karena hutan hutan yang dibakar, jangan lagi ditambah asap dari Gereja gereja yang dibakar di Aceh. Tuhan sedang sedih melihat Hutan dan Gereja milikNya sedang dibakar manusia," pinta dia.

Sebelumnya Muzakir Manaf pada Jumat (23/10) lalu menyatakan bahwa kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Aceh Singkil pada Selasa (13/10) yang mengakibatkan satu orang meninggal dunia dan empat lainnya luka dianggap wajar-wajar saja.

“Saya rasa wajar-wajar saja, mereka (rumah ibadah umat Kristiani-red) tidak punya izin, aliran sesat aja kita bongkar,” kata Mualem kepada wartawan di Hermes Hotel.

Menurut Mualem, gereja yang diijinkan untuk dibakar oleh mereka adalah mereka yang tidak mempunyai izin yang sempurna.

“Kebanyakan haram, ya patutlah,” terang dia singkat.

Untuk diketahui pasca kerusuhan antarwarga itu, sudah sembilan unit bangunan gereja yang tidak memiliki izin dibongkar oleh Satpol PP Kabupaten Aceh Singkil, sejak tanggal 19 Oktober 2015. Pembongkaran ini dilakukan atas kesekapatan bersama Muspida Aceh Singkil pada 12 Oktober 2015. [Papuanesia/AcehTerkini]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah