-->

Puluhan Warga Dipulangkan dari Areal Pengolahan Konsentrat PTFI

TIMIKA (MIMIKA) - Satuan Tugas Pengamanan PT. Freeport Indonesia dan Polsek Tembagapura, Kabupaten Mimika memulangkan puluhan warga non-karyawan yang tertangkap tangan hendak mencuri konsentrat di pabrik pengolahan Mil 74, areal perusahaan tersebut pada Rabu (28/10).

Wakapolres Mimika, Komisaris Besar Polisi Wirasto Adi Nugroho , mengatakan puluhan warga itu dipulangkan ke rumah mereka masing-masing di Timika setelah sebelumnya membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya.

Mereka diamankan petugas saat hendak membobol tempat penyimpanan konsentrat di pabrik pengolahan Mil 74.

"Mereka sudah berniat untuk mencuri material pasir sebanyak empat karung di lokasi itu. Tapi belum sempat diangkat, petugas patroli datang mengamankan mereka," kata Wirasto pada Sabtu (30/10).

Menurut dia, puluhan warga nonkaryawan itu sehari-hari bekerja sebagai pendulang tradisional di Kali Kabur. Warga yang ditangkap saat itu berjumlah sekitar 46 orang.

Mereka sempat dibawa untuk diinterogasi di Kantor Polsek Tembagapura. Setelah diberi pembinaan, pada Kamis (29/10), mereka selanjutnya diturunkan ke Timika menggunkan bus dengan pengawalan aparat.

Kapolres Mimika AKBP Yustanto Mudjiharso beberapa waktu lalu mengakui bahwa lokasi Kali Kabur yang membentang dari Tembagapura di dataran tinggi hingga di wilayah dataran rendah Mimika menjadi `magnet` bagi ribuan pendulang tradisional, tidak saja warga asli Papua tapi juga warga nonPapua.

Hingga kini, katanya, sebanyak 5.000-an orang pendulang tradisional memadati bantaran Kali Kabur mulai dari Kampung Banti hingga Camp David sekitar Mil 73, Distrik Tembagapura untuk mengais butiran emas yang terbawa arus air.

Jumlah itu belum termasuk ribuan pendulang tradisional lainnya yang beroperasi di wilayah dataran rendah Mimika mulai dari Mil 28 hingga Mil 50.

"Saat ini jumlahnya lebih dari 5.000-an orang tersebar dari Banti hingga Camp David Tembagapura. Itu belum termasuk yang di bawah-bawah. Kalau ditotal, jumlahnya sangat banyak," kata Yustanto.

Menurut dia, aparat keamanan berada dalam kondisi serba dilematis untuk mengatasi membludaknya pendulang tradisional yang datang dari berbagai wilayah di pedalaman Papua itu seperti dari Kabupaten Puncak, Puncak Jaya dan lainnya.

Persoalan itu, katanya, seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten di Papua.

"Masalah ini dulu pernah dibahas bersama antara Kapolda, Pangdam bersama Wakil Gubernur Papua, tapi tidak ada solusi," ujarnya.

Ia mengatakan, sepanjang bantaran Kali Kabur, yang merupakan jalur pembuangan pasir sisa tambang (sirsat) dari pabrik pengolahan biji tembaga dan emas di Mil 74 ke wilayah dataran rendah Mimika, seharusnya steril dari aktivitas pendulangan tradisional.

Yustanto menyebut ada beberapa alasan sehingga lokasi itu harus steril dari aktivitas pendulangan tradisional.

"Di sana ada bahaya banjir dan tanah longsor setiap saat yang selama ini sering memakan korban," tuturnya.

Selain itu, semakin banyak warga nonkaryawan PT Freeport beraktivitas di wilayah itu maka hal itu juga memicu kerawanan terhadap kelangsungan operasional PT Freeport.[Antara]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah