-->

Ini Penjelasan Ayah Bocah Korban Pemerkosaan atas Heboh Foto di Facebook

JAKARTA - Markus Bentteng, 39 tahun, mengatakan bahwa dirinya yang menangkap pelaku pemerkosaan terhadap anaknya di kawasan mile 21 Timika, Kabupaten Mimika pada Rabu, 10 Februari 2016.  Pelaku ditangkap saat bersembunyi di rawa-rawa di dalam hutan dalam keadaan  telanjang. "

Saya sendiri yang tangkap pelaku dalam keadaan telanjang bulat," kata Markus melalui telepon seluler kepada Tempo, Sabtu, 13 Februari 2016 siang.

Sebelumnya, di media sosial beredar foto-foto seorang pria Papua tanpa busana dengan diikat tali, dua batang kayu menopang dadanya, dan dari arah belakang seorang pria berpakaian polisi menendangnya. Darah tampak di wajah korban.

Foto-foto itu menuai banyak komentar di media sosial karena perlakuan yang dialami pria itu dianggap tidak manusiawi. Tudingan diarahkan ke aparat polisi yang di foto itu tampak menendang pria itu dan seorang lainnya memegang tali yang mengikat tubuh telanjangnya.

"Bukan polisi yang bikin telanjang. Saya ketika tiba di tempat kejadian, dia sudah seperti itu," ujar Markus.

Menurut Markus, peristiwa tersebut  berawal ketika anak keduanya yang duduk di kelas IV SD di satu sekolah di Timika tidak kunjung pulang ke rumah pada hari  Rabu, 10 Februari 2016. Markus khawatir atas keselamatan anak perempuannya itu lalu mencari sendiri anaknya sejak pukul 12 siang hingga ia menemukan jejak anaknya dibawa pelaku ke arah mile 21. Kawasan ini dulunya area pertambangan PT Freeport namun sudah tidak digunakan dan berubah jadi hutan dan semak-semak.

Markus tiba di kawasan mile 21 itu sekitar pukul satu siang  untuk mengejar pelaku yang membawa anaknya masuk ke  dalam hutan. Dua pria yang sedang bekerja memasang kabel mengikuti Markus memasuki hutan mencari pelaku.

Sempat terjadi percakapan antara Markus dan dua pekerja  saat pengejaran pelaku di dalam hutan. "Bapak sudah dimana," kata Markus mengutip pertanyaan dua pekerja itu saat kehilangan jejak Markus di dalam hutan. "Saya sudah di sini, saya sudah kehilangan jejak pelaku. Cepat bantu saya cari," ujar  Markus kepada dua pria itu.

Tepat saat itu, Markus melihat pelaku tanpa busana bersembunyi di rawa-rawa di dalam hutan. Ia kemudian berhasil menangkap pelaku. Dengan tali yang dibawa dua pekerja itu, Markus mengikat ke arah belakang dua tangan pelaku dan membawanya keluar hutan. "Anak saya diperkosa di dalam hutan," kata Markus. Sebelum diperkosa, pelaku menyumbat mulut anaknya, memukulinya hingga satu giginya patah.

Markus kemudian membawa pelaku keluar hutan ke arah jalan. Warga ternyata sudah ramai menunggu di sana. Mereka marah  menyaksikan pelaku. Seorang warga ternyata telah menelepon polisi. Saat itu, Markus mengaku sudah tidak sadarkan diri karena emosi atas musibah yang menimpa anak perempuannya. Sehingga ia mengaku tidak tahu lagi yang terjadi selanjutnya termasuk keberadaan dua  batang kayu yang menopang tubuh bagian depan pelaku.

Pelaku kemudian dibawa polisi ke Polsek Mimika Baru yang berjarak sekitar lima kilometer dari tempat terjadinya pemerkosaan. Di Polsek, Markus baru mengetahui identitas pelaku. "Namanya Yusuph Aleksander Waita," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Polisi Daerah Papua, Paulus Waterpau menjelaskan, pelaku pemerkosa berusia 24 tahun itu ditahan di rumah tahanan Polsek Mimika Baru. Pelaku berasal dari Kaimana dan sehari-hari bekerja sebagai pengojek. Saat itu, Yusuph mengincar anak Markus usai pulang sekolah. "Pelaku memberitahu si anak bahwa dia diminta menjemput anak itu. Namanya anak kecil, dia ikut saja," kata Paulus kepada Tempo, Jumat, 12 Februari 2016 malam.

Melalui telepon selulernya, kata Paulus, anak itu sempat menelepon orang tuanya tentang keberadaan dirinya bersama pria itu. Sehingga orang tuanya terbantu menelusuri jejak pelaku yang membawa lari anaknya. Markus menemukan anaknya ke kawasan mile 21, daerah semak-semak dan di sebelah kawasan itu terdapat perkampungan Kwamki Lama.

Pelaku ditangkap di mile 21 dalam keadaan tanpa busana. "Bukan polisi yang menelanjangi pelaku," kata Paulus menanggapi komentar amarah para netizen di media sosial atas foto-foto seorang pria Papua tanpa busana diikat tali dan  tubuhnya ditopang dua batang kayu. Tali itu pun, ujarnya, milik anggota masyarakat yang digunakan saat menangkap pelaku.

Mengenai tendangan kaki polisi yang tampak di foto, Paulus menjelaskan, saat itu pelaku dalam keadaan mabuk menolak dibawa polisi ke dalam mobil patroli dan berusaha lari. Sehingga aparat polisi menahannya untuk tetap maju dan naik ke mobil.

Meski menerima laporan seperti itu, Paulus mengaku telah mengirim kepala bidang profesi dan pengamanan untuk memeriksa  kinerja anak buahnya di Timika. Paulus mendapat informasi foto itu diunggah anak buahnya ke Facebook.  "Penayangan foto ini memang kekeliruan anggota. Yang upload anggota kita sendiri. makanya saya periksa sekarang," ujarnya.

Paulus  memahami amarah masyarakat meski begitu dia meminta masyarakat agar melihat dengan jernih bahwa pelaku adalah pemerkosa anak-anak. "Ibu-ibu yang marah bilang anjing polisi, binatang polisi, terakhir saya komentari: ibu-ibu yang punya anak 10 tahun bisa memberikan toleransi kepada pemerkosa. Di Iran, pemerkosa digantung di pinggir jalan," ujar Paulus. (Tempo)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah