-->

Silas Parepare, Frans Kaisiepo, Marthen Indey dan Johanes Abraham Dimara Disarankan Jadi Ikon Uang

MANOKWARI -  Bank Indonesia (BI) perwakilan Papua Barat, akan mengusulkan gambar pahlawan nasional asal Papua sebagai ikon mata uang rupiah.

Kepala Kantor BI Perwakilan Papua Barat Henry Tanor di Manokwari, Jumat mengatakan, usulan akan segera disampaikan ke kantor BI pusat.

Dia menyebutkan, pada akhir 2014 lalu, uang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah diluncurkan. Dalam waktu dekat seluruh mata uang rupiah akan diganti dengan uang NKRI.

"Pada cetakan berikutnya akan mengambil seri pahlawan. Kami berupaya agar pahlawan dari Papua masuk sebagai ikon mata uang NKRI tersebut," kata dia.

Dia mengakui, proses pengusulan ini tidak gampang, karena membutuhkan waktu dan proses yang panjang baik melalui Kementerian Sosial maupun persetujuan DPR.

Henri menjelaskan, sebagaimana para pahlawan yang lain, pahlawan asal Papua patut dikenang. Sebuah kebanggaan bagi Papua jika pahlawan di daerah tersebut masuk dalam ikon mata uang rupiah.

Selain pahlawan, dia juga berharap, seluruh ornamen-ornamen Papua yang lain seperti burung Cendrawasih, dan rumah adat terakomodir dalam ikon mata uang.

Terkait rencana pengusulan tersebut, dari sekian banyak pahlawan Papua pihaknya baru bisa mengusulkan satu nama. Ia berharap pahlawan yang lain dapat terakomodir pada pencetakan uang berikutnya.

Di Papua memiliki sejumlah pahlawan nasional antara lain, Silas Parepare, Frans Kaisiepo, Marthen Indey, Johanes Abraham Dimara.

Silas Parepare dilahirkan pada tanggal 18 Desember 1918 di Serui, Irian Jaya (nama Papua saat itu). Ia diangkat sebagai pahlawan nasional berkat peranya mempengaruhi masyarakat agar bersatu merebut kembali tanah Papua dari tangan penjajah dan telah bergabung dalam Batalyon Papua pada bulan Desember 1945 untuk melancarkan pemberontakan terhadap Belanda yang menjajah tanah Papua.

Pada bulan Nopember 1946, ia membentuk Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII), kemudian pada bulan Oktober 1949, ia juga membentuk Badan Perjuangan Irian (BPI) dengan tujuan untuk membantu pemerintah Indonesia membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda sekaligus menyatukannya dengan NKRI.

Pada tanggal 15 Agustus 1962 Silas Papare terlibat sebagai anggota delegasi RI dalam penandatanganan Persetujuan New York antara Indonesia dan Belanda, kemudian pada tanggal 1 Mei 1963, Irian Barat pun resmi menjadi wilayah Republik Indonesia. Tak lama kemudian silas meninggal dunia di tanah kelahirannya di Serui pada tanggal 7 Maret 1978.

Frans Kaisiepo diangkat sebagai Pahlawan Nasional karena telah berjuang sejak masa-masa kemerdekaan RI dengan semangat kemerdekaan, ia sangat teguh menyatakan gagasannya bahwa Papua merupakan bagian dari Nusantara, menjadikan dirinya dipinggirkan oleh pemerintah Belanda.

Ia merupakan putra daerah yang dilahirkan di daerah Wardo, Biak pada tanggal 10 Oktober 1921, ia mengikuti kursus Pamong Praja di Jayapura, salah satu gurunya bernama Soegoro Atmoprasodjo, mantan guru di Taman Siswa Yogyakarta.

Frans telah membentuk berdirinya Partai Indonesia Merdeka (PIM) di Biak. Frans juga terlibat sebagai anggota delegasi Papua (Nederlands Nieuw Guinea), pada saat itu ia membahas tentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) dalam Republik Indonesia Serikat (RIS), dimana pada saat itu Belanda memasukkan Papua dalam NIT.

Marthen Indey dilahirkan di Doromena, Jayapura pada tanggal 16 Maret 1912. Sebelumnya, ia merupakan polisi Belanda yang kemudian berbalik mendukung Indonesia setelah bertemu dengan beberapa tahanan politik yang diasingkan di Digul, salah satunya adalah Sugoro Atmoprasojo.

Pada tahun 1946, Marthen bergabung dengan sebuah organisasi politik bernama Komite Indonesia Merdeka (KIM) yang kemudian dikenal dengan sebutan Partai Indonesia Merdeka (PIM).

Pada tahun 1962 Marthen bergerilya untuk menyelamatkan anggota RPKAD yang didaratkan di Papua selama masa Tri Komando Rakyat (Trikora). Di tahun yang sama, Marthen menyampaikan Piagam Kota Baru yang berisi mengenai keinginan kuat penduduk Papua untuk tetap setia pada wilayah kesatuan Indonesia.

Sementara Johanes Abraham Dimara lahir di desa Korem Biak Utara pada tanggal 16 April 1916. Ia adalah putra dari Kepala Kampung Wiliam Dimara. Dimara membantu perjuangan RI. Ia sempat ditangkap dan dipenjara bersama para pejuang Indonesia lainnya.

Dimara adalah salah seorang pejuang yang ikut dalam pembebasan Irian Barat. Dia adalah anggota Organisasi Pembebasan Irian Barat.Pada tanggal 20 Oktober 2000 di Jakarta, Johanes Dimara tutup usia.  (kontan)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah