-->

Wilayah La Pago

Wilayah La Pago

Wilayah adat La Pago adalah salah satu wilayah pengembangan dari lima wilayah pengembangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Papua. Wilayah adat La Pago terdiri dari kabupaten-kabupaten yang ada di wilayah pegunungan tengah sisi timur, yaitu Kabupaten Jayawijaya, Pegunungan Bintang, Lanny Jaya, Tolikara, Nduga, Puncak Jaya, Yalimo, Yahukimo, Membramo Tengah dan Kabupaten Puncak. Secara umum kabupaten yang ada di wilayah La Pago adalah kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten induk yaitu Kabupaten Jayawijaya. Wilayah La Pago membawahi kurang lebih 19 Suku seperti Dani, Dem, Ndugwa, Ngalik, Ngalum, Nimbora, Pesekhem, Pyu, Una, Uria, Himanggona, Karfasia, Korapan, Kupel, Timorini,Wanam, Biksi, Momuna, Murop, Sela Sarmi. Sebagai kabupaten yang berasal dari induk yang sama, maka secara umum kabupaten yang ada di wilayah La Pago ini mempunyai topologi yang sama. Pegunungan Tengah (Central Ranges) Papua merupakan jalur pegunungan lipatan dan sesar paling tinggi di Indonesia dengan gunung-gunungnya menjadi puncak-puncak tertinggi di Indonesia, yaitu: Puncak Jaya 5030 mdpl, Puncak Trikora 4730 mdpl, Puncak Yamin 4595 mdpl, dan Puncak Mandala 4700 mdpl. Puncak Jaya (Carstensz Pyramid) adalah puncak tertinggi di Indonesia, yang bersalju abadi karena ketinggiannya di atas tropical snowline 5000 mdpl. Sebagian besar area Pegunungan Tengah ini disusun oleh batu gamping Paleogen dan Neogen Kais/Upper Yawee/ Darai serta ofiolit dan mélange hasil benturan. Keberadaan batu gamping membuat pemandangan yang spektakular di seluruh jalur pegunungan ini akibat efek karstifikasi.

Dari pegunungan mengalir sungai-sungai besar yang menembus hutan belantara, sebelum bermuara ke Samudera Pasifik dan ke Laut Arafuru. Sungai terbesarnya adalah Sungai Membramo yang memiliki anak sungai Taiku dan Taritatu. Sungai-sungai ini memiliki air yang merupakan campuran antara air tanah dan air hasil pencairan es (gelster). Diantara pegunungan di utara dan pegunungan di selatan terdapat lembah yang sangat luas, yang biasa disebut Lembah Baliem.

Di daerah wilayah ini masih banyak orang yang mengenakan “koteka” (penutup penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian “wah” berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang ber atapkan jerami/ilalang). Upacara-upacara besar keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya). Walaupun mereka menerima Agama Kristen, banyak diantara upacara-upacara mereka masih bercorak budaya lama rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek monyang mereka.

Suku Dani percaya terhadap peperangan dan permusuhan biasanya melintasi daerah perbatasan, wanita, pencurian babi dan masalah kecil lainnya. Para manga dan bunga-bungaan, mempersenjatai diri sendiri dengan tombak, busur dan anak panah. Di dalam masyarakat suku Dani jika salah seorang menjadi manusia buangan karena melanggar tabu, biasanya dihina/diejek oleh warga yang lain pada pertemuan adat, ia harus membayar denda. Sambil mereka bekerja di ladang atau pergi berburu mereka bernyanyi ekspresi heroik atau kisah yang menyedihkan. Alunan suara dari lagu itu mendorong mereka dalam bekerja, alat-alat music yang mengiringi lagu disebut “pikon”. Sepanjang perjalanan berburu “pikon” diselipkan ke dalam lubang besar di kuping telinga mereka. Dengan pikon tanda isyarat dapat dikirim dengan berbagai suara yang berbeda selama berburu untuk memberi isyarat kepada teman atau lawan di dalam hutan. Berbeda warga memiliki suara pikon, hanya dapat dikenal di dalam suku mereka sendiri.

Suku lainnya yang hidup di dalam wilayah La Pago adalah suku Nayak. Suku Nayak menempati wilayah di Lembah Baliem sekitar Kota Wamena ke arah Gunung Trikora. Sebagain besar mata pencaharian mereka adalah sebagai petani ubi dan keladi. Makanan pokok merak adalah ubi, sayur dan babi, yang dimasak dengan cara ditimbun dengan batu panas.

Suku Nayak tinggal dalam kelompok-kelompok yang masih memiliki hubungan kekerabatan dalam sebuah usilimo atau sili. Kelompok sili yang terbentuk karena hubungan darah atau yang terbentuk atas dasar persatauan territorial dan politik membentuk kampung. Kampung dipimpin oleh seorang Kepala Suku yang dimpimpin oleh seorang Panglima Perang. Pentingnya kedudukan Panglima Perang dalam struktur kehidupan masyarakat Nayak menunjukkan tingginya tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap berbagai gangguan atas ketentrama yang mereka bina dalam lingkungannya.

Suku lainnya adalah Suku Nduga yang menempati pegunungan tengah bagian selatan. Suku Nduga percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari Seinma, yaitu suatau kampung di Kurima. Masyarakat Nduga dibedakan atas masyarakat yag berdiam di daereah panas seperti di Mapenduma, daereah pertengahan seprti Mbua, dan masyarakat di daereah dingin seperti di Yigi. Masyarakat Nduga mempunyai perkebunan tersendiri, daerah perburuan dan lahan pandan sendiri, Terdapat juga Suku Yali di wilayah La Pago ini. Kepercayaan tradisional Suku Yali adalah penyembah ular, persembahannya dengan memotong wam (babi) dan darahnya di letakkan di daun keladi. Dagingnya di masak lalu di bawah ke ular.

Sebagai kawasan yang berada di daerah pengunungan, maka wilayah La Pago ini mempunyai beberapa komoditas unggulan yang didorong pengembangannya oleh Pemerintah Provinsi seperti Kopi, Ubi Jalar, Buah Merah, Bawang, Gaharu, Karet, Nenas, Jeruk dan sayuran dataran tinggi. Selain untuk memenuhi kebutuhan di wilayah La Pago, komoditas-komoditas ini diharapkan juga dapat memenuhi kebutuhan di wilayah pengembangan lainnya seperti Mamta, dan wilayah pengembangan lainnya. Kondisi alam diketinggian yang sangat cocok dengan pengembangan kopi, seluruh Kabupaten yang masuk dalam wilayah pengembangan ini menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan. Kopi dari wilayah pegunungan tengah sangat terkenal hingga ke luar negeri..

Pemerintah Provinsi Papua memberikan dukungan Pengembangan Komoditas Unggulan Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE) La Pago seperti Industri Pengolahan Kopi, Pengembangan Buah Merah dan produk turunannya. Pengembangan Pangan (ketela/ubi), energi. Pengembangan ternak makanan olahan berbahan baku daging. Untuk sektor Pariwisata, kawasan La Pago menawarkan wisata alam seperti pemandangan berbagai tipe ekosistem, keanekaragaman hayati flora/fauna. Wisata budaya seperti arsitektur rumah tinggal/ kampong dengan aksesorisnya, tarian khas suku, upacara adat, etnobotani (kearifan budaya lokal dalam memanfaatkan tanaman).

Salah satu unggulan sektor Pariwisata dari wilayah adat ini adalah Festival Lembah Baliem dan Jayawijaya Peaks yang dilaksanakan setiap tahun dan sudah masuk ke dalam agenda kalender wisata tahunan. Jika dipilah berdasarkan kawasan pembangunan, kawasan dengan tingkat kemiskinan tertinggi terdapat pada kawasan pembangunan La Pago ini. Rata-rata tingkat kemiskinan di Kawasan La Pago mencapai 40,93%.