-->

Badrodin Haiti Nilai ada Aktor Intelektual pada Kericuhan di Karubaga

KARUBAGA (TOLIKARA) - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyebut kemungkinan adanya aktor intelektual di belakang kericuhan di Karubaga, Kabupaten Tolikara, saat pelaksanaan salat Idul Fitri pada Jumat pagi (17/7).

Menurut Kapolri, insiden di Tolikara adalah kasus pelanggaran hukum dan Indonesia adalah negara hukum. Karena itu, penyerangan ataupun penembakan akan diselesaikan secara hukum.

Penegasan tersebut disampaikan Kapolri setelah mendapat laporan perkembangan terbaru dan melihat langsung kondisi tempat meletusnya insiden di Karubaga, ibu kota Kabupaten Tolikara, Minggu (10/7).

Kedatangan Kapolri disambut langsung oleh Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo dan Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Pendeta (Pdt) Dorman Wandikbo, Kapolres, Dandim, dan unsur muspida lainnya.

Cenderawasih Pos melaporkan, turun dari pesawat twin otter milik Trigana, Kapolri langsung meninjau lokasi insiden pembakaran. Kapolri juga menyempatkan diri melihat kondisi para warga yang mengungsi di Koramil Karubaga dan melakukan pertemuan dengan unsur muspida dan tokoh masyarakat di Tolikara.

Berdasar hasil kunjungan sekitar tiga jam tersebut, Badrodin menyimpulkan, situasi di Tolikara sudah kondusif. Hal yang perlu jadi perhatian sekarang adalah masalah pengungsi yang masih ditampung di tenda-tenda darurat di Koramil Karubaga.

Menurut Badrodin, sejauh ini kepolisian belum menetapkan tersangka terhadap pelaku yang melakukan penyerangan dan pelemparan. Tapi, sebagai penegak hukum, dia berjanji memproses pelanggaran hukum yang terjadi di Karubaga, baik pelaku pembakaran maupun penembakan.

Seperti diketahui bersama kericuhan di Karubaga sendiri terjadi akibat kesalahpahaman antara umat muslim yang akan melaksanakan Salat Idul Fitri 1436 dilapangan Makoramil Karubaga dengan pemuda Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang sedang mengadakan seminar dan KKR selama seminggu.

Para pemuda menuntut agar kebijakan bersama umat beragama ditempat itu untuk tidak beribadah dengan menggunakan toa dapat dilaksanakan. Namun, penolakan untuk menaati kesepakatan oleh pihak muslim itu berujung pada hadangan aparat keamanan sehingga 9 orang pemuda GIDI tertembak. 1 diantaranya meninggal dunia.

Kecewa dengan sikap aparat yang represif, warga kemudian membakar puluhan kios dan perumahan milik warga pendatang baik Islam maupun Kristen di wilayah pasar Karubaga, api yang tidak dipadamkan oleh aparat itu meluber hingga ke mushola tak berijin yang dibangun para pedagang
[CenderawasihPos]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah