-->

Inginkan Perpanjangan Kontrak, Freeport Indonesia akan Tambah Tambang Bawah Tanah

TEMBAGAPURA (MIMIKA) -  Keinginan PT Freeport Indonesia (PTFI) mempercepat perpanjangan kontrak dilakukan dengan membangun tambang bawah tanah (underground mine). Beberapa tambang bawah tanah telah dilakukan sejak 2000 ada yang telah berhenti berproduksi secara penuh pada 2014 silam.

Untuk mensiasati agar perpanjangan kontrak dapat diselesaikan dengan cepat, Freeport kembali membangun tiga tambang bawah tanah yang telah dimulai saat ini. Ketiga tambang tersebut, yakni Grasberg Block Cave, Deep Mill Level Zone, dan Kucing Liar.

EVP & General Manager Operational PTFI Nurhadi Sabirin mengatakan total investasi untuk membangun keseluruhan tambang bawah tanah mencapai USD16 miliar atau sekitar Rp200 triliun. Hingga saat ini, PTFI telah melakukan investasi sebesar USD3 miliar atau sekitar Rp37 triliun untuk praproduksi ketiga tambang tersebut.

"Nilai investasi per tahun hingga 2021 sebesar USD1,2 miliar," ucap Nurhadi di Tembagapura, Papua, seperti dikutip Minggu (15/2/2015).

Dia menuturkan, kepastian perpanjangan kontrak yang belum ada membuat kepastian usaha Freeport mengalami sedikit kesulitan. "Investasi 60 persen sudah dilakukan sebelum tambang itu beroperasi, tetapi kita belum bisa beroperasi," ungkapnya.

Nurhadi menambahkan, total produksi bijih besi (ore) per hari dari seluruh tambang Freeport mencapai 220 ribu - 240 ribu per hari. Namun, hanya sekitar 7 persen yang dapat menghasilkan konsentrat mineral berharga, yakni tembaga, emas, dan perak.

"Sisanya menjadi pasir tailing yang bisa dijadikan semen," ucapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, 40 persen dari produksi konsentrat diolah oleh PT Smelting Gresik dan 60 persen sisanya diekspor ke beberapa negara Asia. "Tidak ada sama sekali produksi kita yang diekspor ke Amerika Serikat ataupun Amerika Utara," ucapnya.

Selama 2014, Freeport tidak mampu mencapai target produksi konsentrat. Total produksi hanya mencapai 1,6 juta ton, meleset dari target yang sebesar 2,2 juta ton. Alasannya, ada pelarangan ekspor selama enam bulan pada awal tahun membuat produksi konsentrat Freeport berkurang hingga 40 persen. [MetroTV]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah