-->

Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan Papua Semakin Meningkat

KOTA JAYAPURA - Kekerasan terhadap perempuan dan anak yang ada di Papua setiap tahunnya meningkat tajam sejak tahun 2010-2014.

Pernyataan tersebut dinyatakan Kepala Sub Bidang (Kasubid) Penanganan Kekerasan terhadap Anak dan Masalah Sosial Anak Provinsi Papua, Levina Kalansina Sawaki kepada wartawan di Hotel Grand Talent Kotaraja, Abepura, Kota Jayapura, Sabtu (4/7).

"Peningkatan kejahatan khususnya seksual lebih tinggi, sebagian besar pelaku-pelaku kekerasan ini terjadi dari orang-orang terdekat korban," kata Levina.

Ia mengungkapkan pelaku kekerasan bukan hanya para orang dewasa, ada juga yang masih berumur sembilan tahun, di mana korbannya berumur lima tahun. Kasus tersebut, lanjutnya, terjadi di Distrik Abepura, Kota Jayapura.

"Semua kabupaten yang ada di Papua ini, kejahatan seksualnya lebih tinggi kepada anak-anak," ujarnya.

Menurutnya, rumah aman yang diperuntukkan kepada korban kekerasan perempuan dan anak telah dipersiapkan Pemprov Papua. Namun, hingga kini pihaknya belum meresmikan Rumah Aman tersebut lantaran ada halangan lainnya.

"Saat Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak datang ke Kota Jayapura, Papua dan menjenguk korban kekerasan terhadap anak yang bernama Sawal (6) di rumah sakit umum daerah Kota Jayapura, ibu Menteri meminta agar pelakunya dihukum sesuai hukum yang ada," ujarnya..

Area Manager Cluster Jayapura dan Merauke, Wahana Visi Indonesia (WVI), Radika Puito mengatakan secara nasional pihaknya melatih para pendamping anak korban kekerasan dari NTT, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Di mana, kali ini pendamping yang dilatih mewakili dari Kabupaten Jayapura, Merauke, Keerom dan Kota Jayapura.

"Kami dari WVI juga bekerjasama dengan yayasan Sobat Peduli serta lembaga-lembaga yang lain. Untuk memperkuat, bagaimana cara yang tepat mendampingi anak yang menjadi korban kekerasan,” kata Radika.

Dikatakan, isu yang ada saat ini, lanjutnya, tidak ada tenaga psikolog yang cukup banyak untuk anak pada tingkat bawah, di Papua ini hanya satu psikolog anak saja.

"Masalah ini seperti antri panjang, kasus-kasus kekerasan terhadap anak di Papua, sudah kami laporkan ke tingkat Nasional," ujarnya.

Dia mengatakan, pelatihan kepada pendamping yang ada di lima kabupaten kota, Provinsi Papua sejak tahun 2014 lalu untuk mendampingi anak-anak yang menjadi korban kekerasan.

"Para pendamping juga kadang menjadi sasaran dari pelaku kekerasan yang notabene orang dekat dari korban,” ujarnya. [SuaraPembaruan]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah