-->

MUI Papua Minta Muslim Radikal Berhenti Berjihad dengan Menyerang Sesama

KOTA JAYAPURA – Menyikapi kericuhan di Karubaga, Kabupaten Tolikara , pada Jumat (17/7) lalu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua setelah melakukan pertemuan dengan kemasyarakatan Islam di Papua menyatakan sikapnya.

Salah satunya adalah berharap agar muslim di luar Papua tidak menjadikan peristiwa ini sebagai alasan melahirkan kekerasan baru dengan cara membunuh dan menyerang sesama manusia atas nama Jihad.

“Kami menyerukan kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk tidak menjadikan peristiwa Tolikara sebagai alasan melahirkan kekerasan-kekerasan baru atas nama Jihad,” kata KH. Saiful Islam Al Payage, Ketua Umum MUI Provinsi Papua yang digelar di LPTQ Kotaraja, Jayapura, Papua, Sabtu (18/7) malam.

Pihaknya menyesalkan terjadinya tindak kekerasan terhadap umat Islam di Kabupaten Tolikara yang sedang melaksanakan Shalat Idul Fitri di Lapangan Koramil 1402/11 Karubaga juga menyampaikan duka yang mendalam atas jatuhnya korban jiwa akibat kekerasan ini. Payage juga meminta jaminan pihak keamanan TNI/Polri atas hak hidup dan ekonomi dan juga mengembangkan komunikasi antar umat beragama di Kabupaten Tolikara.

“Kami mendesak Pemerintah Kabupaten Tolikara dan Provinsi Papua untuk bertanggung jawab terhadap kekerasan yang terjadi di Kabupaten Tolikara,” ujurnya lagi.

Di tempat yang sama, Sekretaris Umum MUI Provinsi Papua, Faisal Saleh mendukung pernyataan ini dengan mendesak Polda Papua menyelidiki dan menindak tegas aktor intelektual dan pelaku peristiwa kekerasan di Karubaga.

“Kami berharap peran Forum Komunikasi Umat Beragama untuk bisa menjernihkan situasi di Karubaga saat ini,” harap Faisal Saleh. [Tapanews/Papuanesia]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah