-->

50 Kantong Jenazah Sementara Didentifikasi Tim DVI di RS Bhayangkara

KOTA JAYAPURA -  Sejumlah 50 kantong jenazah korban jatuhnya pesawat Trigana Air jenis ATR 42 bernomor penerbangan IL-267 di Kampung Okbape, Kabupaten Pegunungan Bintang, kini telah berada di Rumah Sakit Bhayangkara untuk selanjutnya dilakukan proses identifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Papua.

“Saat ini sudah 50 kantong jenazah yang dibawa ke Jayapura, semuanya akan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara,” kata Wakil Kepala Kepolisian Daerah Papua, Brigjen (Pol) Rudolf Albert Rodja, kepada awak media Kamis (20/8).

Dalam keterangan persnya, Kapolda Papua, Brigjen (Pol) Paulus Waterpauw menyebutkan bahwa dari informasi awal, 39 kantong jenazah telah di RS Bhayangkara sehingga seluruh kantong jenazah lengkap dan tinggal diproses oleh DVI di bawah pimpinan Kapusdokes Polri, Brigjen (Pol) dr Artur Tampi.

Kapolda mengakui dalam proses evakuasi dari Oksibil menuju Jayapura, sempat terkendala cuaca buruk.

“Cuaca memang menjadi gangguan dan keterbatasan alat transportasi juga, namun semua sudah dievakuasi,” sambungnya.

Kapolda pun meminta para pihak keluarga inti yang memiliki hak untuk menerima jenazah korban pesawat Trigana Air dapat bekerjasama untuk proses identifikasi. Ia juga mengharapkan proses identifikasi para jenazah bisa terlaksana tanpa gangguan.

“Kami juga meminta bantuan teman-teman media juga, nanti apabila ada data Antermotem yang mungkin family memberikan penjelasan awal kurang lengkap,maka keluarga kandung bisa membantu,” ucapnya.

Informasi terakhir yang diperoleh media ini, sejak Jumat pagi (21/8)  telah dilakukan proses identifikasi awal terhadap 10 kantong jenazah di RS Bhayangkara.

Sementara itu, Kepala Pusat Dokkes  Polri, Brigjen Pol dr. Arthur Tampi menyebutkan, dalam proses identifikasi, pihaknya akan semaksimal mungkin mengindentifikasi 10 jenazah setiap harinya.

“Jadi hitung saja, tadi malam dari Maghrib sampai jam 12 malam baru selesai proses identifikasi 4 jenazah,” ungkapnya.

Dalam proses  ini, Artur berprinsip akan berhati-hati guna menghindari kesalahan mengidentifikasi jenazah.

“Kita berprinsip tidak ingin salah mengindentifikasi atau menyerahkan jenazah yang bukan anggota keluarganya,” tegasnya.

Artur pun mengaku perlu waktu dalam proses identifikasi para jenazah penumpang Trigana Air dengan menggunakan sample DNA anggota keluarga korban.

“Tulanpun kalau sudah hangus, maka sel-nya mati. Kalau sel mati, bagaimana kita mau mengambil inti sel, padahal inti sel itu yang akan kita ambil DNA-nya. Tapi mudah-mudahan tidak ada yang seperti ini,” tutupnya.

Sebelumnya, sebanyak empat Jenazah Trigana Air telah berhasil diidentifikasi Tim DVI RS Polri Bhayangkara pada Kamis Pagi (20/8) sebagaimana keterangannya pers Kepala Pusat Dokkes Mabes Polri Brigjen Arthur Tampi didampingi Kapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw, Wakapolda Papua Brigjen Pol Rudolf Albert Rodja, dan Direktur Operasional Trigana Air Service Benny Sumaryanto.

Keempat jenazah masing-masing Terianus Salawala, warga Oksibil yang bekerja sebagai Sekretaris Bappeda Kabupaten Pegunungan Bintang, Matius Nikolaus Aragay, pria yang kesehariannya sebagai pegawai di Kantor Pos  Jayapura. Kemudian, Boni Woriori, mahasiswa STIE Ottow Gesler Serui dan keempat Wendepen Bamulki, seorang guru di Kampung Aldom, Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang.

Menurut Artur, proses identifikasi ini sesuai dengan Standar DVI, yang mana dalam proses identifikasi yang dilakukan oleh Tim DVI dibantu oleh Tim Forensik Mabes Polri. Tim Forensik ini,  yakni, AKBP Drg. Achmad Fauzi, Kompol Dr. Bambang SP.F dan ahli DNA, AKP Hastanti. [Dharapos]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah