-->

Petani Kopi Okesa Yagara Kesulitan Modal Usaha

WAMENA (JAYAWIJAYA) -  Petani kopi di Wamena kesulitan modal usaha untuk mengembangkan usahanya. Sampai saat ini pun, para petani masih menggunakan mesin manual dalam pengupasan kulit kopi.

Ketua Kelompok Petani Kopi Okesa Yagara, Maksimus Lanny di Kampung Yagara, Distrik Walesi Kabupaten Jayawijaya,  menuturkan, sejak 18 tahun menjadi petani kopi sampai saat ini dirinya menjadi pengumpul kopi, bantuan modal untuk perputaran usaha dari pemerintah sangat diharapkan.

Dirinya mengakui saat ini anggotanya yang berjumlah 21 orang yang berdomisili di kampung tersebut, mengelola 23 hektar lahan kopi. Pembagiannya, 1 hektar lahan kopi dikerjakan oleh satu kepala keluarga. Hasilnya, setelah kopi itu panen, lalu dikumpulkan dan dijual ke Jayapura.

“Saya biasa mengumpulkan kopi dari 7 sentra di sekitar Distrik Walesi. Kopi yang dihasilkan adalah Kopi Baliem Arabica. Dalam setiap bulannya pengiriman bisa mencapai 500 kg – 1 ton kopi biji,” urainya kepada PAPUAKITA.COM ketika ditemui di Wamena, Selasa (3/11).
 
Di Kabupaten Jayawijaya, menurut Maksimus, hanya dapat ditanami kopi dengan jenis Arabica sebab wilayah Jayawijaya berhawa dingin. Sementara jika kopi jenis robusta tidak cocok ditanam didaerah ini, salah satunya jenis robusta tidak dapat berbuah dan pohonnya tak sehat.

“Dalam setiap pengumpulan kopi dari para petani, saya sendiri yang menjemput hasil panen itu dari para petani. Kemampuan para petani pun tak semua sama, kadang jika petani bisa tampung hingga dua atau tiga bulan bisa mencapai 1 ton kopi mentah,” jelasnya.

Setelah dikumpulkan semua hasil kopi itu, lalu baru dilakukan proses pengupasan kulit dengan mesin duwak yang masih dioperasionalkan secara manual.

“Dalam segi pengolahan ini pun, kami tetap mengalami kesulitan, sebab seseorang minum kopi itu, pertama yang dinikmati adalah aromanya. Tetapi ini yang menyulitkan kami, mesin pengolahan masih meminjam dari pihak lain dan ini yang dapat menyebabkan aroma bisa bercampur dengan kopi lainnya. Sehingga kami sangat hati-hati dalam mempertahankan aroma kopi ini,” paparnya.

Dirinya pun berharap, kedepan pemerintah dapat melirik para petani dan pengumpul kopi di Wamena. Sebab jika komoditi ini ditopang oleh pemerintah, bukan tidak mungkin, hasil petani lokal dapat mendunia. [PapuaKita]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah