-->

Masyarakat Barawai Lindungi Penyu Belimbing, Sisik dan Hijau

BARAWAI (YAPEN) - Sejumlah masyarakat Kampung Barawai di Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, melakukan perlindungan tiga jenis penyu secara swadaya dengan membentuk Kelompok Pecinta Alam (KPA) Dorei Jaya.

Sekretaris Kelompok Pecinta Alam Dorei Jaya Barawai Paulus Sawias di Barawai, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, Rabu, mengatakan masyarakat desa sejak awal sudah melakukan perlindungan terhadap satwa-satwa yang ada di desa, termasuk salah satunya penyu yang sering bertelur di pesisir Barawai.

"Awalnya ini memang kelompok swadaya masyarakat tugasnya melindungi burung (Cenderawasih). Ini atas kesadaran masyarakat sendiri," kata Paulus.

Lalu, menurut dia, aktivitasnya berkembang tidak saja melindungi Cenderawasih tetapi juga penyu-penyu yang banyak datang untuk bertelur di pesisir kampung.

"Dalam tiga bulan, dari Februari sampai April saja bisa 80 ekor penyu kami hitung yang naik ke pantai untuk bertelur. Jenisnya ada tiga, (penyu) Belimbing, Sisik, dan Hijau," ujar Paulus.

Menurut anggota KPA Barawai Gersong Rumkorem, yang dilakukan masyarakat dari kelompok pecinta alam ini adalah memindahkan telur penyu ke lokasi yang lebih aman sehingga jauh dari predator seperti biawak.

"Kita pindahkan dari tanjung ke sini supaya lebih mudah dijaga. Telur penyu akan kita tanam dalam lubang pasir ini berdempetan sehingga hangat dan akhirnya menetas," ujar dia.

Setelah menetas, lanjutnya, tukik-tukik dikumpulkan untuk segera dilepaskan ke pantai. "Kalau sudah lepas ke laut kami tidak perlu lagi jaga. Kami hanya jaga telur-telur ini sampai menetas".

Menurut Gersong, biasanya saat penyu naik ke daratan dan bertelur bisa mencapai 70 hingga 200. Untuk penyu yang pertama kali bertelur bisa mencapai 200 telur.

"(Penyu) yang ini sepertinya sudah tiga kali bertelur, karena jumlah telur nya hanya 70. Selama ini telur yang saya pindahkan dan tanam 100 persen semua menetas," kata Gersong.

Saat ini, KPA Dorei Jaya sudah menjadi binaan Balai Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Dinas Kehutanan Provinsi Papua. Meski demikian pembinaan hingga edukasi kepada kelompok pecinta alam dan masyarakat terkait dengan satwa dilindungi ini masih sangat minim dilakukan.

Menurut Education Sustainable Development officer WWF Indonesia Program Papua Blandina Isabella Patty, dari hasil survei yang dilakukan Tim Ekspedisi Saireri yang dilakukan WWF di Teluk Cenderawasih ini diketahui pemahaman terkait perlindungan terhadap satwa dilindungi ini belum menyeluruh di masyarakat kampung.

"Belum pernah ada pendampingan penuh tampaknya, belum ada pula penangkaran khusus penyu seperti yang dikembangkan di Kampung Sawendui. Karena itu masih ada masyarakat yang mengonsumsi, baik daging hingga telurnya," ujar dia. (antara)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah