-->

Warga Boven Digoel Tuntut Ikatan Keluarga Toraja Bertanggung Jawab

TANAH MERAH, LELEMUKU.COM - Ratusan perwakilan warga 5 suku besar di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua yakni Suku Muyu, Suku Mandobo, Suku Auyu, Suku Wambon dan Suku Kombay - Koroway pada Selasa (02/04/2019) pukul 08.15 WIT menuntut pengurus Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Boven Digoel untuk bertanggung jawab atas meninggalnya seorang remaja bernama Fanpae yang bernama lengkap Vanpey Dengraus Kurok (15) yang meninggal akibat dikeroyok oleh oknum warga dari Suku Toraja pada Senin (01/04/2019) dinihari.

Dari informasi yang diterima Lelemuku.com, unjuk rasa yang dilakukan di Jalan Trans Papua, KM 01 ini dilakukan dengan blokade ruas jalan dan membakar ban tepat depan kantor BNI Tanah Merah. Salah satu perwakilan keluarga korban, Bernard Ninggan dalam orasinya menuntut Keluarga Besar IKT dan Pemerintah Daerah (Pemda) Boven Digoel untuk hadir dirumah duka guna menyelesaikan kejadian yang tidak diharapkan ini.

Selanjutnya Boven Digoel Benediktus Tambanop,S.ST ditemani Wakil Bupati H. Chairul Anwar. ST, Dandim 1711 Boven Digoel, Letkol Inf. Candra Kurniawan dan Kapolres Boven Digoel AKBP Yohanes Afri Budi S.R, SIK tiba dirumah duka guna memberikan belasungkawa terhadap pihak keluarga korban dan melakukan mediasi. Selanjutnya diadakan ibadah Misa Arwah yang dipimpin Pastor Pius Rettop, Msc dari Paroki Hati Kudus Tanah Merah.

Usai misa, pukul 14.20 WIT massa dengan jumlah sekitar 400 orang mulai bergerak mengarak jenazah Fanpae dengan berjalan kaki dari Jalan Trans Papua-Titik 0 menuju Kantor Bupati dan dikawal oleh aparat keamanan dari Polres Boven Digoel dan Kodim 1711/BVD.

Setibanya dilapangan Kantor Bupati, massa melanjutkan dengan orasi menyampaikan aspirasi pernyataan sikap dari masyarakat 5 Suku Besar dengan 4 inti dari pernyataan sikap tersebut antara lain:

Kesatu, Hadirkan Pemda Boven Digoel dan Kepala Suku Toraja untuk menandatangani surat pernyataan sikap yang dibuat oleh 5 (Lima) Suku Besar di Kab.Boven Digoel. Kedua, menolak Suku Toraja tinggal di Boven Digoel terhitung mulai tanggal 2 april 2019 sampai batas 40 hari kedepan.

Ketiga, akan melaksanakan sweeping terhadap masyarakat Suku Toraja jika pernyataan sikap ini tidak dilaksanakan. Keempat, jika kejadian ini berulang, maka surat pernyataan sikap ini berlaku bagi semua warga pendatang yang ada di Boven Digoel.

Selanjutnya Ketua IKT Bodi, Yohanes Take tiba dilapangan Kantor Bupati dengan pengawalan aparat keamanan untuk menandatangani surat pernyataan sikap dan diikuti Bupati, Wakil Bupati; Ketua DPR Boven Digoel, Ayub Santi; Ketua LMA Maret Klaru dan perwakilan 5 suku besar yakni Ketua LMA Wambon, Carolus Ninggan; Ketua LMA Muyu, Yohanes Kewerot; Ketua LMA Auyu, Egedius Suam; Ketua LMA Kombai, Jakobus Weremba; Ketua LMA Korowai, Adonia Yalengkatu.

Setelah kesepakatan ditandatangani, massa bergerak mengarak jenazah menuju tempat pemakaman dirumah keluarga korban di Jalan David Hugo Kampung Persatuan Distrik Mandobo dan dilanjutkan ibadah pemakaman oleh Pastor Pius Retop.

Akibat Miras
Menurut media online Tribun Arafura, awal penganiayaan berujung maut ini terjadi ketika Fanpae dan tiga rekannya bernama Alfadison Mahuze, Kiki Andap dan Pike yang pulang larut malam pada pukul 01.00 WIT dan melewati jalan kilo 1 dekat SD Impres dan Gereja paroki. Dalam perjalanan pulang mereka bertengkar kecil.

Melihat ketiga anak ini bertengkar di pinggir jalan, sekitar 9 orang oknum warga dari Suku Toraja yang sedang duduk dan meminum minuman beralkohol menuju keempat anak tersebut dan menghadang mereka.

Selanjutnya keempatnya dipukul, sementara Fanpe berhasil melarikan diri dan melaporkan hal ini ke orang tuannya. Selang beberapa menit, Fanpey kembali ke tempat kejadian untuk menyelamatkan tiga temannya yang dikeroyok, bukannya menyelamatkan ia malah dikeroyok hingga meninggal.

Mengetahui korban meningga, para penganiaya melarikan diri sementara 3 korban luka dibawah ke Rumah Sakit (RS) Tanah Merah.

Tidak terima dengan kejadian ini, pihak keluarga korban pada Senin pukul 18.30 WIT membakar satu unit rumah milik warga Toraja di sekitar SD Inpres Tanah Merah. Selanjutnya massa membakar ban mobil dan memalang jalan dengan mendirikan tenda di depan Harmanise.

Warga Boven Digoel Tuntut Ikatan Keluarga Toraja Bertanggung JawabAparat berusaha meminimalisir dampak kericuhan ini dan mengajak warga untuk tidak melakukan tindakan anarkis yang merugikan semua pihak.

Sementara itu Kapolda Papua, Irjen Pol Martuani Sormin di Jayapura menyatakan kejadian itu adalah perkelahian antara pemuda yang dipicu oleh minuman beralkohol.

"Kejadian di Boven Digoel murni kriminal, mereka berkelahi karena sama-sama mabuk setelah minum minuman beralkohol, akibat perkelahian itu ada satu orang meninggal dunia. Saya selalu imbau agar menghindari miras karena bisa memicu kericuhan bahkan sampai perkelahian yang mengakibatkan kematian," tegas Kapolda Papua Irjen Pol Martuani Sormin di Jayapura, Selasa (02/04/2019).


Para Pelaku Sudah Ditahan
Seperti diberitakan PosPapua, polisi menyatakan 4  orang terduga pelaku perkelahian sudah ditahan di Polres Boven Digoel sedangkan tiga orang lainya dalam pengejaran.

"Ada tujuh orang yang terlibat perkelahian, empat diantaranya sudah di tahan dan tiga orang lainnya dalam pengejaran," terang Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal. (Albert Batlayeri)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah