-->

Inilah Profil dan Sejarah Wilayah Adat Mamta

Inilah Profil dan Sejarah Wilayah Adat Mamta .lelemuku.com.jpg

JAYAPURA, LELEMUKU.COM - Wilayah adat yang menjadi tempat Ibu kota Jayapura adalah wilayah adat Mamta. Wilayah Adat Mamta meliputi Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sarmi dan Kabupaten Mamberamo Raya. Salah satu ciri yang membedakan wilayah adat Mamta dengan wilayah adat yang lain yaitu pada sistem politik tradisional mereka seperti pada sistem kepemimpinan tradisional mereka yang mengenal sistem Ondoafi, walaupun beberapa suku yang terlihat hanya pada penggunaan sebutan saja namun pada prakteknya yang terlihat adalah tipe bigman seperti mereka yang ada dalam suku besar Oktim.

Salah satu ciri utama dalam sistem ondoafi adalah adalah pewarisan kepemimpinan. Sebagai contoh bila seorang ondoafi meninggal maka jabatan diwariskan kepada salah seorang dari anak-anaknya dan biasanya anak laki-laki yang tertua.

Kabupaten Jayapura yang termasuk dalam wilayah adat budaya Tabi terdiri dari beberapa kelompok suku besar atau wilayah adat yaitu: (1). Sentani/Bhuyakha/La, (2) Dafonsero Utara, (3). Moi, (4)Yokari, (5) Jouwari, (6). Oktim dan (7) Demutru. Masing-masing kelompok suku besar ini terbagi lagi dalam beberapa sub suku besar seperti Demutru yang terdiri dari kelompok suku Nambluong, kelompok suku Klisi, kelompok suku Kemtuk, dan kelompok suku Elseng.

Beberapa literatur menyebutkan bahwa masyarakat Sentani berasal dari Timur lalu menyeberang ke Barat dan menemukan danau Sentani atau Phuyakha yang berarti air tenang. Penduduk Sentani tersebar di tiga wilayah yaitu: Di bagian barat terkonsentrasi di Yonokhom dan menyebar di beberapa kampung. Di bagian timur terkonsentrasi di pulau Asei dan menyebar di beberapa kampung. dan Di bagian tengah terkonsentrasi di pulau Ajau dan menyebar di beberapa kampung.

Orang Sentani adalah kelompok masyarakat pejuang yang tangguh mempertahankan identitas etnisnya. Sebelum menetap di tepian danau dan pulau-pulau di danau Sentani, mereka berasal dari Honong Yo Walkhau Yo, di seputar daerah Nyoa dan Moso di sebelah Papua New Guinea. 

Ketika terjadi migrasi besar-besaran secara bergelombang, terjadi gesekan-gesekan antar kelompok yang satu dengan kelompok yang lain sehingga masuk ke danau Sentani secara terpisah-pisah dan dalam waktu yang tidak bersamaan.

Kelompok pertama adalah kelompok Asatou yang digabungi oleh sub-sub kelompok Bebuho, Asabo, Phouw, Khele, Phualo, bermigrasi dari Honong Yo melewati Wutung, menyeberang ke Rolowabu-wabu Yomo, bermukim disana, kemudian berangkat melewati Aukhone-Khone, Dobon Fere, dan membuat kampung di Horoli. Dari Horoli, pindah ke Yomokho-Waliau Yo melewati Mekhenewai. Dari Yomokho-Waliau Yo, mereka pindah dan menetap di Oheikoi-Yo (kampung Asei). Dari Oheikoi pindah ke Raid Au Kleu dan membuat kampung Kleubulouw. Rouboto pindah ke Waena. Kelompok Pui, Soro, Makanuai, Youwe ditinggal di sekitar Rolowabu-wabu Yomo (Kayu Batu).

Pada migrasi kedua, berangkat dari Honong Yo, kelompok Razing Kleubeu mengambil arah selatan dengan menggunakan perahu melewati kampung Eha (Nafri), mendaki gunung  dan membuat pemukiman sementara di Umabo Besar dan Umabo Kecil. Dari Umabo turun ketepian Phuyakha bhu, menyeberang ke Yomokho- Waliau-Yo bergabung dengan kelompok Asatou, mengangkat ondofolo.

Kemudian bersama-sama menyeberang ke kampung Oheikoi. Pindah ke Ebuheal ke Ayapo dan membentuk kampung Ayapo. Dari Ayapo, kelompok Mebli Iyme ke Yokha dan membuat kampung Hebeaibulu di lokasi bekas kampung Hebeaibulu yang telah punah.

Kelompok ketiga adalah kelompok yang di pimpin oleh Yokhu Mokho, berangkat dari Honong Yo-Walakhau-Yo, melewati Wanimo, Wutung, lewat Mabouw, masuk teluk Yotefa bermukim di Endukha Yo, kemudian berangkat menyeberang naik gunung Rey Humungga, terus melewati Hokhom-Hisili, Ma Khele, Robhomfere, Atam dan masuk danau Sentani bagian tengah dan membentuk kampung Remfale yang disebut kampung Ifale sekarang.

Kelompok yang lebih awal dari kelompok pertama, kedua dan ketiga adalah kelompok Heaiseai. Arus migrasi terjadi Walakhau Yo, melewati dataran Ebum Fau, terus berhenti di Yokha Wau dan mendirikan kampung Yokha Wau. Dari Yokha Wau Yo, di sponsori oleh Ibo, Khabey dan Monim menyeberang ke Ajau, kemudian dari Ajau menjadi pusat persebaran. Dari Ajau pindah ke Khabeite Olow dan membentuk kampung Khabetlouw yang sekarang disebut Ifar Besar. Kemudian Monim pindah dan mendirikan kampung Putali, dan Ibo mendirikan kampung Atamali.

Rokhoro pindah dari Ajau lebih ke arah barat daya dan mendirikan kampung Hemfolo. Kelompok migrasi berikutnya berjalan terus kearah barat danau Sentani, tiba di Yo Waliau Yo, di atas gunung kampung Donday. Dari Yo Waliau Yo turun ke tepian air dan menyeberang ke pulau Yonokhom dan membentuk kampung Yo Nokhom Yo. Dari Yonokhom pindah sebagian masyarakat kembali ke sekitar Yo Waliau Yo dan membentuk kampung Donday, yang lain pindah kea rah barat dan membentuk kampung Yakonde dan Sosiri.

Bagian masyarakat lainnya pindah membentuk empat kampung do Do Yo. Pulau dan kampung Yonokhom atau Kwadeware menjadi pusat penyebaran kebudayaan di Sentani Barat. Di seluruh Sentani terdapat tiga pusat penyeberan yaitu, di Sentani Timur pulau Asei dikenal sebagai pusat persebaran kebudayaan, di bagian tengah pulau Ajau menjadi pusat persebaran kebudayaan, dan pulau Yonokhom (Kwadeware) dikenal sebagai pusat persebaran kebudayaan di bagian barat Sentani.

Sebagai wilayah yang berada di daerah pusat pemerintahan Provinsi Papua, maka pemerintah Provinsi menetapkan wilayah Mamta sebagai daerah pengembangan sektor industri, perkebunan dan pariwisata. Di Kabupaten Keerom dikembangkan Perkebunan Sawit, Coklat, Peternakan Sapi, Perikanan Budidaya, Tanaman Pangan.

Untuk Kota Jayapura dikembangkan Hortikultura dan Peternakan Ayam. Saat ini di Kabupaten Sarmi dikembangkan Perkebunan Kelapa (361 Ha), Coklat dan Perikanan. DI Kabupaten Mambramo Raya dikembangkan Sagu (60.000 Ha), Pisang dan Perikanan. Sedangkan untuk Kabupaten Jayapura dikembangkan Coklat (13.342), Hortikultura, Peternakan Ayam.

Di wilayah Mamta ini banyak dikembangkan daerah wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan, baik domestik maupun wisatawan dari luar negeri. Dengan aksesibiltas yang memadai pemerintah menjadikan beberapa kegiatan festival di wilayah inbi menjadi festival yang di masukkan dalam kalender wisata nasional, seperti Festival Danau Sentani yang setiap tahun nya dilaksanakan. Festival Danau Sentani diramaikan denga pameran industri kreatif Papua seperti produk kerajinan kulit kayu, batik Papua, produk olahan cokelat, kopi, sagu, dan buah merah.

Masyarakat Sentani hidup di danau, ada upacara-upacara adat baik di kampung, antar kampung. Selain itu ditampilkan juga tari-tarian di atas perahu, baik saat panen atau ketika bawa hasil buruan. Karena mereka sudah terbiasa pergi kembali dengan perahu maka masyarakat yang hidup di sekitar danau sentani sudah terbiasa menari di atas perahu.

Kalender wisata lainnya adalah Festival Teluk Humboldt, yang dilaksankaan setiap tahunnya oleh Pemerintah Kota Jayapura. Teluk Humboldt atau nama lainnya Teluk Yos Sudarso merupakan teluk yang menaungi Kota Jayapura dan menjadi rumah bagi penduduk asli Port Numbay. Teluk tersebut merupakan laut yang menjorok jauh ke daratan di bagian utara Pulau Papua. Bentuk teluknya menyerupai huruf U dengan pantai berair tenang dan tingkat sedimentasi  rendah. Air lautnya tenang, bersih, dan berwarna biru cerah serta masih banyak terdapat ikan di sekitarnya.

Pada Pestival ini banyak ditampilkanpentas seni budaya, lomba menyajikan masakan khas Port Numbay, stand-stand pameran kerajinan tangan masyarakat Port Numbay dari 14 kampung, tarian khas Port Numbay, suling tambur dari Kampung Skouw Yambe, ukiran batik, serta kuliner khas Port Numbay. (diskominfopapua)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah