-->

Walau Ditemani Baracuda Polisi, Parade Budaya Komite Nasional Papua Barat (KNPB) di Tanah Papua Berlangsung Tertib

KOTA JAYAPURA - Walau dilarang dan ditemani oleh Polisi, unjuk rasa digelar oleh aktivis Komite Nasional Papua Barat (KNPB) di berbagai kota di Propinsi Papua guna mendukung rencana peresmian kantor Organisasi Papua Merdeka, OPM, di Denhag, Belanda, Kamis (15/08/2013) berjalan dengan damai.

"Aksi ini untuk mendukung peresmian kantor OPM di Belanda," kata juru bicara KNPB, Wim Rocky Medlama, kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, melalui telepon, Kamis siang.

Situs resmi OPM menyebutkan, peresmian kantor perwakilan OPM di Belanda akan dilakukan pada Kamis (15/08/2013) waktu setempat di Kota Denhag.

Sebelumnya, OPM atau Free West Papua mendirikan Klik kantor perwakilan di Kota Oxford, Inggris, yang kemudian dikecam oleh pemerintah Indonesia.

Dalam demo yang dilaporkan berjalan damai, KNPB juga menyatakan dukungannya terhadap rencana kedatangan sejumlah menteri luar negeri dari negara-negara rumpun Melanesia ke Indonesia, termasuk ke Propinsi Papua.

Unjuk rasa ini, menurut Wim Medlama, juga ditujukan untuk "memprotes" peristiwa sejarah yang disebut sebagai perjanjian New York 15 Agustus 1962 yang diprakarsai Amerika Serikat untuk pemindahan kekuasaan atas Papua barat dari Belanda ke Indonesia.

"Kami memprotesnya, karena tidak melibatkan warga Papua," kata Wim.

Berjalan tertib

Selain digelar di Jayapura, aksi yang diklaim KNPB diikuti lebih dari seribu orang ini, juga digelar di beberapa kota lainnya, seperti Fakfak, Timika, Wamena, Boven Digul, Merauke, Sorong, serta Nabire.

"Unjuk rasa ini kita gelar dalam bentuk parade budaya, yang berupa tari-tarian, di mana peserta harus mengenakan busana daerah masing-masing," jelas Wim Medlama.

Kahumas Polda Papua AKBP I Gede Sumerta Jaya, mengatakan, pihaknya telah menurunkan personil polisi yang jumlahnya "hampir sama atau melebihi" dengan jumlah pengunjuk rasa di berbagai kota di Papua tersebut.

Menurutnya, unjuk rasa berlangsung damai dan tertib, dan "sekitar pukul 12.30 WIT demo itu sudah berakhir".

Dalam setiap kampanye, OPM selalu menyuarakan kembali tuntutan pemisahan diri dari Indonesia, yang belakangan disertai tuntutan referendum.

Mereka juga mempertanyakan legitimasi hukum peristiwa politik yang sering disebut sebagai Penentuan Pendapat Rakyat, Pepera, pada 1969, rakyat Papua Barat yang menurut sejarah, memilih bergabung dalam wilayah Indonesia. [BBC| Twitter]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah