-->

Edison Lambe Nilai Kericuhan di Karubaga Terjadi karena Pembiaran oleh Aparat

KOTA JAYAPURA - Anggota DPD RI Perwakilan Provinsi Papua, Edison Lambe, bersama DPRD Kabupaten Tolikara, Bupati Tolikara, Usman G. Wanimbo, Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan menjenguk para korban kericuhan di Karubaga, Tolikara di RSUD Dok 2 Jayapura.

Anggota DPD RI Perwakilan Provinsi Papua, Edison Lambe, menyampaikan, turut prihatin atas kondisi yang dialami oleh para korban penembakan, dan meminta kepada tenaga medis RSUD Dok 2 Jayapura untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi keluarga korban, serta meminta kepada aparat kepolisian untuk menindak tegas oknum yang melakukan penembakan tersebut.

Disamping itu, meminta kepada Pemerintah Pusat untuk menyikapi masalah ini dengan serius, terutama melihat kondisi korban dan jangan sampai peristiwa ini terulang kembali.

Menurutnya, dari hasil investigasi pihaknya di lapangan bersama DPRD Tolikara dan Pemda Tolikara, sebetulnya peristiwa ini tidak perlu terjadi bila sejak dari awal adanya koordinasi yang baik, pasalnya sebelumnya sudah ada pemberitahuan ke Polres Tolikara bahwa mengingat Pemuda GIDI pada hari yang sama melaksanakan kegiatan Seminar Injil Internasional yang berdekatan dengan lokasi Solad Ied, agar dalam ibadah Solad Ied jangan menggunakan pengeras suara (toa).

Apalagi sejak lama sudah ada Perda Kabupaten Tolikara yang mengatur bahwa dalam beribadah jangan menggunakan pengeras suara yang diperkirakan mengganggu sesama lain yang sedang melaksanakan peribadahtan.

Terkait dengan itu, jika dilihat dari kondisi korban, sebaiknya aparat keamanan dan pemerintah pusat, jangan melihat dari sisi korban materi saja, karena korban jiwa dan korban luka-luka, yaitu umat GIDI.

“Awalnya para pemuda GIDI ini datang bermaksud baik untuk berkoordinasi dengan umat Muslim agar saling menghargai dengan tidak menggunakan Toa dan beribadah di Mushola. Ini sebetulnya maksud yang baik, tapi tiba-tiba ada pelemparan batu entah dari mana, lalu terjadilah teriakan dari para umat yang sedang melaksanakan Solad Ied,” ungkapnya usai mengunjungi korban penembakan di Bangsal Bedah RSUD Dok 2 Jayapura, Rabu, (22/7).

Meskipun ada teriakan dari umat muslim yang sedang beribadah, para pemuda GIDI tidak melakukan perlawanan, karena niat awalnya baik, apalagi para pemuda GIDI datang dengan tidak membawa senjata tajam.

Kericuhan itu muncul ketika ada rentetan tembakan dan ada pemuda GIDI yang terkena penembakan, lalu para pemuda GIDI datang mau melakukan perlawanan tetapi ditempat Sholad Ied yakni di Halaman Koramil sudah ada aparat TNI/Polri yang melakukan pengamanan, termasuk Muspida dan Forkompinda Kabupaten Tolikara juga berada di areal tersebut.

Massa pemuda GIDI yang melihat rekannya sudah tertembak, sehingga melontarkan emosinya dengan membakar kios-kios yang kebetulan berdekatan dengan Mushola. Karena kios dan Mushola terbuat dari kayu, menyebabkan kobaran api cepat merembes membakar semuanya. Dengan demikian, Mushola bukan target untuk dibakar, tetapi ikut terbakar setelah api membakar kios-kios yang berdekatan dengan Mushola.

Ditegaskannya, dalam sejarah peradaban Kristen, dan ajaran agama Krisitiani, tidak ada ajaran bahwa tempat peribadatan dibakar dan tidak ada larangan bagi orang lain beribadah. Karena dalam Injil Tuhan, mengajarkan tentang Kasih dan mencintai sesama manusia. Jadi tidak benar sama sekali Mushola dibakar. [BintangPapua]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah