-->

Bank Indonesia Kaji Dampak Penutupan Freeport di Papua

KOTA JAYAPURA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua tengah mengkaji dampak kekisruhan di perusahaan tambang PT Freeport Indonesia sebagai akibat dari penghentian operasional disertai kebijakan merumahkan dan memberhentikan karyawan.

Kepala KPw BI Papua Joko Supratikto, di Jayapura, Jumat, mengatakan tim dari BI tengah mempelajari seluruh aspek kehidupan yang terkait dengan keberadaan Freeport.

"Ini masih dalam 'assessment', kita nanti akan melihat lebih detail dalam satu bulan ini," ujarnya.

Joko mengaku dapat memaklumi sikap perbankan yang memilih untuk menunda penyaluran kredit kepada pegawai Freeport karena belum ada kepastian tentang masa depan perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut di Indonesia.

"Kami masih melakukan 'assessment', kalau dilihat di pemberitaan ada beberapa bank menunda pemberian kredit kepada karyawan Freeport karena memang ada risiko akibat kekhawatiran kalau misal ada PHK di Freport," ujarnya.

Bank Pembangunan Daerah Papua sejak 20 Februari 2017 menghentikan sementara pelayanan perkreditan kepada karyawan PT Freeport Indonesia menyusul belum adanya keputusan tentang kelanjutan operasi pertambangan di Tembagapura, Timika.

Pejabat Sementara Kepala Bank Papua Cabang Timika Joko Suparyono mengungkapkan kebijakan itu tidak hanya berlaku kepada karyawan PT Freeport tetapi juga kepada karyawan perusahaan-perusahaan yang mengelola aset Freeport.

Perusahaan-perusahaan yang mengelola aset Freeport seperti PT Kuala Pelabuhan Indonesia (KPI) yang mengelola kapal, bus karyawan dan infrastruktur Freeport.

Selanjutnya PT SOS yang mengelola Rumah Sakit Tembagapura dan Klinik Kuala Kencana, PT Puncak Jaya Power (PJP) yang mengelola kelistrikan Freeport, Rimba Papua Hotel (RPH) dan PT Pangansari Utama (PSU) yang melayani jasa katering Freeport.

"Saat ini untuk sementara waktu kita hentikan sambil menunggu perkembangan perusahaan ini. Kebijakan ini berlaku untuk seluruh wilayah kerja Bank Papua di Timika. Kalau kondisinya sudah normal, kita bisa layani lagi. Tapi dengan melihat perkembangan situasi hingga sekarang, kelihatannya ini akan berlangsung lama," kata Joko. (antara)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah