-->

Cegah Konflik Meluas, Warga Suku Kei dan Amungme Sepakat Tahan Diri

 
TIMIKA (MIMIKA) – Kedua kubu korban maupun pelaku, Kamis (6/4), pukul 21.30 WIT kemarin dipertemukan oleh kepolisian di Aula Kantor Pelayanan Kantor Polres Mimika, Jalan Cendrawasih. Dalam pertemuan tersebut tokoh dari Kei dan Amungme sepakat menahan diri dan tidak melakukan kegiatan yang dapat menganggu keamanan dan ketertiban masyarakat umum.

Dalam kesempatan itu, Kapolres Mimika AKBP Viktor Mackbon, menyampaikan bahwa pertemuan yang kesekian kalinya ini untuk menjawab serta menjelaskan kepada kedua belah pihak yang bertikai tentang perkembangan penegakan hukum dari pihak kepolisian yang telah dilakukan.

“Berharap adanya keterbukaan dari kedua belah untuk mencari solusi dan jalan keluar dari masalah yang telah terjadi tidak menjadi luas yang nantinya akan menyusahkan orang lain dan masyarakat umum di Kabupaten Mimika,” kata Kapolres.

Bruno Fatubun mewakili keluarga korban menyampaikan permohonan maaf kepada pihak kepolisian beserta jajarannya karena dengan adanya kejadian tersebut telah menyita waktu dan tenaga dari awal kejadian sampai diadakanya proses mediasi.

“Saya juga meminta maaf karena pada pertemuan pertama dan kedua saya tidak hadir karena saya merasa bahwa masalah itu tidak melibatkan masyarakat Bombay. Namun kenyataannya akhirnya jatuh juga korban di pihak keluarga kami,” ujarnya.

Menurutnya, pihak keluarga korban menerima kejadian tersebut dengan lapang dada karena kejadian tersebut murni kriminal, sehingga keluarga sepakat untuk mengedepankan proses hukum terhadap pelaku.

“Memang dalam kesepakatan bahwa permintaan keluarga korban kepada kepolisian selama 1 x 24 jam untuk menangkap pelaku dan kami keluarga korban mematuhi kesepakatan tersebut untuk tidak berbuat tindakan yang melanggar hukum,” jelasnya.

Selain itu, Fartinus Jeujanan mengatakan, keluarga korban sangat menyesalkan jatuhnya korban jiwa tersebut, yang mana korban adalah seorang tenaga pendidik atau guru yang mengabdi di tanah Amungsa demi kemajuan masyarakat Mimika secara umum.

“Kami menghargai hukum sehingga kepada pihak pelaku untuk membantu pihak kepolisian agar segera menyerahkan pelaku guna mempertanggung jawabkan perbuatannya,” katanya.

Menurutnya, sejak awal kejadian ada desakan dari keluarga maupun kerabat untuk melakukan aksi balasan tetapi atas ketegasan para tokoh sehingga dapat mengatasi tekanan dari massa. Keluarga menyerahkan sepenuhnya penanganganan kasus ini kepada pihak kepolisian untuk di proses secara hukum.

Sementara itu kakak korban Hubertus Talubun secara iklas menerima kematian adik kandunganya itu dan menyerahkan penanganan masalah ini kepada pihak kepolisian demi kedamaian. Dirinya juga menolak terjadi perpecahan dan permusuhan.

“Cukup sudah saudara kami yang menjadi korban terakhir jangan ada korban yang lain lagi,” katanya.

Menurutnya, walaupun ada aksi balasan sebanyak apapun korban berjatuhan, tidak akan bisa merubah keadaan yang ada. Namun pihak keluarga sangat terbeban dengan ketiga orang anak korban yang ditinggalkan bersama ibunya yang tentu saja membutuhkan kasih sayang dan biaya hidup dimasa yang akan datang.

“Kami menghargai adat tetapi alangkah indahnya kalau proses adat itu diadakan secara transparan dan terbuka kepada selaku keluarga korban,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut Piter Magal mewakili keluarga suku Amungme menyampaikan rasa haru dan terpukul dengan adanya penyampaian yang disampaikan oleh pihak keluarga korban, dan akan membawa aspirasi ini ke keluarga Amungme dan apapun hasilnya akan disampaikan dalam pertemuan berikutnya.

“Yang penting diantara kedua belah pihak tetap menjalin hubungan komunikasi yang harmonis sehingga masalah ini cepat selesai seperti yang kita harapkan bersama,” kata Piet Magal.

Piet menjelaskan bahwa,dirinya sudah memprediksi akan ada aksi balasan akibat kematian Luther Magal pekan lalu, karena masalah ini melibatkan dua suku yang berbeda. Secara pribadi dirinya meminta maaf atas nama keluarga Amungme.

“Saya secara pribadi dan keluarga Amungme tidak digiring kedalam sebuah masalah yang bertentangan dengan hati nurani saya dan saya mengedepankan penegakan hukum,” jelas mantan anggota DPRD Mimika ini.

Menurutnya, masalah yang mengorbankan seluruh masyarakat di Timika, pelaku utama adalah pengedar miras.  Karena itu keluarga Amungme meminta pengedar miras di Timika juga harus ditangkap dan di proses secara hukum.

“Masalah pertanggung jawaban saya belum bisa jawab karena adanya masalah adat yang perlu kita hargai bersama, sehingga aspirasi yang telah disampaikan oleh pihak keluarga korban akan saya sampaikan kepada keluarga Amungme,” katanya.

 Piet mengharapkan agar jangan ada konflik dan jangan lagi ada kontak fisik diantara keluarga Kei dan keluarga Amungme.

Kapolres Mimika AKBP Victor D Mackbon saat dikonfirmasi, Jumat (7/4) kemairn di Lapangan Timika Indah mengatakan dalam pertemuan tersebut kedua pihak melalui tokoh-tokoh menyerahkan sepenuhnya kejadian tersebut ke proses hukum.

“Kami harapkan kedua belapihak tetap menahan diri dan tidak melakukan aski apapun yang dapat menganggu keamanan dan itu sudah disepakati bersama kedua belapihak” kata Kapolres.

Menurut Kapolres, apa yang disampaikan dalam pertemuan tersebut mengandung makna yang sangat dalam dan pihak kemanan akan terus berusaha untuk menengahi masalah ini secara baik atas bantuan pihak kerukunan. (salampapua.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah